Sukses Ditonton 3 Juta Orang, Film Jumbo Ternyata Digarap 400 Lebih Animator, Salah Satunya Lulusan UK Petra

oleh -2217 Dilihat
oleh
Maximillian Serafino Suprapto (no 2 dari kanan) lulusan UK Petra yang turut menjadi salah satu animator film Jumbo

Surabaya, petisi.co – Setelah sekian lama film animasi tak menghiasi gedung bioskop di tanah air, kini kerinduan itu bisa terobati dengan hadirnya film animasi petualangan fantasi terbaru berjudul Jumbo. Film kategori segala usia ini, sukses meraih 3 juta lebih penonton hanya dalam waktu 2 pekan pemutaran dari sejak dilaunching perdana pada 31 Maret 2025 kemarin.

Kesuksesan film produksi Visinema Studios bekerjasama dengan Springboard dan Anami Films ini, tak lepas dari peran penting para animator.

Jacky Cahyadi, dosen International Program in Digital Media (IPDM) UK Petra

Menurut salah seorang animator film Jumbo asal Surabaya, Maximillian Serafino Suprapto penggarapan film animasi ini melibatkan ratusan animator dari berbagai daerah di tanah air.

“Ada sekitar 400 lebih animator dari belasan studio animasi di Indonesia yang dilibatkan dalam pengerjaan film Jumbo. Kebetulan saya kebagian menggarap berapa karakter seperti Don, Nurman, Atta, Mae dan Meri,” terang Max panggilan akrab Maximillian, usai menggelar Nonton bareng (Nobar) di CGV Maspion Square, Senin Sore (14/4/2025).

Max berharap hadirnya film Jumbo bisa menjadi pintu pembuka dari tumbuhnya produksi film animasi di dalam negeri. Selain itu juga bisa menjadi daya tarik generasi muda untuk terjun sebagai animator.

“Semoga film Jumbo bisa menjadi trigger atau pemacu pertumbuhan film animasi di negeri sendiri. Bagi generasi muda ini bisa menjadi peluang emas yang bagus sekali dalam berkiprah di masa depan atau setidaknya mulai sekarang bagi yang tertarik bisa mengawali belajar menjadi animator,” ungkap animator lulusan Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya ini penuh harap.

Sementara itu, dosen International Program in Digital Media (IPDM) UK Petra, Jacky Cahyadi menilai pertumbuhan film animasi di Indonesia dari tahun ke tahun tidak sebanyak di luar negeri. Perhitungan waktu lamanya produksi dan besaran biaya yang dibutuhkan menjadi alasan utama film animasi kurang diminati produser.

“Pertumbuhan film animasi di Indonesia bukan melambat. Namun ada faktor yang menyebabkan film animasi tidak banyak bermunculan. Seperti contoh film Jumbo, untuk keseluruhan prosesnya saja memakan waktu 5 tahun. Selain itu biayanya tidak murah. Pertimbangan ini menjadi alasan utama film animasi kurang tersentuh produser dibandingkan film non animasi yang cenderung lebih diminati,” terang Jacky.

Kendati demikian, karya film animasi Indonesia terus menunjukan gairah. Bahkan , dari sisi kualitas visual, film animasi buatan animator Indonesia tidak kalah mutunya dengan luar negeri.

“Secara visual ditunjang teknologi maju, film animasi kita sudah bisa dibilang sejajar atau menyamai dengan film kelas dunia. Bahkan dari sisi alur cerita dan latar visual yang sarat dengan pesan budaya, karya animasi Indonesia jauh lebih baik,” kata dia.

Jacky menyebutkan kunci keberhasilan agar film animasi Indonesia bisa tumbuh subur di negeri sendiri, dibutuhkan dukungan dari semua pihak.

“Agar film animasi Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri, jika ada dukungan semua pihak. Kalau dari sisi SDM, sudah mulai banyak perguruan tinggi jurusan animasi maupun sekolah khusus produksi perfilman,” tandasnya.

Film fantasi animasi Jumbo mengisahkan anak laki-laki yatim piatu bernama Don atau biasa dipanggil Jumbo. Sejak kecil ia, terinspirasi untuk menjadi seorang ksatria seperti sosok yang ada dalam buku dongeng peninggalan kedua orang tuanya.

Keinginannya untuk bisa tampil pentas bersama buku dongeng, mempertemukannya dengan seorang anak perempuan misterius dari dunia lain. Sekaligus membawa ia pada petualangan menegangkan saat menghadapi pria jahat. (luk)