MAGETAN, PETISI.CO – Rangkaian Kegiatan Pameran Tosan Aji yang di prakarsai oleh Paguyuban sejarah Kebudayaan Tradisional dan Ekonomi Kreatif (Pekatik) bekerja sama Pemkab Magetan, menyajikan workshop proses pembuatan pusaka keris tosan aji dengan tujuan memberikan edukasi kepada masyarakat untuk melestarikan warisan budaya leluhur oleh Empu Mng. A. Daliman Puspobudoyo dari Surakarta, Teguh Empu Tosan Aji Magetan.
Usai pelaksanaan ritual dan do’a dalam kesempatan tersebut Bupati Magetan berikut Sekretaris Daerah, Wakil Ketua DPRD, Kepala Disparbud turut mencoba menempa besi yang akan di jadikan sebuah Keris bernama Pandowo Cinarito dengan 346 lipatan sesuai hari jadi Kabupaten Magetan di Pelataran Gedung Kesenian Tripandita, Sabtu (27/11/2021).
Empu Daliman Puspobudoyo sampaikan kebudayaan Tosan Aji sejak 2005 lalu sudah diakui oleh Unesco bahwa Keris ini salah satu warisan dunia. Jadi sebagai bangsa Indonesia kita patut berbangga, tentang kelangsungan dan pengembangan budaya warisan leluhur kita ini.
Indonesia dipandang karena memiliki sekolah satu satunya di dunia. Sehingga dengan penyelenggaran pertama pembuatan Keris di Kabupaten Magetan ini akan mengawali pelestarian dan pengembangan warisan budaya leluhur dan bisa mempersatukan masyarakat. Sehingga warisan kebudayaan ini tidak punah. Selain itu ini suatu pengembangan regenerasi dan nantinya akan terlindungi menjadi cagar budaya.
Harapannya pembuatan pusaka keris ini Pemerintah Kabupaten Magetan akan memiliki keris, karena keris ini juga menjadi simbol kabupaten.
Karena usia Magetan 346 pada pembuatan keris ini akan diusahakan mempunyai lipatan 346 sesuai dengan hari jadi Kabupaten Magetan.
“Mudah mudahan nanti Keris ini bisa bermanfaat baik masyarakat Magetan maupun Pemkab Magetan,” ujar empu Daliman.
Jadi dengan adanya pembuatan keris ini akan menjadi penanda, pengingat, spirit mengingatkan bahwa masyarakat Indonesia khususnya Magetan mempunyai keris sebagai warisan leluhur bangsa.
“Karena di Magetan ini ada salah satu Empu yakni Ki Mageti dan ini harus dilestarikan dan dijaga keberlangsungannya oleh masyarakat dan pemerintah yang ada di Magetan,” ungkapnya.
“Pembuatan Keris ini filosofinya dengan 346 kita merupakan masa kebangkitan khususnya terhadap budaya Perkerisan selain itu kesenian yang lainya akan dilestarikan dan di kembangkan oleh generasi yang akan datang, sehingga tidak berguru ke negara lain,” jelasnya.
Sementara Menurut Joko Trihono, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magetan ungkapkan, workshop ini salah satu rangkaian kegiatan pameran tosan aji, yang akan menghasilkan satu bilah pusaka keris yang menggambarkan HUT Magetan tahun ini yakni 346 tahun.
Pada bilah keris itu nanti terdapat 346 lipatan yang pamornya akan ditentukan oleh sang empunya.”Jadi ada sebua tonggak pameran tosan aji ini bisa mengangkat keris Mageti yang ada di Magetan,” terangnya.
Seperti yang sudah disampaikan oleh Bapak Bupati diharapkan kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan rutin setiap tahunya, kebetulan pada moment tahun ini dibarengi peringatan hari keris dunia 25 November yang telah di laksanakan pada pembukaan pameran tosan Aji kemarin.
Harapan itu kita tangkap untuk kita sampaikan kepada komunitas bersama sama komunitas daerah untuk bersama sama melestarikan budaya dengan cara penyelengaraan Pameran keris seperti ini.
Dan Event ini juga harapan dari pemerintah pusat yaitu Bapak Presiden RI bahwasanya di masa Pandemi Ekonomi tetap harus berjalan tetap menerapkan prokes, sehingga keduanya harus berjalan seimbang antara perekonomian dan kesehatan, tatkala ada sesuatu yang orgen pemerintah daerah harus segera mengambil sikap bagaimana cara mengatasinya, termasuk acara ini prokes harus di lakukan secara ketat bagi pelaku maupun pengunjung.
Joko Trihono tegaskan untuk tahun depan event ini akan digelar kembali. “Pihaknya akan bicarakan dengan komunitas, kita dorong dari dinas dan jika memungkinkan kita bantu anggaranya karena untuk sementara ini yang melaksanakan Komunitas Pekatik,” tegasnya.
Keris ini adalah peninggalan budaya bangsa kita yang sudah dunia melalui Unesco, untuk itu kita sebagai bangsa pemilik keris ini tatkala lupa berarti melupakan warisan leluhur budaya budaya kita.
“Oleh sebab itu dalam penyelengaraan pameran keris ini kita berharap seluruh elemen kawula muda khususnya pelajar baik SMP, SMA kita undang untuk melihat dan kita berikan seminar tentang keris bagaimana keris ini dalam prospek budaya dan bagaimana keris ini dalam prospek tatanan kehidupan kita, ekonomi, sosial, budaya dan negara,” pungkasnya. (pgh)