Tuban, petisi.co – Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. Koesma Kabupaten Tuban, Jawa Timur, dikeluhkan oleh keluarga pasien balita berusia 9 bulan. Balita tersebut kini harus menjalani perawatan intensif akibat mengalami gejala Sindrom Stevens-Johnson, sebuah kondisi langka yang menyerang kulit dan selaput lendir.
Sutrisno Puji Utomo (33), ayah dari balita tersebut, mengaku kecewa dengan penanganan awal yang dilakukan dokter jaga IGD RSUD Koesma Tuban. Menurutnya, saat anaknya menunjukkan gejala berupa ruam merah dan kulit melepuh, pihak rumah sakit milik pemerintah tersebut hanya melakukan pemeriksaan suhu tubuh dan saturasi oksigen tanpa pemeriksaan lanjutan seperti tes darah.
“Kami sempat menjelaskan kalau anak kami terus menangis, menggigil, dan wajahnya membengkak. Tapi dokter hanya memberi obat anti alergi dan menyuruh kami pulang. Malamnya kondisinya semakin parah,” ujar Sutrisno, warga Kelurahan Sukolilo, Kecamatan Tuban, saat ditemui awak media, Selasa (29/04/2025).
Keesokan harinya, anak tersebut dibawa ke rumah sakit Medika Mulia Tuban dan langsung mendapatkan penanganan menyeluruh. Setelah dilakukan pemeriksaan darah, balita itu didiagnosis mengalami infeksi impetigo dan Sindrom Stevens-Johnson (SJS).
“Ruam dan melepuhnya bukan karena ruam popok seperti yang dikira sebelumnya. Di RS Medika Mulia dijelaskan itu akibat SJS,” jelas Sutrisno.
Sutrisno berharap agar kejadian yang menimpa putranya menjadi pelajaran penting bagi RSUD dr. Koesma Tuban. Sebagai rumah sakit milik pemerintah, sudah seharusnya melakukan perbaikan layanan dan lebih cermat dalam menangani diagnosa pasien.
“Saya tidak ingin kejadian serupa dialami oleh orang lain. Cukup anak saya saja yang merasakan hal ini. Saya berharap IGD RSUD ke depan bisa lebih teliti dalam mendiagnosa pasien,” pungkasnya.
Menanggapi keluhan tersebut, Direktur RSUD dr. Koesma Tuban, dr. Moh Masyhudi membantah tudingan bahwa tim medis salah mendiagnosis. Ia menjelaskan bahwa tindakan dokter jaga sudah sesuai prosedur dan SOP.
“Menurut dokter Jaga, kondisi saat itu belum memerlukan opname sehingga pasien diberi obat alergi,” ujar Masyhudi saat dikonfirmasi.
Namun demikian, pihak RSUD telah melakukan evaluasi terhadap dokter yang menangani pasien dan memberikan pembinaan agar lebih cermat dalam mengambil keputusan medis.
“Dokter jaga dan kepala IGD sudah saya panggil untuk pendalaman, evaluasi dan klarifikasi,” tambahnya.
Masyhudi juga menambahkan bahwa Sindrom Stevens-Johnson merupakan penyakit langka yang membutuhkan penanganan dari berbagai disiplin ilmu kedokteran. Ia mengapresiasi langkah cepat yang dilakukan RS Medika Mulia dalam menangani kondisi pasien.
“Pasien sekarang dirawat dengan 3 dokter spesialis yakni spesialis mata, kulit dan anak di rumah sakit Medika Mulia,” tutupnya. (ric)