Rumput Laut Andalan Jawa Timur

oleh -337 Dilihat
oleh

SURABAYA, PETISI.CO – Rumput laut yang juga dikenal dengan nama gulma laut adalah tumbuhan yang berupa kelompok alga atau pun lamun yang hidup di daerah pesisir dan laut. Rumput laut merupakan sumber daya hayati yang mulai banyak diteliti untuk menemukan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia.

Menurut Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim, Heru Tjahyono, produksinya selalu meningkat setiap tahunnya dan pada tahun 2015 mencapi 4,5 juta kilogram. Selain tidak memerlukan modal yang besar, rumput laut bisa diproduksi di tambak atau di laut dengan teknologi yang tidak terlalu rumit.

Dilihat dari aspek budidaya, rumput laut memiliki banyak keuntungan: tidak memerlukan modal tinggi, teknologi budi dayanya sederhana sehingga mudah dilakukan oleh siapapun, dapat diintegrasikan dengan budi daya lain atau polikultur (misalnya budi daya ikan bandeng dengan Gracilaria sp.).

Tidak perlu menggunakan pakan, peralatan yang digunakan mudah didapatkan, mudah dalam penanganan saat panen (biasanya rumput laut hanya dicuci dan dikeringkan), siklus budi dayanya singkat (hanya membutuhkan waktu 45 hari), dapat diolah secara rumah tangga untuk menjadi produk siap konsumsi, serta bisa dilakukan sebagai usaha sampingan.

Dalam membudidayakan rumput laut, beberapa metode yang digunakan antara lain metode dasar, metode dasar lepas, dan metode rakit. Metode dasar (bottom method) di dalam tambak yaitu menebarkan bibit pada dasar tambak, sedangkan metode dasar lepas dilakukan dengan cara mengikat bibit rumput laut pada tali ris (ropeline) yang selanjutnya tali tersebut diikatkan pada patok-patok atau juga pada rakit.

Sementara teknik atau metode rakit (floating rack method) adalah pembudidayaan rumput laut dengan cara meletakkan bibit di dalam rakit. Selain itu ada juga metode rawai (longline method). Jadi untuk budi daya rumput laut tersebut, yang dibutuhkan adalah membangun tambak perairan pesisir, kualitas air laut yang bagus, serta bibit rumput laut.

Dalam proses budidayanya, diawali dengan penanaman bibit; pemupukan yang banyak mengandung nitrogen, phosphat, dan kalium; tahap perawatan; dan tahap terakhir adalah pemanenan dan pasca panen.

Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi produsen rumput laut dunia.

Saat ini, rumput laut menjadi salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya karena volume produksinya yang cukup besar dan dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi rumput laut nasional pada 2013 mencapai 9.298.474 ton dalam keadaan basah atau 929.847,4 ton dalam keadaan kering.

Berdasarkan Data Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, jumlah ekspor rumput laut nasional paling banyak diekspor ke Tiongkok mencapai 143.725 ton pada 2013 dengan nilai sebesar 1,25 juta dolar AS.

Tahun 2013 total volume ekspor rumput laut mencapai 182 ribu ton. Nilai ekspor tersebut meningkat 17,8 % dibandingkan 2012. Tahun 2014 total volume ekspor diperkirakan meningkat 20 % bila dibandingkan tahun 2013.

Di Indonesia, daerah penghasil rumput laut terbesar diantaranya: Bali, Papua, Maluku, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan lainnya.

Jawa Timur sendiri menjadi salah satu diantara 10 wilayah penghasil rumput laut terbesar di Indonesia.

Dengan potensi perairan lautnya yang sangat cocok untuk pengembangan budidaya rumput laut maka tidaklah mengherankan jika kemudian Jawa Timur menjelma menjadi salah satu lumbung produksi rumput laut nasional.

Luas lahan rumput laut di Jawa Timur mencapai lebih dari 166 ribu hektare dari sebelumnya 158 ribu hektare. Permintaan pasar ekspor yang tinggi terhadap rumput laut juga memacu pelaku usaha di sentra produksi rumput laut. Lahan budidaya rumput laut tersebar di sejumlah daerah.

Untuk jenis Cottoni dijumpai di Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Pacitan. Kemudian, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Banyuwangi. Sementara jenis Gracillaria ditemui di daerah Sidoarjo, Kabupaten dan Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Situbondo.

Meskipun permintaan terus meningkat, budidaya rumput laut juga kerap mengalami kendala utamanya karena faktor iklim. Misalnya saja gelombang yang membuat rumput laut rentan patah.

Selain itu, mayoritas proses produksi rumput laut di tingkat kelompok usaha kecil menengah masih dijalankan dengan sistem tradisional. Agar nilai jual produk-produk perikanan tidak jatuh, pemerintah saat ini tengah menjalin kerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi untuk mengembangkan teknologi pengolahan bahan mentah menjadi bahan jadi yang siap konsumsi.(adv)