Pakde Karwo Hadiri Peluncuran Buku ‘Sepenggal Kisah Bapak Paliatif Indonesia’

oleh -45 Dilihat
oleh
Pakde Karwo foto bersama Prof. Sunaryadi.

Maknai Sun Sebagai Kasih Sayang dan Matahari

SURABAYA, PETISI.CO – Sun atau disun (bhs. Jawa) artinya kasih sayang atau ciuman kasih sayang. Sun juga berarti matahari-bhs Inggris, yang bermakna matahari bagi kegelapan, sumber inspirasi bagi yang punya hati.

Pemaknaan tersebut disampaikan Gubernur Jatim saat memberikan sambutan peluncuran buku “Prof. Sunaryadi, Sepenggal Kisah Bapak Paliatif Indonesia” di Grand City Mall Surabaya, Sabtu (29/4/2017).

Prof. Sun-sapaan Profesor Sunaryadi telah memberikan banyak inspirasi. “Salah satunya adalah Dik Nina, isteri saya, sehingga ia terinspirasi menangani para penderita kanker di Jawa Timur,” ujarnya yang dalam kegiatan ini didampingi Hj. Nina Soekarwo.

Prof. Sunaryadi dan tulisannya, lanjut Pakde Karwo, merupakan bagian matahari yang menyinari Jatim. Diharapkan, yang dilakukannya mendidik masyarakat untuk mamanusiakan manusia, ditengah kondisi materialistik.

“Tanpa tindakan-tindakan manusiawi, saya kuatir kita menjadi robot semua, sehingga menjadi mekanik semua.”

Tentang paliatif sendiri, diakui Pakde Karwo, ia tidak mengetahui banyak pada awalnya, dan baru memahaminya ketika diajak Ny. Nina Soekarwo ke rumah singgah paliatif Mulyorejo Surabaya. Disanalah, dirinya mengetahui paliatif dan para penderita kanker.

Pakde Karwo menambahkan, mereka yang tergabung dalam paliatif merupakan kumpulan orang baik, yang dengan hati tulus membantu orang sakit, yang apabila penderita meninggal dunia dengan bermartabat, yakni bebas nyeri.

16 Tahun Yayasan Paliatif

Menurut Ketua Umum Yayasan Paliatif Surabaya Liza C Hariyadi, peluncuran buku Prof Sunaryadi ini dilakukan pada peringatan 16 tahun yayasan paliatif Surabaya.

Selain sebagai sosialisasi tentang perawatan paliatif, penerbitan buku ini, juga diharapkannya dapat menginspirasi dan menarik generasi muda untuk menarik minat generasi muda terhadap paliatif, yang dinilai tidak seksi.

Juga, prinsip-prinsip dan falsafah Prof. Sunaryadi yang memiliki komitmen tinggi, ditengah keterbatasan ekonomi orangtuanya mampu menjadi seperti saat ini, seorang profesor paliatif.

Dilahirkan di Cirebon tahun 1934 dari seorang ayah guru dan ibu penjual sate, serta harus menempuh STM karena permintaan orangtua, Sunaryadi Tejawinata akhirnya sekolah SMA dan diterima di Fak. Kedokteran UNAIR tahun 1955.

Ikutserta membidani lahirnya yayasan Paliatif Surabaya, yayasan tersebut saat ini dapat memberikan donasi bagi para penderita kanker tidak mampu.

Selain kepada pasien di RSUD Dr. Sutomo, yayasan ini juga memberikan obat-obatan bagi pasien kanker tidak mampu, yakni Rumah Sakit di Batu, juga memberikan bantuan kepada anak-anak yang orangtuanya meninggal karena penyakit kanker.

Hadir dalam kegiatan ini, Konjen Jepang, para konsul kehormatan di Jatim, Kadinkes. Prov Jatim, Direktur RSUD Dr. Sutomo. (cah/diw)