Sekum PWI Jatim Disertasi Bisnis Media Cetak di Era Digital Antarkan Raih Gelar Doktor

oleh -94 Dilihat
oleh
Suasana Ujian Terbuka Program Doktoral di Fisip Unair

SURABAYA, PETISI.CO – Sekretaris Umum (Sekum) PWI Jatim, Eko Pamuji mengikuti Ujian Terbuka Program Doktoral di Fisip Unair, Senin 19 Desember 2023, pukul 13.30 wib di ruang Adi Sukadana Fisip Unair, Kampus B Jalan Dharmawangsa Surabaya.

Dengan mengangkat disertasi berjudul “Bisnis Media Cetak di Era Digital”, Eko akan menghadapi penguji untuk meraih gelar doktornya. Dalam penelitiannya, berangkat dari fenomena sejumlah media cetak atau surat kabar di dalam dan luar negeri menutup usaha penerbitannya dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, bersamaan dengan terus berkembangnya teknologi digital (era digital). Secara keseluruhan, media cetak menghadapi tantangan besar di era digital ini.

Permasalahan penelitian ini adalah: bagaimana bisnis media cetak di Jawa Timur (Jawa Pos dan Surya) mempertahankan kelangsungan bisnisnya dengan model kapitalisasi yang mereka lakukan dalam kondisi kompetisi konvergensi dan digitalisasi media saat ini serta bagaimana model kapitalisasi dan bisnis media cetak di dua perusahaan tersebut berdampak pada produksi konten, terutama pada kebijakan redaksional mereka?.

“Tujuan penelitian ini untuk mengungkap dan mendapatkan gambaran tentang bisnis media cetak di Jawa Timur (Jawa Pos dan Surya) di era digital dan implikasinya terhadap kelangsungan hidup media cetak,” tandas EKo yang juga menjabat General Manager (GM) Koran Duta dan Sekretaris Jendral (Sekjen) JMSI.

Lanjut EKo, bisnis media cetak menghadapi pesaing yang menawarkan produk dan jasa lebih murah, mudah, dan cepat (efisien). Beberapa pesaing itu adalah  media cetak lainnya dalam fomat media berbeda (Curran and Gurevich, 2000).

Pesaing lainnya adalah pendatang baru di pasar berita  (konten informasi) yaitu media digital (media baru) yang sama “hausnya” akan pendapatan iklan yang dinikmati media cetak ‘secara tradisional’ (Gurevitch & Curran, 1996). Fenomena ini dijadikan penulis untuk mengungkap bagaimana masa depan bisnis media cetak yang sekarang ini memasuki masa-masa sulit (Sunkara, 2013). Sekira lima sampai sepuluh tahun terakhir, bisnis media cetak sudah mulai merosot. Ini ditandai oleh penurunan jumlah pembaca dan pendapatan iklan.

Survei Nielsen 2017, lima tahun lalu, menemukan bahwa pembaca media digital  sudah  melebihi  jumlah  pembaca  media  cetak  di  Indonesia.  Helen Katherina, Direktur Eksekutif Nielsen Media Indonesia, menjelaskan bahwa kepercayaan publik bahwa media harus bebas (gratis) menyebabkan peningkatan intrusi media digital sebesar 11% pada tahun 2017.

Sekretaris PWI Jatim Eko Pamuji

Neilsen berhasil memperoleh hasil wawancara dengan 17 ribu responden setelah melakukan survei terhadap 54 juta orang di 11 kota. Hasilnya, hanya 10% orang berusia antara 10 dan 19 tahun yang menggunakan media berbasis cetak sebagai media sumber informasi, sedangkan 73% pembaca media cetak berusia antara 20 dan 49 tahun.

Kondisi lain menunjukkan bahwa 17 persen anak muda berusia 10 hingga 19 tahun mengakses informasi secara online. Menurut temuan survei ini, untuk memenuhi kebutuhan generasi z (berusia antara 10 dan 19), media  cetak harus mempertimbangkan pergeseran praktik mereka dari tradisional ke digital.

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian tersebut di atas, penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam. Hasil wawancara mendalam selanjutnya dianalisis, direduksi, sampai pada penarikan kesimpulan. Untuk menggambarkan fenomena bisnis media cetak di era digital khususnya di Jawa Timur (Jawa Pos dan Surya), menggunakan teori Marxist Media.

