Perempuan di Era Industri 4.0 Tidak Boleh Kalah Dengan Laki Laki

oleh -48 Dilihat
oleh
Rektor UMM Dr. Fauzan MP, d memberikan cinderamata pada Wagub Jatim, Emil Elastianto Dardak yang menjadi pembicara di kuliah umum yang digelar UMM

MALANG, PETISI.CO – Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat hanya ada 30 persen pekerja perempuan di bidang industri sains, teknologi, teknik, dan matematik. Data ini disampaikan Walikota Batu, Dra. Hj. Dewanti Rumpoko, M.Si. di hadapan ribuan mahasiswa yang hadir di Gedung DOME Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (6/3/2019).

Walikota Batu ini, pada acara kuliah tamu yang rencananya menghadirkan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Dewanti didapuk sebagai pembicara talk show peringatan Hari Perempuan Internasional 8 Maret mendatang.

“Tantangannya sekarang, bagaimana mengubah sikap permisif dan praktek budaya yang membatasi kemajuan perempuan melalui pendidikan untuk memperkecil kesenjangan antara kaum perempuan dan laki-laki. Perlu program-program pemberdayaan bagi kaum perempuan,” ungkapnya.

Hadirnya Revolusi Industri 4.0, disebutnya harus dapat dikelola dengan baik oleh kaum perempuan, karena memiliki prospek yang menjanjikan bagi posisi perempuan sebagai bagian dari peradaban dunia.

“Karena perempuan memiliki peran yang sangat strategis, sebagai ibu rumah tangga dan sekaligus juga memiliki peran dalam masyarakat,” sambung Dewanti.

Ditambahkan Dewanti, perempuan harus kreatif dan berpendidikan tinggi. Agar kebermanfaatannya dapat terasa secara nyata. Dalam dunia pendidikan, lanjutnya, perempuan juga harus memiliki orientasi pendidikan setinggi mungkin. Supaya ketika menjadi seorang ibu, perempuan dapat menjadi tempat pertama untuk memperluas wawasan anaknya.

“Jangan kalah dengan laki-laki, perempuan juga bisa!,” serunya disambut tepuk tangan mahasiswa dan civitas akademika UMM.

Sementara itu, pemerhati gender dan akademisi program studi Ilmu Pemerintahan UMM Dr. Tri Sulsityaningsih, M.Si menyataakan bahwa di era Industri 4.0, peran perempuan di dunia kerja semakin penting. Di sisi lain, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada awal tahun 2018, berdasarkan data BPS, TPAK laki-laki sebesar 83,01 persen, sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar 55,44 persen.

“Sayangnya, sambung Tri, untuk mencapai kesetaraan peran perempuan dan laki-laki masih menemukan banyak hambatan. Utamanya, kesenjangan akses dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi antara perempuan dan laki-laki masih cukup besar. Mengutip data International Telecommunication Union (ITU), menunjukkan prosentase pengguna teknologi informasi dan komunikasi perempuan masih lebih rendah,“ ungkapnya.

Dan dari data yang ada baru ada beberapa negara eropa dan Singapura yang negaranya melindungi perempuan.

“Ini menjadi faktor-faktor penghambat perempuan di negara berkembang, dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi adalah pendidikan, keaksaraan, bahasa, waktu, biaya, norma sosial dan budaya. Perempuan Indonesia merupakan pengguna Internet yang aktif, namun memiliki literasi digital yang rendah, hal ini disebabkan oleh kurangnya pelatihan, latar belakang pendidikan yang rendah, dan lainnya,” katanya.

Perempuan sebagai partner dalam pembangunan dewasa ini harus meningkatkan kemampuannya di segala aspek, termasuk dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.

“Kemampuan individu untuk bisa mengakses informasi di era digital merupakan hal penting, termasuk bagi perempuan. Berbagai usaha ini sebagai bagian dari peningkatan kapasitas perempuan agar ikut berperan secara aktif,” tandasnya.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa yang diwakili Wakil Gubernur Dr. H. Emil Elestianto Dardak, M.Sc. memaparkan strategi dan implementasi Nawa Bhakti Satya atau sembilan program unggulan kepemimpinan Khofifah-Emil. Emil untuk lima tahun mendatang.

“Saya sangat mengapresiasi upaya UMM termasuk program Vokasi dan Pemprov Jatim siap untuk menjalin kerjasama strategis dengan kalangan kampus termasuk UMM yang dipandang sangat strategis peranannya,” ungkap mantan Bupati Trenggalek ini. (ris/eka)