Surabaya Berhasil Tekan Stunting Jadi 1,6 Persen

oleh -90 Dilihat
oleh
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi di Forum Aksi Konvergensi Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Jawa Timur 2025

Surabaya, petisi.co – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, memaparkan strategi terpadu Pemkot Surabaya dalam menurunkan angka stunting secara drastis. Dalam forum Aksi Konvergensi Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Jawa Timur 2025, Eri menegaskan bahwa pendekatan berbasis data, digitalisasi layanan, dan keterlibatan lintas sektor menjadi faktor utama keberhasilan.

Data menunjukkan penurunan tajam angka stunting di Surabaya: dari 28,9% pada 2021 menjadi 4,8% di 2022, dan turun lagi menjadi 1,6% pada 2023.

“Transformasi ini tak lepas dari penerapan aplikasi Sayang Warga yang memantau kondisi warga secara real-time, mulai dari balita stunting, gizi kurang, ibu hamil, hingga calon pengantin,” terang Eri, Rabu (11/6/2025).

Aplikasi ini menjadi alat utama bagi Kader Surabaya Hebat (KSH), yang telah dibekali pelatihan intensif untuk mengumpulkan data dari lapangan. Setiap data yang masuk diverifikasi oleh Puskesmas dan ditampilkan dalam dashboard yang bisa diakses lintas instansi, seperti Dinas Kesehatan, DP3A, dan pendamping PKK.

Selain berbasis teknologi, pendekatan intervensi juga dilakukan melalui siklus kehidupan. Salah satunya dengan memastikan konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri di sekolah. Pendistribusian dilakukan rutin seminggu sekali oleh Puskesmas, dengan pengawasan ketat dari guru dan dicatat dalam aplikasi Profil Sekolah.

“Kalau anak belum minum TTD, sistem akan tandai. Guru wajib memastikan TTD diminum keesokan harinya. Bahkan, jika perlu, Dinkes bisa antar langsung ke rumah,” tegas Eri.

Inovasi lain yang diterapkan adalah pemberian TTD usai olahraga dan makan bersama di hari Jumat. Data dikumpulkan secara by name by address, memastikan setiap remaja putri terpantau.

Dalam upaya memperkuat intervensi, Pemkot Surabaya menggandeng perguruan tinggi, termasuk Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Setiap tahun, ratusan mahasiswa FK Unair diterjunkan ke Posyandu dan Puskesmas untuk mendampingi proses deteksi dini dan penanganan kasus stunting.

“Pendampingan ini mencakup edukasi pada ayah yang perlu peran lebih aktif (weak fathering) dan penanganan balita underweight yang perlu rujukan ke Puskesmas,” jelasnya.

Sementara itu, Asisten Administrasi Umum Pemkot Surabaya, Anna Fajriatin, menambahkan bahwa indikator pembangunan kota menunjukkan tren positif. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencapai 84,69 di 2024, dengan cakupan Universal Health Coverage (UHC) sudah menyentuh 100%.

“Indeks Pembangunan Gender meningkat, angka kemiskinan dan pengangguran terus menurun, dan seluruh kelurahan di Surabaya kini bebas dari buang air besar sembarangan (ODF),” tutup Anna. (dvd)

No More Posts Available.

No more pages to load.