Riyad: Satgas Anti Mafia Bola Datangi Kantor PSSI Jatim untuk Koordinasi

oleh -79 Dilihat
oleh
Ketua Asprov PSSI Jatim, Ahmad Riyadh

SURABAYA, PETISI.CO – Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jatim, Ahmad Riyadh membantah ada penggeledahan Kantor Asprov PSSI oleh tim Satgas Anti Mafia Bola. Tim tersebut, datang ke kantor Asprov Jatim hanya untuk meminta data yang dibutuhkan.

“Tidak pernah ada penggeledahan. Yang ada, ada 3 anggota satgas datang untuk koordinasi dan minta data terkait masalah Suratin Cup tahun 2009. Terkait masalah Imron,” katanya kepada petisi.co di Surabaya, Kamis (17/1/2019).

Sebelumnya, kantor Asprov PSSI Jatim didatangi sejumlah petugas dari kepolisian, Selasa (15/1/2019). Kehadiran mereka untuk menanyakan data-data terkait kasus yang dilaporkan manajer Perseba Bangkalan di Piala Suratin 2009.[penci_related_posts dis_pview=”no” dis_pdate=”no” title=”Baca Lainnya” background=”” border=”” thumbright=”no” number=”2″ style=”list” align=”none” withids=”” displayby=”tag” orderby=”rand”]

“Kalau kejadiannya tahun 2009, bukan di era saya. Saya menjabat ketua PSSI Jatim baru tahun 2018. Kalau 2009, PSSI Jatim masih dipegang pak Haruna Sumitro. Lalu dipegang Vigit Waluyo, La Nyalla Mattalitti dan terakhir Bambang Pramukantoro,” ungkapnya.

Hal yang sama dikatakan Humas Asprov PSSI Jatim, Rahmat Adi Kurniawan. “Tidak ada penggeledahan. Para petugas yang datang ke kantor itupun sudah berkoordinasi dengan sekretaris Amir Burhannudin yang berada di Jakarta,” tegasnya.

Diakui, memang ada petugas dari kepolisian yang datang ke kantor PSSI Jatim menanyakan data-data terkait kasus yang dilaporkan manajer Perseba Bangkalan di Piala Suratin 2009. Petugas datang ke kantor PSSI Jatim hanya menanyakan soal data tahun 2009.

“Asprov tidak punya data yang diminta, karena tidak ada pelimpahan data-data. Akhirnya para petugas minta soal statuta PSSI Jatim. Ya statuta ini yang kami berikan,” ujarnya.

Rak, sapaan akrabnya, juga membenarkan pernyataan Riyadh.

“Kalau dilihat periodesasinya, jelas Asprov sekarang tidak punya data. Saat itu, Asprov dipimpin Pak Haruna. Setelah itu, Vigit Waluyo sempat jadi caretaker. Lalu Asprov dipegang Pak La Nyalla, kemudian Pak Bambang Pramukantoro dan baru Pak Riyadh,” jelasnya. (bm)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.