Prof Ririh: Air Tidak Banyak Berkontribusi Akan Gagal Ginjal Akut

oleh -126 Dilihat
oleh
Profesor Bidang Kesehatan Lingkungan Unair, Prof Dr Ririh Yudhastuti drh M Sc

SURABAYA, PETISI.CO – Profesor Bidang Kesehatan Lingkungan Unair, Prof Dr Ririh Yudhastuti drh M Sc menyatakan, air tidak banyak berkontribusi akan gagal ginjal akut.

“Karena yang penyakit ginjal itu biasanya kronis dan bukan air penyebab utamanya. Biasanya bisa pola makannya,” ucapnya.

Prof Ririh menambahkan, bahwa temuan etilen glikol yang menyebabkan gagal ginjal akut itu dikarenakan kandungan asam oksalat yang tajam. Hal tersebut yang merusak tubulus dan glomerulus ginjal secara cepat.

“Dan itu terjadi pada anak-anak karena ginjal mereka masih dalam tumbuh kembang,” katanya.

Sementara dilansir dari Unicef.org pada Februari 2022, hampir 70 persen dari 20.000 sumber air minum rumah tangga yang diuji di Indonesia itu tercemar limbah tinja. Pencemaran air tersebut turut meningkatkan penyebaran penyakit diare, yang merupakan penyebab utama kematian balita. Menanggapi hal tersebut, UNICEF melakukan kampanye sanitasi aman.

Lanjut Prof Ririh, setidaknya ada tiga jenis sumber air minum yakni, air olahan PDAM, sumur gali, dan tadah hujan. Yang selanjutnya dalam tulisan ini disesuaikan menjadi air kemasan, air isi ulang, serta air sumur.

Prof Ririh menerangkan sumber air dari sumur galian. Bahwa semakin dalam sumur maka akan semakin terbebas dari kontaminasi tinja.

“Tinja manusia, hewan, ataupun yang lainnya,” katanya.

Kemudian untuk air kemasan bermerk, Prof Ririh menerangkan bahwa usaha air kemasan bermerk berada di tingkat industri. Sehingga ada standar yang harus dipenuhi yaitu Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP). HACCP adalah bentuk penjamin mutu yang sistematis untuk mengidentifikasi bahaya sekaligus bahan yang terkandung dalam suatu produk.

“Dan biasanya digunakan untuk controlling bahwa industri air minum ini sudah melewati HACCP ini. Oleh karena itu salah satu standar HACCP harus mencantumkan tanggal kadaluarsa,” ucapnya.

Sedangkan untuk air isi ulang, Prof Ririh menerangkan bahwa umumnya depo dilakukan inspeksi oleh dinas kesehatan melalui Puskesmas dua kali dalam setahun. Hal itu dilakukan agar penjamah tidak terkena penyakit menular seperti tipes dan TBC. Selain itu juga memastikan tidak ada penularan melalui air atau makanan (food borne diseases).

Kemudian, Prof Ririh menyarankan untuk melihat sarana dan prasarana depo. Memeriksa kebersihan dan kehigienisan pencucian galon mereka.

“Walaupun pencucian mereka sudah menawarkan macam-macam seperti ozon atau yang lainnya. Tapi kalau pencucian mereka tidak bersih akan membawa air yang tidak bersih,” katanya.

Terakhir, peran depo air isi ulang hendaknya melaporkan kepada pihak Puskesmas atau dinas kesehatan jika ada sesuatu yang diragukan. Dan sebagai konsumen, jika masih ragu dengan air tersebut, sebaiknya merebus air itu selama satu menit dalam suhu 100 derajat celcius agar bersih terhadap mikroorganisme.

Tips Memeriksa, Mengonsumsi, dan Menyimpan Air Minum

Memilih air yang secara organoleptik bebas warna, bau dan rasa. Untuk air panas, disimpan pada wadah kaca atau keramik, stainless steel akan lebih baik. (yusak)

No More Posts Available.

No more pages to load.