Peran Tuan Guru dalam Perkembangan Islam dan Kedekatan Sosial Budaya Indonesia-Cape Town

oleh -375 Dilihat
oleh
Konjen RI Tudiono didampingi Konsul Pensosbud Daddy Juliansyah berkesempatan berbincang dengan Syekh Muttaqin Rakieb WN Afrika Selatan keturunan ke-5 dari Tuan Guru, puteri dan isterinya.

CAPE TOWN, PETISI.CO – Banyak ulama pejuang Indonesia yang diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda ke Cape Town dan berperan penting dalam perkembangan Islam. Salah satunya adalah Abdullah bin Qadhi Abdussalam dari Tidore.

“Peran beliau dalam pengajaran Islam dengan membentuk madrasah dan merupakan yang pertama di Cape Town menjadikan Abdullah bin Qadhi Abdussalam mendapat julukan Tuan Guru. Nama Tuan Guru bahkan diabadikan oleh Pemerintah Afrika Selatan sebagai salah satu nama jembatan di Cape Town,” ujar Konsul Jenderal RI Tudiono kepada petisi.co

Tuan Guru, kata Tudiono,  juga dikenal sebagai pendiri masjid pertama di Cape Town yang bernama Majid Auwal.

Jumat  (23/12/2023), Konjen RI Tudiono didampingi Konsul Pensosbud Daddy Juliansyah berkesempatan berbincang dengan Syekh Muttaqin Rakieb WN Afrika Selatan keturunan ke-5 dari Tuan Guru, puteri dan isterinya,  di KJRI Cape Town.

Saat ini, puteri Sheikh Muttaqin Rakieb sedang menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semester 7 dan mulai fasih berbahasa Indonesia.

Syekh Muttaqin Rakieb sendiri memandang diri dan keluarganya adalah bagian dari Indonesia. Oleh karena itu dirinya sangat mendukung misi KJRI dalam merekatkan hubungan sosial budaya Cape Town dengan Indonesia.

Kepada Konjen RI Cape Town, Syekh Muttaqin Rakieb menuturkan bahwa ayahnya dulu pada tahun 1980-an berjuang keras sampai ke Singapura untuk  menemukan jejak nassab (garis keturunan) keluarga yang berada di Tidore Indonesia. Namun belum berhasil.

Baru pada masanya Syekh Muttaqin Rakieb dapat menemukan garis keturunan Tuan Guru di Tidore Indonesia. Temuan ini sangat penting yang sekaligus menepis sebagian anggapan bahwa Tuan Guru berasal dari Malaysia.

Abdullah bin Qadhi Abdussalam atau Tuan Guru lahir di Tidore pada 1712, merupakan ulama besar Indonesia dan menjadi penasihat Sultan Jamaluddin ketika menguasai daerah perdagangan rempah di Maluku. Karena aktif melakukan perlawanan terhadap VOC, Tuan Guru diasingkan ke Cape Town.

Tuan Guru tiba di Cape Town pada 1780 dan dipenjara di Robben Island (30 menit dari Cape Town), pulau tempat Nelson Mandela dipenjara semasa apartheid.

Selama dipenjara,  Tuan Guru menulis ulang Al-Qur’an berdasarkan ingatannya. Mushaf yang tersimpan di Masjid Auwal tersebut setelah diteliti, akurasinya mendekati sempurna. Semasa dipenjara Tuan Guru juga menulis kitab “Ma’rifat wal Iman wal Islam” (Pengetahuan Iman dan Agama) setebal 613 halaman yang menjadi referensi umat Islam di Cape Town.

Setelah bebas, Tuan Guru menetap di Cape Town dan melanjutkan dakwah Islam, termasuk membangun madrasah – a religious school of Islam.

Madrasah tersebut berhasil dibangun dan dioperasikan dari rumah Coridon of Ceylon di Dorp Street Cape Town dan merupakan madrasah pertama di Afrika Selatan yang sangat populer di kalangan para budak dan free black community.

Madrasah ini memainkan peran yang sangat penting dalam meng-Islam-kan banyak budak di Cape Town saat itu. Peran Abdullah bin Qadhi Abdussalam yang demikian kuat dalam pendidikan Islam melalui madrasah tersebut menjadikannya disebut sebagai  Tuan Guru.

