Pemprov Jatim Dukung Unair Kembangkan Penelitian Obat Covid-19

oleh -73 Dilihat
oleh
Gubernur Khofifah dialog dengan salah satu dokter di RS Universitas Airlangga Surabaya.

SURABAYA, PETISI.CO – Kabar baik kembali diterima masyarakat Jawa Timur (Jatim) di tengah pandemi Covid-19. Tim Peneliti Universitas Airlangga (Unair) Surabaya telah menemukan obat yang diindikasikan bisa membantu penyembuhan bagi pasien Covid-19.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengaku sangat senang memberikan apresiasinya kepada tim peneliti. Karena itu, gubernur akan mendukung tim peneliti Unair yang tengah berkolaborasi dengan Gugus Tugas Covid Indonesia dan Badan Intelejen Negara (BIN).

“Intinya, Pemprov Jatim akan mendukung Unair untuk mengembangkan penelitian obat-obat temuannya. Karena ini merupakah salah satu upaya untuk mempercepat penanganan Covid-19 di Jatim bahkan di Indonesia,” kata Khofifah saat ditemui di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu (13/6/2020).

Pihaknya akan memberikan kesempatan bagi tim peneliti agar obat-obat tersebut nantinya bisa diteliti dan dikembangkan di Rumah Sakit Pemprov. Hal tersebut tak lain supaya segera dilakukan penelitian lebih lanjut ke arah klinis.

Dengan demikian, bisa segera diuji efektivitasnya, sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada. “Lewat penelitian ini, kami berharap akan bisa meningkatkan rasio angka kesembuhan serta dalam waktu yang sama bisa menurunkan angka kematian akibat Covid-19 di Jatim,” tuturnya.

Berdasarkan keterangan dari Rektor Unair, Prof Moh Nasih, terdapat lima kombinasi obat yang dinyatakan berhasil melalui penelitian. Kombinasi obat yang pertama yaitu Lopinavir, ritonavir dan azitromisin.

Kombinasi kedua Lopinavir, ritonavir dan doksisiklin. Ketiga Lopinavir, ritonavir dan klaritromisin. Keempat Hidroksiklorokuin dan azitromisin serta kelima Hidroksiklorokuin dan doksisiklin.

Perwakilan dari tim peneliti Unair, dr Purwati SpPd K-PTI FINASIM menyatakan bahwa pihaknya telah meneliti 14 regimen obat. Dari 14 regimen itu, didapatkan lima kombinasi regimen obat yang mempunyai potensi dan efektivitas yang cukup bagus.

Kelima regimen itu dirasa mampu menghambat perkembangbiakan virus. Hingga membuat virus SARS-CoV-2 tidak terdeteksi lagi.

“Dengan menurunnya jumlah virus bahkan sampai tidak terdeteksi dengan regimen obat ini maka bisa memutus mata rantai penularan,” katanya.

Terkait peredaran obat itu sendiri, dr Purwati menyebut jika obat-obat yang disebutkan sudah beredar di pasaran. Itu artinya obat-obat tersebut sudah mendapat ijin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga aman dikonsumsi.

Namun penelitian lebih lanjut harus terus di dukung untuk menghitung efektivitas dan efisiensinya pada manusia.(bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.