Pengamat: Calon Walikota Surabaya Harus Sekelas Bambang DH

oleh -109 Dilihat
oleh
Suko Widodo.(ist)

SURABAYA, PETISI.CO Pilkada Serentak 2020 kurang 4 bulan lagi. Namun Surabaya sebagai daerah yang ikut menggelar pesta demokrasi ini masih ‘woles’, kontestasi politiknya belum sepanas wilayah lain yang telah mendeklarasikan para calonnya.

Ya, hingga kini baru Machfud Arifin yang resmi mendapatkan rekomendasi 8 partai politik. Tersisa 2 partai yaitu PDIP dan PSI yang belum menunjuk siapa jagonya.

Meski demikian, berbagai harapan terus mengalir terkait kriteria sosok yang layak memimpin Kota Pahlwan.

Pengamat Komunikasi Politik asal Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Suko Widodo mislanya,  berharap walikota pengganti Tri Rismaharini alias Risma memiliki kemampuan sekelas Bambang DH.

Suko menuturkan dalam satu dekade terakhir, Surabaya kehilangan karakter.

“Kehilangan spirit kesurabayaan, jujur saja. Surabaya tidak ber-roh apa berkarakter itu ya dekade ini,” katanya, Minggu (2/8/2020).

Ditegaskan Suko, Bambang DH lah yang meletakkan dasar saat periode pertama menjadi wali kota periode Tahun 2002-2010.

“Tahun 2003, Pak Bambang meletakkan dasar pembangunan kota Surabaya, dengan pendekatan ilmiah untuk menata kota. Jadi grand strategy 2003-2020,” kata Suko.

Suko tahu betul, karena saat itu ikut masuk tim besar penyusun grand stategy. “Bappeda (kini Bappeko) itu bagaimana menyusun grand strategy, sudah. Misalnya kota lama jadi apa, daerah ini ada apa,” katanya.

“Dan detail Pak Bambang itu. Wis repot ngapusi Pak Bambang, gak iso (susah membohongi Bambang DH). Iki lho kok iso ngene iki, ngene iki (paling hanya bilang kok bisa seperti ini),” sambungnya.

Bambang DH disebut Suko juga tak pernah marah atau memecat orang. “Kecuali oknum, kenakalan, tapi secara tugas itu beliau tak pernah mecat orang,” katanya.

Justru dia banyak membantu agar orang tersebut jadi. “Orang-orang yang kepala dinas sekarang, itu sebenarnya ketika masa-masa itu diberi kesempatan Pak Bambang untuk belajar,” ucapnya.

Jadi, menurutnya tak berlebihan bila dia menyebut sosok yang ideal memimpin Surabaya pasca Risma harus sekelas Bambang DH.

“Ya kayak Pak Bambang. Maksud saya, dia cerdas karena basic-nya ilmiah. Memiliki kemampuan lobi, terus komunikasinya bagus. Pak Bambang punya tiga ini,” kata Suko yang juga ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Unair.

Dalam hal komunikasi, misalnya. Bambang DH terkadang lebih banyak mendengar. “Komunikasi kan bukan sekadar pidato. Kadang Pak bambang diam, mendengarkan, sambil mikir. Jadi mau mendengarkan,” ujarnya.

Contohnya saat pembangunan Kali Lamong, di masa itu Gubernur Jatim Imam Utomo ingin pembangunan diarahkan ke Tanjung Bumi di Madura. Bukannya menantang dengan frontal, tapi Bambang DH mengajukan fakta-fakta dan data kuat kenapa Teluk Lamong lebih visible. Dari jarak yang lebih dekat dengan Tanjung Perak, kesiapan fasilitas pergudangan hingga infrastrtuktur jalan.

“Jadi memang dasarnya data,” katanya.

Begitu juga soal blusukan untuk melihat langsung kondisi warga yang dipimpinnya, Suko bahkan menyebut Presiden Jokowi masih kalah dengan Bambang DH.

Nuwun sewu ya. Blusukannya Pak Jokowi pakai wartawan, Pak Bambang enggak. Blusukan-blusukan aja, orang enggak tahu bahwa itu wali kota, itu enggak ngerti. Sik kerso (masih mau) naik sepda motor,” katanya.(*/kip)

No More Posts Available.

No more pages to load.