Marxis Media terjadi pada era perang dunia kedua (PD II), sementara   kapitalisasi yang diungkap penulis dalam kaitannya dengan bisnis media cetak, terjadi pada era digital atau era revolusi industri 4.0.

Dengan menggunakan pondasi teori Marxis Media, peneliti mencabar konseptualisasi yang ada dalam setiap kata kunci, yaitu kapitalisasi. Konseptualisasinya  adalah  kapitalisasi,  maka  peneliti  mengungkapkan  bahwa keberpihakan teori Marxis Media adalah untuk kepentingan ekonomi dan atau kepentingan politik.

Sistem kapitalis dicirikan dengan membayar upah pekerja. Pandangan utama Marx tentang Kapitalisme lebih dari sekadar sistem ekonomi : itu adalah kapitalisasi, dan yang terpenting lagi bahwa kapitalisme adalah sistem kekuasaan  di  mana  relasi-relasi  ekonomi  telah  berubah  menjadi  kekuatan-kekuatan politis (Ritzer & Goodman, 2011). Media adalah mood of production dalam ekonomi kapitalisme. Yaitu terdapat proses industri dari modal yang melakukan eksploitasi terhadap tenaga kerja.

Bentuk kerja yang eksploitasi adalah produk berita. Dalam teori Ekonomi Politik Media, bagaimana industri dalam media melalui pruduk  public relation, merupakan produk kerjasama kekuasan dalam membentuk kesadaran masyarakat untuk keopentingan kekuasaan. Media mendapat uang atau kapital, negara mendapat kesadaran publik yang diinginkan.

Industri surat kabar sudah dikepung oleh pesatnya media berbasis internet akibat perubahan zaman, itulah fenomena saat ini terjadi. Meski sejumlah surat kabar mengalami masa sulit sampai ada yang menutup usahanya, di masyarakat masih ada surat kabar yang berdiri dan bertahan hidup.

Misalnya, Kompas, Jawa Pos, Surya, Rakyat Merdeka, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat dan lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil kasus surat kabar yang masih tetap bertahan di era digital yaitu Jawa Pos dan Surya. Kedua surat kabar harian ini berpusat di Surabaya Jawa Timur.

Peneliti menempatkan dua surat kabar itu sebagai kelompok bisnis surat kabar papan atas dan menengah. Papan atas diwakili Jawa Pos dan surat kabar kelompok menengah diwakili Surya. Persaingan bisnis surat kabar yang semakin sengit menyebabkan terbentuknya konglomerasi media.

Penelitian  ini  menghasilkan  beberapa  simpulan  seperti  berikut.  Pertama, bahwa kedua perusahaan media cetak (Jawa Pos dan Surya) telah menerapkan komodifikasi, spasialisasi, dan globalisasi agar dapat terus menghasilkan inovasi media  dan  produk  perusahaan  lainnya  serta  mempertahankan eksistensinya, sebagai industri media massa. Jawa Pos dan Surya tetap menghasilkan konten berita berkualitas tinggi dengan profesionalisme dalam lingkungan konglomerasi.

Keduanya telah menghasilkan produk berita yang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kedua, model–model kapitalisasi yang dilakukan oleh Jawa Pos dan Surya telah berdampak pada proses pembuatan konten. Proses penulisan berita yang sebelumnya dilakukan di kantor dengan piranti dan fasilitas yang disiapkan kantor berubah menjadi aktual dan menuntut integrasi beragam platform.

Ini membuktikan bahwa dampak perubahan pada landskap media sepenuhnya bergantung pada kepentingan kapital yang kemudian menekan kelas pekerja. Namun, pada konteks Jawa Pos dan Surya tidak ada penolakan yang disadari dalam pemikiran pekerja atau pemikiran merasa dirugikan ataupun merasa tereksploitasi. Jurnalis merasa modus kerja yang berimbas  pada konten dan produksi konten sebagai konsekuensi dari visi dan misi holding media mereka dalam upaya mempertahankan kelangsungan bisnis media.

