Oleh: Ulul Albab*
Ada satu ayat dalam Al-Qur’an yang terkadang terlewatkan dari perhatian kita. Ayat yang sering kali hanya dianggap sebagai sebuah peringatan biasa, namun sebenarnya menyimpan seruan mendalam yang dapat membuka pandangan kita tentang kehidupan dan alam semesta.
“Dan pada diri kalian, maka mengapa kalian tidak melihat?” (QS. Adh-Dhariyat 51:21). Sebuah pertanyaan yang langsung mengarah pada kita manusia, ciptaan paling sempurna dalam semesta ini.
Pernahkah kita berpikir tentang betapa sempurnanya diri kita diciptakan? Betapa Allah menanamkan dalam setiap sel tubuh kita tanda-tanda kebesaran-Nya? Mungkin kita sering kali mengabaikan tubuh kita yang begitu kompleks, begitu penuh dengan keajaiban yang hanya bisa dihasilkan oleh Sang Pencipta yang Maha Kuasa.
Coba sejenak merenung. Apa yang ada dalam tubuh kita yang tidak mengagumkan? Di balik setiap detil kehidupan kita, ada harmoni yang luar biasa.
Jantung yang berdetak tanpa henti, hampir 100.000 kali dalam sehari, tanpa pamrih, mengalirkan darah yang membawa kehidupan ke seluruh tubuh. Pernahkah kita berpikir, siapa yang memberi komando pada jantung itu? Atau bagaimana perut kita mengolah makanan menjadi energi, tanpa kita harus berpikir keras?
Kemudian, lihatlah sistem saraf kita. Ada ratusan miliar neuron yang saling berkomunikasi dalam kecepatan yang luar biasa, memungkinkan kita merasakan, berpikir, bergerak, dan merespon dunia ini.
Ada pula kekuatan otak yang luar biasa, yang meskipun beratnya hanya sekitar 1,3 kilogram, mampu memegang kendali penuh atas seluruh tubuh, menganalisa, berpikir, dan memahami dunia di sekitar kita.
Semua itu adalah tanda-tanda kebesaran Allah. Sebuah sistem kehidupan yang luar biasa, yang jika kita berhenti sejenak untuk merenung, akan membuat kita terkagum-kagum atas karya Sang Pencipta.
Masih ada lagi yang lebih mengagumkan, lebih dari sekadar detil-detil fisik, yang sering kita lupakan. Yaitu bahwa di dalam diri kita terdapat kekuatan batin yang tak terukur. Kemampuan untuk berpikir, mencintai, dan berempati. Kemampuan untuk menyelami makna hidup, untuk mencari tujuan, untuk merasa kecil di hadapan Yang Maha Besar. A[a itu ? Hati.
Apa yang ada dalam hati kita, seringkali jauh lebih dalam dan lebih misterius daripada apa yang bisa dilihat oleh mata fisik kita.
Allah memberi kita kemampuan untuk memahami hidup, untuk mengerti bahwa kita adalah bagian dari sebuah kisah yang jauh lebih besar, sebuah kisah yang melibatkan seluruh alam semesta. Setiap hembusan nafas, setiap detak jantung, adalah bagian dari kehendak-Nya yang agung.
Dan dalam setiap helaan nafas itu, Allah mengingatkan kita, “Lihatlah dalam dirimu, maka kamu akan menemukan Aku di sana.”
Melalui tubuh kita, melalui hati kita, melalui akal kita, Allah menunjukkan kehadiran-Nya yang tak terbatas. Tidak ada yang kebetulan, tidak ada yang terjadi tanpa alasan. Setiap bagian dari diri kita adalah perwujudan dari kasih sayang-Nya yang tiada henti.
Lantas, apa yang kita lakukan dengan hidup yang diberikan-Nya ini? Sebagai makhluk yang diberi kesadaran, kita tidak hanya hidup untuk diri sendiri. Kita hidup untuk saling mengingatkan, saling berbagi, dan berkontribusi untuk kebaikan bersama.
Merenungkan kebesaran Allah dalam diri kita seharusnya menggerakkan hati untuk memberi manfaat bagi sesama, menjaga lingkungan, dan mengusahakan kedamaian.
Ketika kita menyadari bahwa kita adalah ciptaan yang begitu sempurna, kita akan merasa lebih dekat dengan-Nya. Dan semakin dekat kita dengan-Nya, semakin besar pula tanggung jawab kita terhadap bumi dan sesama.
Kebesaran Allah tidak hanya terlihat dalam gemerlap bintang di langit, tetapi juga dalam setiap inci tubuh kita, dalam setiap hembusan nafas yang kita hirup. Setiap detil kehidupan kita adalah potret dari kesempurnaan Sang Pencipta.
Maka, mari kita mulai melihat dengan mata hati, menyadari dengan akal, dan meresapi hidup ini dengan rasa syukur yang mendalam. Sebab, seperti yang Allah tegaskan, “Afala tubshirun?” Mengapa kamu tidak melihat?
*penulis adalah: Ketua ICMI Orwil Jawa Timur