Surabaya Music Time, Wadah Komunitas Pecinta Musik Tanpa Batas

oleh -142 Dilihat
oleh
Arul Lamandau saat memberi pelatihan musik kepada anggota komunitas.

SURABAYA, PETISI.CO – “Musik  adalah sebuah kesederhanaan. Kesederhanaan dalam hidup, kesederhanaan dalam befikir, tapi dalam kesederhanaan, bukan sesuatu yang biasa, tetapi mengandung makna-makna.  Dalam musik ada sebuah keseimbangan dalam kehidupan.”

Itulah arti sebuah musik bagi Arul Lamandau, yang ditemui Minggu malam (17/11/2019), selesai kegiatan mengajarnya. Pria  berusia 36 tahun ini merupakan seorang pegiat musik, sekaligus pendiri dari Surabaya Music Time.

Komunitas ini didirikan tahun 2009, berada di bawah naungan Surabaya Art Education (SAE).

Awalnya, komunitas ini berlokasi di Balai Pemuda Surabaya, lalu pindah sementara waktu ke Warung Kahuripan, tepatnya di Jalan Penataran No 17, Pacar Keling, Surabaya.

Peserta yang tergabung di dalamnya berasal dari jenjang pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Komunitas ini tidak memungut biaya kepada para anggotanya, sehingga dia harus menyisihkan penghasilan pribadinya, agar kegiatan yang nantinya dilakukan oleh komunitas ini, seperti workshop dan kegiatan pelatihan bisa tetap berjalan.

Selain itu, kendala lain yang dihadapi oleh komunitas ini, selain faktor finansial adalah sarana dan prasaran sebagai tempat melakukan kegiatan pengajaran musik.

“Ketika saya ada kegiatan dari luar, yang dimana ada sebuah pekerjaan diluar itu, saya sisihkan untuk kegiatan tersebut, jadi penghasilan yang saya dapatkan itu saya sisihkan untuk kegiatan-kegiatan workshop, untuk kegiatan pentas kecil, untuk kegiatan-kegiatan pelatihan,” ucapnya.

Banyak kegiatan yang sudah pernah diikuti oleh komunitas ini, beberapa diantaranya di Dinas Pariwisata, sekolah-sekolah, dan kegiatan di komunitas.

Dirinya juga mengungkapkan, tidak menutup kemungkinan untuk bekerjasama dalam melakukan sebuah kegiatan pertunjukan.

“Kita tidak menutup kemungkinan untuk melakukan kerja sama dengan siapa pun untuk melakukan sebuah pertunjukan,” tandasnya.

Menurut pria yang pernah berguru tentang dunia seni langsung kepada W.S. Rendra ini, dengan adanya kegiatan ini,  supaya anak-anak didiknya suatu saat mampu berbagi ilmu tentang dunia seni, khusunya musik, kepada orang lain.

Sehingga nantinya akan banyak orang-orang dari generasi yang semakin cinta dengan dunia seni, khusunya seni kebudayaan dan musik-musik daerah.

“Kita mengedukasi anak-anak itu bertujuan untuk nantinya mereka ketika memiliki ilmu yang cukup, mereka mampu berbagi ilmunya terhadap masyarakat lain, yang sudah terjadi ada beberapa dari anak-anak yang mulai ngajar, mulai melakukan pelatihan musik di wilayahnya masing-masing,” ujarnya.

Menurut Sydhuro yang merupakan salah satu orang tua dari peserta didik di komunitas ini, dirinya merasa sangat mengapresiasi dengan apa yang telah Arul lakukan untuk memajukan generasi muda yang cinta dalam berkesenian.

Dia berpendapat, jika dunia musik adalah dunia yang penuh dengan kreatifitas, apa lagi ditambah dengan kondisi zaman modern ini, sehingga mampu menjadi sarana untuk menghindari pergaulan yang negative.

“Supaya anak kita ini ada proses kreatifitas nanti kedepannya untuk bekal, supaya nanti ada balance sama pelajaran yang umum, kreatifitas itu tingkatan paling tinggi dan itu luar biasa,” tambahnya.(ananto)