Dari madrasah ini lahir imam-imam besar seperti imam Abdol Bazier, Abdol Barrie, Achmat [Ahmad] van Bengalen, Imam Hadjie dll.

Keberadaan institusi pendidikan Muslim nampaknya menjadi concern otoritas Cape yang waktu itu di bawah the Earl of Caledon, yang menyatakan :

 “if the slaves were left in a state of ignorance, they would fall prey to the zeal of the Mohammedan priests, who were conducting a school in Cape Town that was attended by 375 slave children”.

Ketika Belanda dikalahkan Inggris melalui peperangan the War of Muizenberg tahun 1795, Cape Town dan sekitarnya diambil alih oleh Inggris. Gubernur Inggris Jenderal Craig, nampaknya lebih welcome terhadap kaum Muslim dan memberikan ijin mereka membangun masjid.

Tuan Guru tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan selanjutnya mengubah madrasah menjadi masjid dan dikenal sebagai Masjid Auwal- masjid pertama yang dibangun di Afrika Selatan pada 1794. Masjid ini hingga kini masih berdiri kokoh di kawasan Bo-Kaap, Cape Town. Tuan Guru meninggal pada 1807, dan dimakamkan di pemakaman Tana Baru di Bo-Kaap.

Tuan Guru Imam Abdullah Bin Qadi Abdussalam

Dari jejak nassab, diketahui bahwa Tuan Guru adalah keturunan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dari Cirebon, dan Syekh Muttaqin juga masih berkerabat dengan mantan Menteri Pemuda dan Olah Raga, Abdul Ghafur.

Kini Syekh Muttaqin Rakieb telah lancar berbahasa Indonesia dan sangat mudah berkomunikasi dengan sanak saudara di Tidore.

Walaupun Cape Town berada jauh dari Indonesia sekitar 9.470 km dari Jakarta, namun ikatan sosial budaya masyarakat Cape Town, terutama komunitas Cape Malay dengan Indonesia sangat kuat.

Pada pertemuan Konsul Jenderal Tudiono dengan CEO Suburban Travel tanggal 14 Oktober, Suburban Travel menawarkan paket tur ke kota-kota di Indonesia yang memiliki hubungan historis erat dengan masyarakat Cape Malay Afsel.

Dari jejak ikatan sejarah dan budaya, dapat dicatat antara lain kata-kata dalam bahasa Indonesia yang sama dengan di komunitas Cape Malay seperti “terima kasih”, “lebaran”, “puasa”, “buka puasa”, “mas kawin”, juga kata “bang” yang di beberapa daerah di Sumatera berarti “adzan”.

Cara belajar mengaji yang dulu banyak digunakan di Indonesia, juga dekat dengan komunitas Cape Malay, yaitu:

“Alif atas A”        –    “Alif bawah I”        –    “Alif depan U”       –     “A I U”

“Ba’ atas Ba”      –    “Ba’ bawah Bi”      –    “Ba’ depan Bu”     –    “Ba Bi Bu”.

Selain itu kesamaan dalam budaya ratieb Komunitas Cape Malay yaitu atraksi yang mempertunjukkan kekebalan tubuh dari senjata tajam yang mirip dengan  debus di Banten.

Masyrakat  Cape Malay juga memperingati kelahiran Nabi Muhammad  SAW  yang dikenal sebagai tradisi “Moulood”, sama halnya dengan di Indonesia yaitu “Maulud Nabi” atau di Pulau Jawa dikenal sebagai “Mauludan”. Tetua masyarakat Cape Malay meyakini tradisi Moulood berasal dari Indonesia.

Untuk mempererat hubungan dan kerjasama Cape Town dengan Indonesia, Pemerintah Indonesia melalui KJRI menjalankan sejumlah program seperti penawaran beasiswa Kemitraan Negara Berkembang, Darmasiswa, Beasiswa Seni dan Budaya.

“Pemerintah Indonesia menawarkan beasiswa untuk belajar di Indonesia, bidang-bidang ilmu yang ditawarkan juga termasuk seni, budaya, dan Bahasa Indonesia,” ujar Tudiono.

Menurutnya, bekerjasama dengan Badan Bahasa Kemdikbud Ristek Dikti, KJRI juga membuka kelas Bahasa Indonesia bagi warga Afrika Selatan yang sejauh ini mayoritas pesertanya adalah Cape Malay.(kip)

No More Posts Available.

No more pages to load.