Berdasarkan analisis, interpretasi, dan diskusi pada penelitian ini maka dapat disimpulkan  beberapa  hal  sebagai  berikut:  Pertama,  model  media  laba–laba sebagai  konsekuensi  logis adanya  konglomerasi  media  dibangun  semata–mata sebagai upaya bertahan media untuk melebarkan pengaruh, persaingan antar holding, dan melebarkan dominasi modal dan kapital. Kedua, media secara sistematis bertahan dari penurunan oplah cetak dan pendapatan iklan dengan melakukan strategi konten.

Dalam konteks Harian Surya, integrasi digital multiplatform menjadi pilihan logis untuk menjawab melesatnya demand akan konten digital, dan mengantisipasi semakin turunnya oplah media cetak. Dalam konteks Jawa Pos, menciptakan 200 Radar baru sebagai satelit dari Jawa Pos menjadi pilihan yang diambil Jawa Pos untuk bertahan dari gempuran digital.

Memilih konsep Hyper-Local yang lebih mengetengahkan konsep lokalitas berita sebagai senjata melawan penurunan oplah cetak. Selain itu, Jawa Pos secara aktif merebut ceruk–ceruk pasar yang sudah ditinggalkan pesaing media cetak lainnya yang berhenti cetak melalui jaringan 200 Radarnya.

Ketiga, Jawa Pos dan Surya menggunakan praktik ekonomi  politik  media untuk meningkatkan dominasi perusahaan media dan menunjukkan ketahanan media dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi yang ditopang langsung oleh pemilik modal. Dominasi produksi konten media sesuai dengan preferensi pemilik modal mengontrol perluasan dominasi media. Inovasi kedua perusahaan media itu masih terus dilakukan agar masyarakat tetap tertarik membaca berita, baik tradisional maupun digital. Baik Jawapos maupun Surya memiliki karakteristik yang diperlukan untuk mempertahankan eksistensi bisnis baik cetak maupun online.

Perilaku  dan  sifat  bisnis  media  massa,  khususnya  surat  kabar,  berubah sebagai   akibat   perkembangan   teknologi   digital.   Penelitian   ini   melengkapi pendapat Chandler (2014) bahwa memang benar media dalam hal ini pemilik media  memiliki  kuasa  dan  kekuatan  untuk  menempatkan  kekuatannya  dalam

proses  ekonomi  dan  struktur  media  jika  dalam  kondisi  tidak  ada  perubahan lanskap media. Temuan penelitian ini menekankan dalam kondisi perubahan lanskap media, ada faktor lainnya yang mempengaruhi secara langsung perubahan proses  ekonomi  dan  struktur  media  tersebut,  yakni  proses  digitalisasi.

Faktor tersebut justru ikut mengubah proses ekonomi dan struktur media. Khalayak warganet yang menuntut informasi real-time tersaji dalam gawai mengubah struktur kerja jurnalis yang menjadi multiplatform. Selain itu, dengan proses digitalisasi memaksa konglomerasi media melakukan strategi media laba–laba guna mengamankan posisi dominasi mereka dalam percaturan media.

Berdasarkan simpulan tersebut, terdapat dua proposisi yang  disusun. Pertama, Jawa Pos   dan Surya sebagai media cetak di Jawa Timur mempertahankan kelangsungan bisnisnya dengan adaptasi modus digital dalam proses produksi dengan dalih efisiensi kerja dan adopsi teknologi. Kedua, digitalisasi menjadi justifikasi untuk mempertahankan kepentingan modal.

Jawa Pos menerapkan strategi memperkuat basis cetaknya dengan modus Hyperlocal untuk merebut ceruk-ceruk pasar di daerah. Sedangkan Surya sebagai mikro-struktur dari jaringan Kompas Gramedia menghadirkan integrasi konten digital multimedia dan multiplatform untuk mendiversifikasi raihan pelanggan dan mempertahankan eksistensinya di percaturan media Jawa Timur.

Model Media Laba-laba adalah model untuk menciptakan keberlangsungan bisnis media cetak di era digital dengan melibatkan seluruh jaringan yang ada, baik jaringan media maupun non-media, menjadi sebuah jaringan yang sistematis.

