Surabaya, petisi.co – Ketua Umum DPP Partai Golkar Bahlil Lahadalia mengingatkan kader Partai Golkar akan pentingnya pelaksanaan Musda Partai Golkar. Musda tidak sekedar memilih Ketua, tapi juga harus bisa melahirkan keputusan-keputusan penting untuk kemajuan partai.
Hal itu disampaikan Bahlil pada pembukaan Musda Partai Golkar Jatim di Hotel Shangrila, Surabaya, Sabtu (10/5/2025). Musda Partai Golkar digelar untuk memilih ketua yang baru, setelah ketua lama M Sarmuji tidak mencalonkan lagi.
Di hadapan ratusan kader Golkar, Bahlil menyebut minimal ada tiga keputusan penting yang harus dibahas dalam Musda. Pertama, menyusun program kerja untuk lima tahun ke depan. Kedua, membuat pondasi terhadap kemajuan partai Golkar. Ketiga, memilih ketua yang baru.
“Dalam pandangan kami, forum musda juga sebagai start up untuk melakukan evaluasi total, baik di tingkat DPD II, kecamatan maupun desa,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini.
Menurutnya, Golkar akan tetap konsisten untuk menjalankan kaidah norma demokrasi sebagai salah satu partai tertua yang mendukung dan mempelopori sebuah proses perubahan demokrasi. Sebagian partai politik sekarang untuk mengganti ketua DPD tidak melalui musda, tapi cukup dengan surat penugasan.
“Itu juga sudah baik. Tapi, menurut kami bagi partai Golkar adalah tidak pas kalau tidak melibatkan seluruh kader partai untuk hadir dalam suasana seperti sekarang ini,” tuturnya.
Meski demikian, Bahlil menegaskan dirinya tidak akan melakukan intervensi dalam proses pemilihan Ketua DPD Golkar Jatim. Sebagai kader partai, dirinya tetap menghargai proses demokrasi yang berlaku dalam tubuh Golkar.
“Kami menghargai demokrasi yang ada, jadi mekanisme Musda tetap berjalan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan Organisasi (PO), serta tetap dalam kerangka pelaksanaan kerja partai. Soal berapa calon yang akan maju, itu kami serahkan sepenuhnya kepada forum,” jelas Bahl.
Dalam kesempatan ini, Bahlil menekankan bahwa sistem pemilu kita yang sudah dicetuskan, membuat dada sesak kader Golkar yang terpilih menjadi kepala daerah. Yang terpilih sebagai anggota DPR juga demikian saling berlomba, seperti penyu.
“Kalau di Papua, namanya kura-kura. Disini namanya penyu. Dari bawah bergerak ke atas nafas terengah-engah. Sampai kapan sistem pemilu seperti ini terus dipertahankan, sampai kapan,” ucapnya bernada tanya. (bm)