Risma Diminta Batalkan Perubahan Nama Jalan di Surabaya

oleh -75 Dilihat
oleh
Ketua GM FKPPI Jatim, Agoes Soerjanto

SURABAYA, PETISI.CO – Aksi penolakan perubahan dua nama jalan di Kota Surabaya mulai berdatangan. Kali ini, Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri Indonesia (GM FKPPI) Jawa Timur (Jatim) menolak perubahan jalan yang kini prosesnya sedang bergulir itu.

Perubahan nama itu, yakni Jalan Gunungsari menjadi Jalan Siliwangi, serta Jalan Dinoyo menjadi Jalan Pasundan.

“GM FKPPI menilai perubahan itu sebagai kebijakan yang Ahistoris atau melupakan sejarah,” kata Ketua GM FKPPI Jatim, Agoes Soerjanto kepada wartawan di Surabaya, Selasa (18/9/2018).

Pihaknya menyesalkan usulan perubahan nama jalan itu hingga bergulir sampai sekarang. Kebijakan ini mengingkari nilai-nilai perjuangan para pejuang. Juga menunjukkan tak adanya iktikad baik dari pengambil kebijakan untuk mengedukasi generasi muda tentang pentingnya mengingat sejarah perjuangan bangsa.

Oleh karena itu, GM FKPPI bersama para pejuang Surabaya meminta kepada Wali Kota Tri Rismaharini untuk membatalkan perubahan nama jalan tersebut.

“Ini demi penghormatan terhadap sejarah yang diwarnai perjuangan para pahlawan. Nama jalan tersebut menjadi salah satu tetenger dari perjuangan para pahlawan,” tegasnya.

Seperti diketahui, Gubernur Jatim Soekarwo mewacanakan adanya harmonisasi Sunda-Jawa dengan melakukan perubahan nama jalan. Di Surabaya, akan ada nama Jalan Pasundan dan Siliwangi.

Sementara di Bandung akan ada nama Jalan Majapahit dan Hayam Wuruk. Kedua nama jalan di Surabaya yang akan diganti adalah Jalan Gunungsari dan Jalan Dinoyo.

Berdasarkan penuturan ahli dan pelaku sejarah, menurut Agoes, Jalan Gunungsari adalah bagian yang tak mungkin dipisahkan dari Front Bukit Gunung Sari sebagai basis pertahanan terakhir dan tempat gerilya arek-arek Suroboyo yang tergabung di Badan Keamanan Rakyat/Pelajar, cikal-bakal Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP), untuk melawan tentara sekutu pada pertempuran 28 November 1945. Gunungsari menjadi benteng pertahanan terakhir karena lokasinya yang ketika itu masih dipenuhi bukit.

Saat itu, sangat banyak gerilyawan rakyat dan tentara pejuang yang wafat di medan laga. Untuk mengenang jasa mereka, dibangunlah Monumen Kancah Yudha Mas TRIP di Gunungsari yang diresmikan Pangdam Brawijaya Mayjend TNI Witarmin pada 7 Februari 1981.

”Dengan nilai sejarah yang sangat tinggi itu, sangat disayangkan jika kemudian akan dihilangkan dari memori publik,” tambahnya.

Sekretaris GM FKPPI Jatim, Didik Prasetiyono menambahkan, banyak memori kolektif publik yang terikat dengan nama-nama jalan di Surabaya. Setiap orang menyebut Dinoyo dan Gunungsari, pasti ada memori indah yang terpanggil.

“Secara sosiologis ini penting untuk mengikat publik menjadi himpunan yang saling peduli. Itulah ciri-ciri arek Suroboyo, yaitu punya solidaritas. Memori itu akan dicabut sepihak oleh penguasa, tentu kita tolak,” ujarnya.

Didik menyarankan agar perubahan nama jalan bisa dilakukan di beberapa ruas lain. ”Kan ada banyak ruas jalan baru di Surabaya. Pakai nama baru di ruas jalan itu. Jangan jalan yang sudah ada, diganti namanya,” tandasnya.(bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.