Pelatih Bulu Tangkis Indonesia Guncang Amerika Serikat

oleh -261 Dilihat
oleh
I Komang Sandy Wijaya bersama anak asuhnya

SURABAYA, PETISI.CO – Pelatih bulu tangkis Indonesia, Komang Sandy Wijaya mengguncang Amerika Serikat (AS). Pria asal Kota Surabaya, Komang Sandy Wijaya sukses mengantarkan anak asuhnya, Franklin Yiu, mampu juara tunggal putra dalam ajang bergengsi, Nothern Collegiate dan dilaksanakan di Boston. Pesertanya semua pebulu tangkis terbaik yang berstatus mahasiswa di Amerika Serikat.

Bagi Sandy, sapaan I Komang Sandy Wijaya, capaian tersebut juga berkat latihan keras dari Franklin. Dia sejak usia enam tahun sudah dilatihnya.

“Saat ini, Franklin kuliah New York University. Dia mengambil jurusan Matematika computer science,” jelas pelatih yang dibesarkan di klub Wima, Surabaya, tersebut.

Franklin sendiri dari sisi usia, kata Komang, masih sangat muda, yakni 19 tahun. Tapi, ketika di lapangan, semangatnya menjadi juara sangat tinggi.

”Lawan yang dikalahkan dari Boston University,” ujarnya.

Polesan Sandy ini membuat untuk kali pertama ada pebulu tangkis dari Newyork University yang mampu menjadi juara Amerika. Tak bisa dipungkiri, pengalaman yang dimiliki Sandy memang memegang peranan besar.

Sandy sendiri lahir di Surabaya pada 11 Desember 1989. Kemampuanya bermain bulu tangkis membuat dia masuk ke klub besar di Indonesia, PB Djarum Kudus dan PB Wima Surabaya. Ia bermain dengan spesialisasi ganda. Salah satu pasangannya yang membuat Sandy disegani adalah Riky Widianto. Riky merupakan mantan pasangan ganda campuran 10 besar dunia.

Sandy menginjakan kakinya di Amerika Serikat pada 2016. Di Negeri Paman Sam, dia bergabung dengan International Badminton Centre (IBC) di New Jersey. Komang menjabat tugas rangkap, sebagai atlet dan juga pelatih.

Sebagai atlet, Komang sudah kenyang pengalaman. Dia sudah merasakan kerasnya persaingan bukan hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri. Di dalam negeri, Komang bertarung dalam sirkuit nasional (sirnas). Dengan membela klub Wima, Surabaya, hasil yang dipetiknya tidak mengecewakan. Komang mampu menembus final dalam Sirnas Bandung dan Makassar.

”Saya pernah menjadi semifinalis Indonesia International Challenge di Surabaya 2013,” ungkap Sandy.

Selain itu, dia juga pernah menjadi lawan tanding di beberapa negara Asia dari Malaysia, Filipina, hingga India. Setelah itu, Komang berpetualang ke Eropa. Dua negara, Republik Ceko dan Swiss.

”Saya pernah berlaga di kompetisi di Repubik Ceko membela klub Trencin dan Sokol Dobruska. Sedangkan di Swiss, saya membela CBA,” kata Komang.

Penampilannya yang apik di benua putih itu akhirnya membuat Badminton International Centre terpikat. Pada 2016, klub itu ingin memakai jasa dan menerima ilmu yang dimiliki Sandy.

Selain mengantarkan anak asuhnya menjadi juara mahasiswa se Amerika Serikat, Sandy juga pernah membawa anak asuhnya mampu menembus final tunggal putri di bawah usia 15 tahun (U-15) kejuaraan nasional AS. (cah)