Surabaya, petisi.co – Pemerintah Kota Surabaya dan Tim Penggerak PKK kembali menggulirkan Gebyar Lomba Bersama Wujudkan Surabaya Emas (BWSE) Jilid IV sebagai bagian dari upaya percepatan eliminasi stunting. Program ini bukan sekadar kompetisi, tetapi ruang intervensi terpadu yang menyentuh langsung keluarga, anak, dan lingkungan secara menyeluruh.
Ketua TP PKK Kota Surabaya, Rini Indriyani, menyatakan bahwa BWSE Jilid IV menargetkan 607 baduta (bayi di bawah dua tahun) yang menunjukkan gejala T2—yaitu dua kali berturut-turut tidak mengalami kenaikan berat badan. Target tersebut disusun berdasarkan data Dinas Kesehatan Surabaya dan telah diverifikasi bersama pihak kelurahan dan puskesmas.
“Kali ini kami menyentuh dari hulu. Saat berat badan anak tidak naik dua kali berturut-turut, itu sinyal bahaya. Jangan sampai terlambat dan menjadi stunting,” tegas Bunda Rini dalam peluncuran program di Kantor PKK Surabaya, Sabtu (5/7/2025).
Pelaksanaan BWSE berlangsung selama dua bulan, dari 5 Juli hingga 30 Agustus 2025. Intervensi meliputi:
– Pemeriksaan tumbuh kembang oleh dokter spesialis anak
– Distribusi ikan (DKPP), susu (Dinkes), dan telur harian (PDAM Surya Sembada)
– Edukasi laktasi dan MPASI oleh konselor dari IDAI
– Pelatihan pola asuh dan kebersihan lingkungan
Bagi baduta yang alergi telur, akan diberikan pengganti berupa ikan atau daging. Tak hanya itu, pelatihan bagi orang tua akan digelar pada 19, 28 Juli, dan 2 Agustus.
Fokus Pola Asuh dan Konsistensi Orang Tua
Rini menekankan pentingnya pola asuh sebagai penentu keberhasilan program. “Kami lebih tekankan pada perubahan perilaku orang tua. Dua bulan ini bukan hanya masa lomba, tapi masa pembentukan kebiasaan,” ujarnya. Ia berharap para orang tua tetap konsisten menjaga pola hidup sehat meski program usai.
BWSE Jilid IV juga memperkenalkan penilaian Kampung ASI di setiap kelurahan, dengan indikator seperti capaian ASI eksklusif, pelaporan pendampingan, dan dukungan lintas sektor. Ini adalah strategi untuk mencegah stunting sejak bayi lahir.
Aspek penilaian lomba mencakup pertumbuhan anak sesuai KMS, kondisi rumah sehat, kreativitas mengolah makanan, dan kualitas pendampingan. Tim juri berasal dari IDAI, FKM Unair, HIMPSI, Poltekkes Kemenkes, dan TP PKK Surabaya.
Dr. Mira Ermawati, Sp.A(K) dari IDAI Jatim, menegaskan pentingnya pencegahan dini, terutama pada bayi 0–6 bulan. Ia menyebut bahwa banyak kasus stunting berakar dari masalah menyusui dan kurangnya pemahaman tentang asupan gizi.
Sebagai bentuk dukungan penuh, IDAI meluncurkan program 1 Puskesmas 1 Pediatrician (1P1P) di Surabaya, memastikan seluruh puskesmas memiliki dokter spesialis anak. Selain penyuluhan dan penimbangan di 63 puskesmas, IDAI juga akan melakukan kunjungan rumah dan evaluasi akhir bersama masyarakat.
“Kami ingin mendekatkan edukasi dan akses dokter ke masyarakat. Kolaborasi ini adalah bukti komitmen bersama untuk cegah stunting dari hulu,” pungkas dr. Mira. (dvd)