Puncak Kemarau, 201 Desa di Jatim Harus Didropping Air

oleh -55 Dilihat
oleh
Benny Sampir Wanto

SURABAYA, PETISI.CO – Bulan September ini merupakan puncak musim kemarau, dimana akumulasi curah hujan berkisar antara 0-100 mm.

Sedangkan pada bulan Oktober, sebagian kecil wilayah di Jatim, khususnya bagian selatan sudah mulai memasuki musim hujan dengan curah hujan berkisar antara 0-400 mm.

Hal tersebut disampaikan Kepala Biro Humas Pemprov. Jatim, Benny Sampir Wanto di ruang kerjanya, di Kantor Gubernur Jatim, Jl. Pahlawan 110 Surabaya, Rabu (6/9/2017), mengutip Surat BMKG Nomor KT.304/946/MJUD/IX/2017 tanggal 4 September 2017.

“Berdasarkan surat tersebut, musim kemarau terjadi di sebagian wilayah pada pertengahan Agustus dan puncaknya pada Bulan September. Pada Bulan Oktober masa transisi atau Pancaroba. Musim hujan mulai pada Bulan Nopember,” jelasnya.

Ia menambahkan kekeringan di Jatim pada tahun 2017 ini, tidak terjadi pada tahun sebelumnya, 2016. Karena, tahun lalu Jatim tidak terdampak badai La Nina sehingga curah hujannya normal, bahkan cenderung lebih tinggi atau diatas normal.

Pemprov akan Dropping Air

Sementara itu, terhadap kekeringan di Jatim saat ini, Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo mengatakan akan memberikan dropping air bersih kepada kabupaten kota yang terdampak kekeringan. Untuk itu, agar bupati terdampak segera menyampaikan surat kepada gubernur yang menyebutkan daerahnya darurat kekeringan.

Dari 422 desa di 27 kabupaten yang mengalami kekeringan, jelas Pakde Karwo-sapaan Gubernur Jatim ini, terdapat 201 desa yang harus dilakukan dropping air karena berbagai kendala teknis, seperti tidak dimungkinkan untuk dibuatkan sumur bor, pipanisasi, ataupun karena wilayahnya yang terpencil. Sedangkan sisanya, masih bisa dilakukan rekayasa teknis. (cah/tra)