Oleh: Ulul Albab*
Kita sering lupa untuk melihat ke dalam diri kita sendiri. Terlalu sibuk dengan dunia luar, kita tak pernah meluangkan waktu untuk merenung, untuk menyelami apa yang ada di dalam hati kita. Padahal, jawabannya ada di sana, yaitu di dalam diri kita, tepatnya di anggota tubuh yang selama ini kita anggap biasa saja: mulut, tangan, dan kaki.
Apa yang kita perbuat dengan tubuh kita adalah cerminan dari siapa kita sebenarnya. Setiap perbuatan yang kita lakukan, setiap langkah yang kita ambil, dan setiap kata yang kita ucapkan akan memberikan kesaksian tentang diri kita. Ini bukan sekadar tentang apa yang kita lakukan, tetapi juga tentang bagaimana kita memandang dan merasakan setiap perbuatan kita.
Mulut (Lisan)
Mulut, anggota tubuh yang paling sering kita gunakan untuk berbicara, ternyata menyimpan banyak makna. Kata-kata yang keluar dari mulut kita bisa menjadi sumber kebaikan atau malah keburukan. Tanpa sadar, banyak dari kita menggunakan mulut hanya untuk berbicara tanpa berpikir.
Lisan yang kita miliki dapat dengan mudah menyakiti orang lain, menyebarkan fitnah, atau bahkan merendahkan martabat sesama. Padahal, mulut juga adalah sarana untuk menyampaikan kebaikan, untuk berbagi kasih, untuk memberikan nasihat yang membangun.
Tapi pada akhirnya, kita harus ingat bahwa mulut ini akan tutup. “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan tangan mereka memberi kesaksian terhadap apa yang mereka kerjakan, dan kaki mereka menjadi saksi terhadap apa yang mereka perbuat” (QS. Yasin: 65).
Pada saatnya nanti, mulut yang selama ini kita gunakan untuk berbicara tak akan bisa lagi berbicara. Mulut yang selama ini kita gunakan untuk bersaksi akan diam. Semua yang kita katakan di dunia ini akan tercatat, dan anggota tubuh lain—tangan dan kaki—yang akan berbicara.
Tangan
Tangan kita adalah bagian dari tubuh yang paling kita andalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tangan digunakan untuk bekerja, memberi, meraih sesuatu, bahkan untuk membantu orang lain. Namun, tangan juga bisa digunakan untuk merusak, mencuri, atau menyakiti.
Tangan yang digunakan untuk menciptakan kebaikan akan menjadi amal jariyah yang terus mengalir. Namun, tangan yang digunakan untuk mencuri atau menyakiti orang lain akan menjadi saksi yang memberatkan di akhirat nanti.
Setiap kali kita menggunakan tangan, kita harus bertanya, “Apa yang telah aku perbuat dengan tangan ini?” Apakah tangan ini telah digunakan untuk memberi manfaat, untuk bekerja di jalan yang halal, ataukah tangan ini telah digunakan untuk merugikan orang lain?
Tangan yang kita gunakan dengan niat baik, yang kita gunakan untuk berbagi dan membantu, akan menjadi saksi atas kebaikan kita. Sebaliknya, tangan yang digunakan untuk mencuri, merusak, atau berbuat zalim, akan menjadi saksi yang memberatkan kita kelak di hari kiamat.
Kaki
Kaki adalah bagian tubuh yang membawa kita bergerak, berjalan, dan mencapai tujuan. Tanpa kaki, kita akan terhenti, tidak bisa melangkah ke mana-mana. Kaki yang kita miliki memungkinkan kita untuk pergi ke tempat-tempat yang membawa manfaat, yaitu: ke tempat kerja, ke sekolah, atau ke tempat ibadah.
Namun, kaki juga bisa membawa kita ke tempat-tempat yang buruk, ke tempat yang mendekatkan kita pada dosa.
Kita harus selalu bertanya pada diri sendiri, “Kemana kaki ini akan melangkah?” Setiap langkah yang kita ambil, setiap perjalanan yang kita tempuh, akan menuntun kita ke suatu tujuan. Jika kita berjalan menuju kebaikan, menuju tempat yang membawa berkah, maka kaki kita telah berjalan di jalan yang benar.
Tetapi jika kaki kita melangkah menuju tempat yang penuh kemaksiatan atau keburukan, maka kita harus introspeksi dan mempertanyakan arah langkah kita.
Kecerdasan Hati untuk Merenung
Di balik setiap perbuatan kita, ada hati yang memandu. Kecerdasan hati adalah kemampuan untuk merenung lebih dalam, untuk melihat dengan lebih jernih. Kita bukan hanya diminta untuk berpikir, tetapi juga merasakan. Melalui kecerdasan hati, kita bisa melihat betapa besar manfaat yang terkandung dalam setiap anggota tubuh yang Allah ciptakan.
Setiap anggota tubuh kita, yaitu: mulut, tangan, dan kaki, memiliki kekuatan luar biasa. Namun, kekuatan itu hanya akan berarti jika kita menggunakannya dengan bijak, dengan niat yang tulus, dan dengan kesadaran penuh bahwa setiap perbuatan kita akan dimintakan pertanggungjawaban.
Kecerdasan hati ini mengajak kita untuk lebih bijak dalam bertindak, untuk lebih cermat dalam berbicara, dan untuk lebih hati-hati dalam setiap langkah kita.
“Wa Fii Anfusikum Afala Tubshirun?”
Allah berfirman dalam Surah Adh-Dhariyat (51:21): “Dan pada dirimu (ada tanda-tanda kebesaran Allah). Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” Ayat ini adalah ajakan untuk merenung lebih dalam. Allah mengajak kita untuk melihat dengan hati, untuk memahami bahwa setiap bagian tubuh kita adalah tanda kebesaran-Nya.
Dan pada akhirnya, kita harus menyadari bahwa setiap anggota tubuh ini bukan hanya milik kita, tetapi amanah yang harus kita jaga dan gunakan sebaik-baiknya.
Penutup
Merenung tentang tubuh kita bukan hanya soal melihat ke dalam fisik kita, tetapi juga menyadari bahwa setiap bagian tubuh adalah anugerah yang harus kita pertanggungjawabkan.
Mulut, tangan, dan kaki adalah anggota tubuh yang akan menjadi saksi bagi setiap perbuatan kita. Dengan menggunakan kecerdasan hati, kita bisa menyadari sesadar-sadarnya bahwa setiap langkah, setiap kata, dan setiap tindakan akan tercatat dan dihitung di hadapan Allah.
Inilah saatnya kita mulai introspeksi, melihat dengan hati, dan bertanya pada diri sendiri: “Apa yang telah aku perbuat dengan mulut, tangan, dan kaki ini?”
Karena pada akhirnya, kita bukan hanya hidup untuk diri kita sendiri, tetapi untuk memberi manfaat, maslahat, dan menebar inspirasi kebaikan kepada siapa saja, kepada sebanyak-banyaknya manusia, dengan niat ibadah, hanya karena Allah SWT.
Salam INSPIRASI dari kami, ICMI.
*penulis adalah Akademisi Universitas Dr. Soetomo, Ketua ICMI Orwil Jawa Timur