Pakar UI Nilai Penyekatan Suramadu Efektif Cegah Penularan Covid-19

oleh -52 Dilihat
oleh
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi meninjau tes swab di lokasi penyekatan Suramadu. (ist)

SURABAYA, PETISI.CO – Pakar Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (UI) Prof dr Pandu Riono, MPH, Ph.D juga ikut memberikan tanggapan atas langkah penyekatan jembatan Suramadu.

Menurutnya, tujuan dari penyekatan di akses Suramadu memang untuk membatasi mobilitas penduduk serta meningkatkan testing, tracing dan treatment. Lebih mudahnya adalah untuk memutus mata rantai penularan dan penyebaran Covid-19. Terlebih, baru-baru ini ditemukan kasus mutasi varian baru dari hasil penyekatan.

“Dengan adanya virus baru ini, lebih bermutasi dan lebih menular, maka baik dari Bangkalan maupun Kota Surabaya benar-benar harus menjaga penduduknya agar tidak berimbas lebih banyak,” ungkap Prof Pandu saat dikonfirmasi, Kamis (17/6/2021).

Karena itu, Prof Pandu juga mendorong semua pihak agar bisa melakukan langkah preventif supaya virus ini tidak lebih meluas. Salah satu caranya adalah dengan memasifkan upaya testing, tracing dan treatment. Makanya, perlu adanya kerjasama yang baik antara Pemkot Surabaya dan Pemkab Bangkalan.

“Itu harus kerjasama antara Pemkot Surabaya dan Bangkalan. Karena tujuannya sama, ingin saling menjaga dan saling melindungi agar perluasan virus ini tidak menyebar ke penduduk yang belum terkena,” ujarnya.

Di sisi lain, ia juga mengimbau pemerintah agar terus mengoptimalkan edukasi protokol kesehatan kepada masyarakat. Tentu cara edukasi yang dilakukan kepada warga Surabaya dan Bangkalan metodenya berbeda. Untuk itulah dalam hal ini perlu ada keterlibatan tokoh masyarakat, serta tokoh agama sekitar.

“Ada budaya-budaya yang harus dipahami. Karena edukasi tanpa keterlibatan masyarakat, maka edukasinya tidak nyampai. Ini kita khawatir dianggap malah menghambat, memburuk-burukkan suatu kota atau kabupaten. Karena itulah kita harus mengajak masyarakat untuk edukasi yang sama bukan hanya pemerintah saja,” kata Prof Pandu.

Sedangkan mengenai diterapkannya kebijakan screening dan swab di kedua arah Jembatan Suramadu, Prof Pandu pun menyatakan sepakat. Dia menilai bahwa kebijakan ini sebagai upaya melindungi penduduk, baik yang akan menuju Surabaya maupun Bangkalan, Madura.

“Baik penduduk Surabaya atau Madura yang melakukan perjalananan ke Madura maupun sebaliknya itu harus melalui testing. Karena virus ini bisa kena kepada siapa saja,” paparnya.

Kendati demikian, dirinya juga menyarankan agar kebijakan swab di kedua sisi akses Suramadu diberlakukan hingga angka positivity rate rendah. Misalnya, positivity rate telah mencapai di bawah 5 persen atau posisi 1 persen. Nah, setelah itu intensitas swab di penyekatan ini bisa dikurangi atau tidak dilakukan dalam tiap hari.

“Nah pengurangannya itu bisa tidak setiap hari. Jadi, mengurangi kegiatan testing. Jadi kalau tiap hari mau bolak-balik ke Madura itu setiap 3 hari sekali testing. Karena testingnya kan antigen, jadi kalau sudah negatif tidak perlu testing lagi baik yang dari Madura atau Surabaya,” pungkas Prof Pandu. (dwd)

No More Posts Available.

No more pages to load.