SURABAYA, PETISI.CO – Tarif retribusi parkir di jalan (on street) atau di bahu jalan rencananya bakal dinaikkan. Pasalnya, Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya tidak ingin parkir di bahu jalan menimbulkan kemacetan. Namun hingga kini belum diketahui nominal kenaikan tarif parkir baru nanti.
“Orang supaya mau menggunakan kendaraan umum, supaya tidak macet, orang masuk ke daerah itu harus dibatasi parkirnya. Nanti di titik tertentu ada TDM (Traffic Demand Manajemen), salah satunya pengendalian kendaraan pribadi dengan meninggikan tarif parkir,” ungkap Kepala Dishub Surabaya, Tundjung Iswandaru.
Satu hal yang pasti, yakni tarif parkir on street lebih mahal dibandingkan off street. Ia Tundjung mengatakan, harusnya di pinggir jalan itu dibesarkan tarif parkirnya.
“Tidak Rp 5 ribu, mungkin Rp 10 ribu. Supaya orang kalau mau parkir yang murah, parkirnya di gedung. Kalau di pinggir jalan parkirnya lebih larang. Supaya jalannya terjaga,” ujarnya.
Untuk saat ini, tarif parkir masih sama dengan sebelumnya. Namun, ketika nantinya tarif sudah naik, orang akan berpikir dua kali untuk parkir on street.
“Katakanlah tarifnya beda lagi mahal, orang mikir juga nanti. Parkir disini sekian, parkir disana lebih murah. Parkir disana saja lah,” kata Tundjung.
Di samping mengurai kemacetan, kenaikan tarif on street diharapkan berimbas pada target capaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2023, yakni Rp 32 miliar. Pasalnya, PAD parkir tahun 2022 target Rp 35 miliar, namun hanya tercapai Rp 18 miliar.
“(Pencapaian target PAD) tentu bisa berimbas ke situ,” paparnya.
Ia menyebut, di Surabaya ada 1.200 titik parkir, lebih dari 1.000 titik ialah on street. Sementara sisanya off street atau di dalam gedung.
“1000 lebih masih on street dan harus dikendalikan. Sementara itu PAD-nya harusnya ditingkatkan nominalnya supaya titik berkurang dapatnya lebih banyak,” pungkas Tundjung. (dvd)
