SURABAYA, PETISI.CO – Keraguan banyak pihak atas bau tak sedap di Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, terjawab sudah. Bukan cuma masyarakat saja yang merasakan bau tak sedap stadion yang menjadi kebanggaan warga Surabaya itu. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali juga mencium aroma tidak sedap di GBT.
Menteri asal Partai Golkar itu mencium bau tidak sedap GBT setelah sidak di stadion berkapasitas 50 ribu orang itu.
“Masih tercium. Belum hilang gitu lho. Kan saya sudah tahu dari sini, baunya itu lho,” ucap Zainudin Amali kepada puluhan wartawan yang meliput sidaknya di GBT, Minggu (3/11/2019).
Saat sidak sekitar pukul 15.00 WIB, Menpora yang didampingi Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Jatim, Supratomo dan Ketua Umum KONI Jatim, Erlangga Satriagung tidak bisa masuk ke dalam stadion GBT. Kunci gerbang utama stadion terkunci rapat. Hingga rombongan Menpora bergeser, tak terlihat petugas yang membawa kunci GBT.
Menurut Zainudin, GBT memang layak dipakai untuk menggelar pertandingan internasional. Namun, untuk menjadi tempat pertandingan Piala Dunia U-20, masih harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh FIFA.
Syarat-syarat itu, antara lain standarisasi stadion, lapangan pendukung dan sarana prasarana yang lain.
“Akses masuk dan lapangan pendukung jadi pertimbangan,” tandasnya.
Dengan melihat kondisi GBT tersebut, Zainudin mengaku belum tahu apakah ada potensi GBT tak dipakai untuk venue PD U-20.
“Saya tidak tahu. Saya belum ketemu Gubernur Jatim, Wali Kota Surabaya dan stake holder lainnya. Dengan KONI, saya sudah ngobrol informal saja,” tuturnya.
Karena itu, pihaknya akan menemui gubernur, wali kota, KONI dan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Jatim.
“Kita harus duduk bersama tanpa mencari siapa yang salah. Duduk bersama untuk mencari jalan keluar. Kita cari jalan keluar stadion mana yang sekiranya layak untuk ditentukan dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan FIFA,” paparnya.
Pihaknya juga menegaskan FIFA telah menetapkan negara Indonesia sebagai tuan rumah PD U-20. Karena itu, stadion mana yang akan dipakai untuk pertandingan PD U-20, FIFA yang menetapkan.
“Yang menentukan venue itu FIFA, bukan pemerintah. Sebagai orang dari Jatim, tentu berharap rek. Kita berharap Jatim dan Bali itu menjadi tempat pertandingan,” ujarnya.
Apakah hal itu bukan berarti pemerintah ikut campur tangan dalam menentukan tempat pertandingan?. Zainudin menyebut campur tangan pemerintah bukan seperti itu. Bagaimanapun pemerintah ikut mempersiapkan sarana prasarana agar pelaksanaan PD U-20 berjalan sukses.
Kalau tidak ada jaminan dari pemerintah, lanjutnya, maka Indonesia tidak mendapat kesempatan menjadi tuan rumah PD U-20. Karena presiden Jokowi mengirim surat ke FIFA, kemudian ada jaminan dari Menteri Keuangan, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Tenaga Kerja, Menteri Komunikasi dan Informatika serta Kapolri, maka Indonesia bisa menang.
“Ingat lawan kita saat penentuan tuan rumah PD U-20 itu, Brasil, Peru dan tiga gabungan negara Arab. Dari tradisi sepakbola, kita pasti kalah dari Brasil. Lalu, dari sisi keuangan dengan tiga gabungan negara Arab, kita juga kalah. Tapi karena jaminan pemerintah, maka FIFA melihat Indonesia layak menjadi penyelenggara Piala Dunia U-20,” ungkapnya.
Karena itu, Presiden FIFA terbang ke Bangkok khusus untuk menyampaikan selamat kepada Presiden Jokowi dan minta untuk supaya pengembangan sepakbola di Indonesia. (bm)