Tak keliru, kami berharap pemimpin kota semaju dan semodern Surabaya memiliki konsep brilian tentang banjir. Bebas banjir adalah keinginan seluruh warga kota ini.
Ketika keinginan tersebut masih impian, satu harapan kami adalah kemampuan Cak Walikota bersama jajarannya meminimalisir kawasan banjir.
Di antaranya, mengeluarkan kebijakan pembangunan kota berwawasan lingkungan. Ini salah satu cara menjaga Surabaya tidak semakin “tenggelam” di setiap musim hujan.
Sejauh ini, banjir bisa diminimalisir. Pemkot Surabaya rupanya terus berupaya semaksimal mungkin, agar banjir tidak meluas.
Selain itu, pemkot –saat era Tri Risma Harini– tergolong ‘sukses’ memperpendek ‘durasi’ banjir. Banjir yang tadinya surut berjam-jam, bahkan pernah ‘nginap’ semalaman, bisa terurai dalam hitungan tak sampai tiga jam.
Semoga, dengan pengalaman dan ilmu kian bertambah serta peralatan yang tambah canggih, pemkot semakin ‘keren’ mengatasi persoalan satu ini.
Mau surut dalam dua jam, satu jam, bahkan duapuluh menit, banjir tetaplah menyisakan keluhan.
Apalagi sampai masuk rumah dan mengena pada peralatan rumahtangga. Tinggal hitung saja kerugian di depan mata.
Sebab itu, ketika pihak terkait tak mampu mengatasi banjir yang terus berulang setiap tahun, patut dipertanyakan kapabilitasnya.
Oiya… selain banjir, ‘musuh’ Cak Walikota adalah kemacetan dan slum. Untuk transportasi publik pun, Surabaya boleh dibilang tertinggal dengan kota-kota lain.
Surabaya belum punya LRT/MRT. Setelah tertinggal dari Jogja, sebentar lagi ditambah Palembang.
#Selamat Ulang Tahun ke 732
#SurabayaSihatKuatBermartabat
dit.syahbandiah@gmail.com