Sistem  kerja  model  media  laba-laba adalah  bagaimana  sebuah  media  beruasa mempertahankan diri sisi bisnisnya agar tetap terus beroperasi. Satu sisi, media laba-laba harus mempertahankan apa yang sudah diperoleh dan di sisi lain, jaring- jaring laba-laba harus tetap menjulur ke segala arah untuk mencari mangsa dan menjerat mangsanya agar tidak lari.

Apakah ini bentuk eksploitasi seperti yang disampaikan Marx, penelitian ini telah membuktikannya bahwa eksploitasi itu tetap ada. Eksploitasi sekarang dilakukan oleh  teknologi  digital  yang mana  di  balik teknologi  digital itu ada kapitalis. Bahwa bentuk model media laba-laba dengan mengerahkan segala kekuatan yang ada agar bisnis media tetap berlangsung, ini adalah bentuk kesadaran baru dari pekerja untuk tetap mempertahankan eksistensi medianya.

Eksploitasi Dari Kapitalis Dengan Modus Gigitalisasi

Pada akhirnya penelitian ini memberikan sebuah gambaran kondisi industri media massa di Indonesia, terutama media cetak di era digital, yang ternyata berada  di  dalam  situasi  masih  tetap mempertahankan  media  cetak  dan  dalam waktu bersamaan media harus beradaptasi dengan digitalisasi. Perusahaan media cetak berdiri dalam dua situasi yang memerlukan energi besar. Satu sisi ingin mempertahankan media cetak, satu sisi harus beradaptasi dengan teknologi.

Implikasi teoretis dari penelitian ini meliputi: Pertama, penelitian disertasi ini adalah mengungkap kelangsungan bisnis media cetak di Jawa Timur yaitu Jawa Pos  dan  Surya  dari  sudut  pandang  kapitalisasi  media  dengan  cabaran  teori Marxist. Kapitalisasi media, partikularisasinya di era digital sehingga menemukan model  bisnis media  cetak  baru  yang bertransformasi  secara  bisnis media.  Ini merupakan signifikansi perspektif Marxist Media sebagai grand theory penelitian disertasi ini dalam konteks bisnis media di Indonesia, terutama Jawa Timur. Konteks kompetisi media digital yang tengah terjadi saat disertasi ini dilakukan, melalui perspektif Marxist media mampu mengurai akar permasalahan bisnis media cetak saat ini.

Kedua, penelitian disertasi ini melalui hasil mengungkap format konten Jawa Pos dan Surya dalam menghadapi era digital. Media cetak agar bisa bertahan di era digital, sebagai bagian dominasi dan diterminasi teknologi pada era digital saat ini harus mampu bertransformasi dan berkonvergensi melalui media digital.

Dalam hal format konten, peneliti mengungkap pula dari sudut perbedaan segmentasi Jawa Pos dan Surya. Dengan demikian peneliti menemukan format konten seperti apa  yang  digunakan  Jawa  Pos  dan  Surya  sehingga  bisa  digunakan  untuk mendukung daya tahan surat kabar di era digital.

Ketiga, penelitian disertasi ini cukup memperkaya kajian-kajian media khususnya kajian media cetak yang dikaitkan dengan era digital dengan sudut pandang kritis konstruktif analisis dan kritis. Kapitalisme, kelas, eksploitasi dan dengan perjuangan praktis untuk emansipasi yang disampaikan oleh Fuchs & Mosco (2012), diekplorasi lebih detil dan  mendalam  dalam  fenomena  kajian  kritis  perkembangan media massa tradisional  yang  terus  bertahan  hingga  berkembang  pada  era  digital  saat  ini.

Model bisnis industri media mainstream seperti Jawa Pos dan Surya juga sesuai dengan penjelasan Tapsell (2019) yang menggambarkan bagaimana model-model bisnis  yang  dijalankan  oleh  media  tradisional  dan  mainstream,  yang  menjadi pembeda  adalah  pembentukan  jejaring  media  di  daerah-daerah  dan  berbasis kultural dilakukan oleh media Jawa Pos dan Surya dalam naungan Kelompok Gramedia.

Sebagaimana  mazhab  Marxis  Media,  maka  teori-teori  kapitalisasi, khususnya di bidang media perlu didalami karena eranya saat ini sudah berbeda jauh  dengan  saat  Mark  menegaskan  kapitalisasi.  Teori  ini  tetap  saja  menjadi rujukan dalam mengkaji kapilatisasi sebuah industri, khususnya industri media.

