KUANTAN SUNGINGI, PETISI.CO – Bagi traveler dan biker yang suka tuoring dari Sumatera Barat (Sumbar), Riau dan Jambi dari arah Terminal Kiliran Jao menuju ke Pekan Baru pada kilo meter 25, perbatasan Sumatera Barat dan Riau, berdiri bangunan yang sangat kokoh di kiri dan kanan jalan dengan ornamen ukiran kayu khas dari Bhumi Melayu.
Semua itu menghiasi lisplang dari tugu beratap yang juga berdiri kokoh tidak terawat, di sisi kiri dan di sisi kanan jalan Lintas Tengah Sumatera, orang-orang menyebut daerah ini dengan sebutan Batas Sumbar – Riau.
Fidalio Jagguk (34), perantauan dari Medan yang sudah 15 tahun menyewa dan bermukim di sekitar bangunan batas ini kepada petisi.co Rabu ( 24/5) menyampaikan dengan logat gaya Sumatera Utara, jika sepuluh tahun lalu, bangunan batas yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi Riau, apa bila matahari sudah rembang petang dan teduh, tempat ini ramai para pengendara mobil dan motor yang melintas.
Mereka berhenti untuk melepas lelah, istirahat sejenak sambil makan minum ringan dan bercengkerama.

Sementara Anji Prasdana (21) warga Sungai Rumbai Dharmasraya yang kuliah di Universitas Riau, yang saat itu berhenti dan berfoto dengan rekannya menyampaikan, dia setiap pulang liburan kampus pasti lewat. “Sayang bangunan batas ini sudah semak dengan rumput liar dan tidak terawat, catnya pada pudar dan berlumut,” ujarnya.
Walau demikian, bangunannya masih tegak kokoh berdiri membelah wilayah dua provinsi yakni Sumatera barat dan Riau. “Dahulu lima tahun belakang, batas ini enak digunakan untuk istirahat sejenak bagi pengendara yang perjalanan jauh,” ujarnya.
Dari pantauan petisi.co bangunan ini sebenarnya bisa digunakan untuk tempat istirahat para pengendara saat mudik lebaran nanti. Apalagi sebentar lagi datang bulan puasa dan lebaran.
“Tetapi pemerintah harus merawat dan memelihara aset bangunan batas, karena bangunan ini adalah roman muka Provinsi Riau,” ujarnya.(gus)