Cape Town, petisi.co – Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Cape Town berpartisipasi aktif dalam Sustainable Infrastructure Development Symposium South Africa (SIDSSA) 2025 yang digelar pada 26–27 Mei 2025 di Century City, Cape Town.
Acara bergengsi ini diselenggarakan oleh Infrastructure South Africa (ISA) sebagai wadah diskusi strategis untuk mempercepat pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, inklusif, dan terintegrasi di Afrika Selatan dan kawasan sekitarnya.
Mengusung tema besar “Mendorong Pertumbuhan Inklusif melalui Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan di Afrika Selatan”, hari pertama simposium menghadirkan sesi G20 Themed Country Sessions yang menampilkan praktik terbaik dari negara-negara anggota G20.
Indonesia mendapat kehormatan menjadi satu-satunya perwakilanAsia Tenggara, dalam tema Sustainable Energy Transition, sejajar dengan anggota G20 lainnya, seperti Tiongkok (Digital Infrastructure), Inggris (Strengthening Financial Systems), Arab Saudi (Industrialization and Development), dan Brazil (SocialInfrastructure).
Konsul Jenderal RI di Cape Town, Tudiono, hadir sebagai panelis mewakili Indonesia. Dalam paparannya, Konjen Tudiono menekankan bahwa transisi energi harus dilakukan dengan mempertimbangkan keadilan sosial dan kesiapan nasional, serta tidak hanya mengejar target hijau global secara kaku.
“Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan transisi energi yang adil—bukan hanya hijau. Kami telah berupaya memulai penghentian secara bertahap pembangkit listrik tenaga batu bara, mengembangkan energi baru dan terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya, geothermal, PLTA, biomas dan biofuels. Selain itu meningkatkan penggunaan teknologi rendah karbon. Indonesia berkomitmen mewujudkan bebas emisi karbon pada tahun 2060,” ujar Tudiono.
Lebih lanjut, Konjen RI memaparkan inovasi pembiayaan transisi energi Indonesia, seperti program Just Energy Transition Partnership(JETP), penerbitan green sukuk sebesar USD 6,9 miliar, serta insentif makroprudensial dan kebijakan fiskal untuk mendorong sektor keuangan hijau.
Ia juga menekankan pentingnya dukungan negara maju dalam bentuk pembiayaan iklim dan alih teknologi untuk memastikan transisi energi yang adil dan inklusif di negara berkembang.
Diskusi panel menekankan bahwa transisi energi global harus menjamin keadilan sosial dan tidak meninggalkan komunitas rentan, termasuk pekerja sektor batu bara dan masyarakat pedesaan. Negara-negara berkembang perlu diberikan ruang kebijakan yang fleksibel untuk menentukan jalur transisi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan domestik mereka.

Panel juga menyoroti pentingnya kedaulatan negara-negara global south dalam menentukan peta jalan transisi energi yang tidak hanya berorientasi pada keberlanjutan lingkungan, tetapi juga membawa manfaat sosial-ekonomi nyata seperti penciptaan akses energi, lapangan kerja, dan pembangunan berkelanjutan.
Dalam konteks ini, G20 diharapkan menjadi platform yang inklusif untuk menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang dalam isu energi dan iklim global.
Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, secara resmi membuka sesi Plenary SIDSSA 2025 dengan menyatakan komitmen kuat pemerintah untuk menjadikan infrastruktur sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Target ambisius investasi infrastruktur diumumkan sebesar R1 triliun dari pemerintah, serta mobilisasi tambahan R3 triliun dari sektor swasta dan mitra internasional. Untuk mendukung target tersebut, reformasi regulasi tengah dipercepat, termasuk penyederhanaan proses perizinan dan penguatan skema Public-Private Partnerships (PPPs).
“Infrastruktur adalah roda penggerak yang dibutuhkan ekonomi kita untuk mendorong pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja,” ujar Presiden Cyril Ramaphos.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Ramaphosa meluncurkan Construction Book 2025–2026 yang memuat lebih dari 180 proyek infrastruktur senilai lebih dari R280 miliar. Ia juga mengumumkan tujuh proyek prioritas nasional yang akan mendapatkan dukungan penuh dari ISA dalam tahap project preparation.
Keikutsertaan Indonesia dalam SIDSSA 2025 memperkuat posisinya sebagai negara berpenghasilan menengah tinggi dan newly industrialized country yang mampu menjadi mitra strategis dalam kerja sama Selatan-Selatan, khususnya di sektor infrastruktur.
Pengalaman Indonesia dalam membangun proyek-proyek berskala nasional seperti Ibu Kota Nusantara (IKN), jalan tol, pelabuhan, dan pengembangan energi terbarukan menjadi nilai tambah dalam memperluas kerja sama teknis, peluang investasi, dan diplomasi ekonomi dengan negara-negara Afrika.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari menteri dan pejabat kementerian/lembaga Afrika Selatan, gubernur dan anggota Member of Executive Council (MEC) dari berbagai provinsi, hingga delegasi dari negara-negara Afrika seperti Eswatini, Lesotho, Angola, Botswana, dan Ghana.
Hadir pula kalangan pelaku usaha, investor, akademisi, dan pakar pembangunan dari berbagai negara yang menjadikan SIDSSA 2025 sebagai forum strategis untuk memperkuat kerja sama internasional dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan.(*/kip)