Implikasi Praktis Dalam penelitian ini dapat menjadi rujukan praktis bagi pelaku media dalam  Menyusun  strategi  bertahan  di  era  digital.  Dalam  perjalanan  panjang industri media, sebuah kerangka media laba–laba sebagai temuan dan novelty dari penelitian ini mampu menghadirkan ketahanan bukan hanya bagi media holder (pemilik)  namun  juga  praktisi  media  (jurnalis,  marcomm,  maupun  karyawan produksi). Kelangsungan bisnis media cetak di Jawa Timur yaitu Jawa Pos dan Surya  dari  sudut  pandang  kapitalisasi  media  dengan  partikularisasinya  di  era digital sehingga ditemukan model bisnis media cetak di era digital.

Signifikansi perspektif Marxist Media dalam konteks bisnis media di Indonesia, terutama Jawa Timur, dalam konteks kompetisi media digital yang tengah terjadi saat disertasi ini  dilakukan.  Perspektif  Marxist  media  mampu  mengurai  akar  permasalahan bisnis media cetak saat ini.

Implikasi praktis yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah dalam situasi krisis kapitalis seperti sekarang ini dan meledaknya ketidaksetaraan adalah fokus pada topik ekonomi politik, dan masalah perjuangan kelas. Politik media yang merupakan area produksi, konsumsi, dan iklan bertemu.

Konvergensi media memiliki peranan penting dalam perubahan struktur sosial ekonomi dalam politik media ini. Munculnya internet telah menjadi pertimbangan dengan peningkatan konsumsi menjadi produktif. Terdapat kebutuhan mendesak dalam masyarakat sosial yang berjejaring, mereka tidak hanya mengonsumsi informasi dalam media tetepai juga terlibat dalam proses produksi informasi pada media tersebut.

Konvergensi media dengan adanya transformasi format konten Jawa Pos dan Surya pada era digital, dalam penelitian ini mengungkap format konten yang dihasilkan oleh media cetak agar bisa bertahan di era digital. Dalam hal format konten, peneliti mengungkap pula dari sudut perbedaan segmentasi Jawa Pos dan Surya. Format konten seperti apa yang digunakan Jawa Pos dan Surya sehingga bisa digunakan untuk mendukung daya tahan surat kabar di era digital, kemudian ada perbedaan format konten antara Jawa Pos dan Surya.

Penelitian disertasi ini secara teoritis telah mendapatkan proposisi teori Ekonomi Politik Media (Fuchs, 2012) dan Teori Konvergensi Media (Flew, 2004 & Fidler, 2003) dengan mengungkap bagaimana bisnis media cetak dengan model media  laba-laba  dengan  sudut  pandang  kapitalisasi  media  dengan partikularisasinya  di  era  digital.

Melalui  kajian  teori  determinasi  teknologi Marshal McLuhan, penelitian disertasi ini mengungkap format konten Jawa Pos dan Surya dalam menghadapi era digital. Peneliti mengungkap format konten yang dihasilkan oleh media cetak agar bisa bertahan di era digital, sebagai bagian dominasi dan diterminasi teknologi pada era digital saat ini. Dalam hal format konten, peneliti mengungkap pula dari sudut perbedaan segmentasi Jawa Pos dan Surya.

Penelitian ini masih dapat dikembangkan melalui studi-studi dengan kajian yang berbeda agar dapat mengungkap lebih detil khususnya jika diangkat pada persepektif khalayak atau masyarakat sosial.

Masyarakat sosial yang berjejaring memiliki kontribusi yang cukup besar dalam penciptaan konten informasi yang merupakan tulang punggung ketahanan dari media. Saran yang dapat diberikan untuk  pengembangan  penelitian  selanjutnya  adalah  studi  ekonomi  dan  politik media dalam kajian masyarakat sosial berjejaring pada era digital dengan teori Manuel Castells sebagai teori dasar analisisnya.

Tema lainnya yang bisa diangkat dalam  penelitian  lanjutan adalah  bagaimana  media-media  cetak  dalam  porsi bisnis media kecil juga bisa bertahan dan mempertahankan hidupnya di era sekarang ini. (cah/*)

No More Posts Available.

No more pages to load.