Tiga Guru Besar Baru Universitas Jember Dikukuhkan

oleh -132 Dilihat
oleh
Ketiga guru besar baru sete;lah dikukuhkan oleh Rektor Universitas Jember

JEMBER, PETISI.COTiga guru besar baru Universitas Jember dikukuhkan, Rabu (26/07/2023). Yakni, Prof. Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc., Ph.D., guru besar di bidang Ilmu Kriptografi pada Fakultas Ilmu Komputer Universitas Jember. Prof. Dr. Ir. Sholeh Avivi, MSi., guru besar bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman di Fakultas Pertanian, dan ketiga Prof. Dr. Ir. Soni Sisbudi Harsono, M.Eng. M.Phil., guru besar bidang Ilmu Energi Terbarukan untuk Alat Mesin Pertanian di Fakultas Teknologi Pertanian.

Ketiganya dikukuhkan sebagai profesor oleh Ketua Senat bersama Rektor Universitas Jember dalam sebuah upacara  yang digelar di Gedung Auditorium hari Rabu, 26 Juli 2023. Dengan tambahan tiga guru besar baru, kini Universitas Jember memiliki 60 guru besar. Jumlah ini berpotensi akan bertambah, mengingat ada 19 dosen yang jabatan guru besarnya masih berproses di Ditjen Dikti Kemendikbudristek.

Rektor Universitas Jember, Iwan Taruna bersyukur mendapatkan tambahan guru besar baru. Tambahan guru besar menjadi daya ungkit peningkatan akreditasi dan membangun reputasi bagi Universitas Jember. Para guru besar baru ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Universitas Jember.

“Menapaki gelar guru besar bukan akhir dari perjalanan sebagai dosen, justru babak baru dari pengabdian Anda. Mengingat kini masyarakat menunggu karya dan kiprah selanjutnya dari para gusur besar dengan inovasi-inovasinya. Menjadi profesor juga dituntut menjadi inspirasi bagi koleganya dengan berpegang pada ilmu padi, makin berisi makin merunduk. Semoga tambahan guru besar ini akan menginspirasi dosen lainnya untuk juga segera meraih jabatan profesor,” ungkap Iwan Taruna.

Selanjutnya Rektor mendampingi Ketua Senat Universitas Jember menyematkan kalung jabatan guru besar.

Sesuai tradisi dalam upacara pengukuhan guru besar, maka setiap profesor membacakan pidato ilmiah yang berkaitan dengan keilmuan yang diampunya. Orasi ilmiah pertama disampaikan oleh Prof. Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc., Ph.D., yang membawakan judul “Kriptografi : Keseimbangan Perlindungan terhadap Keamanan Informasi dan Privasi”.

Dalam orasinya, pakar kriptografi ini menyoroti makin banyaknya aktivitas keseharian yang dilakukan di dunia maya, mulai mengunduh konten tertentu hingga  aktivitas berniaga. Biasanya setelah pembeli melaksanakan transaksi dan mendapatkan barang pesanannya, maka seringkali pembeli masih mendapatkan iklan hingga tawaran barang sejenis dari para penjual. Tentu saja hal ini dirasa meresahkan bahkan menjadi mengganggu privasi jika kemudian data pembeli disebarluaskan ke pihak lain tanpa persetujuan pembeli.

Di sisi penyedia konten, seringkali mereka dihadapkan pada penyebarluasan konten oleh pembeli tanpa ijin, sehingga merugikan penyedia konten. Penyebarluasan konten tanpa ijin juga termasuk melanggar hak atas kekayaan intelektual. Dari permasalahan tersebut Ilmu Kriptografi berusaha hadir memberikan solusi. Prof. Antonius Cahya Prihandoko menawarkan skema anonymous cash dan blind description.

“Anonymous cash adalah sistem yang memungkinkan penjual mengetahui barang yang dibeli oleh pembeli namun dibatasi dalam mengakses data pembelinya. Skema ini bisa berjalan dengan bantuan penyedia token seperti bank. Dengan demikian pembeli memperoleh barangnya setelah membayar dengan token, sementara penjual tidak mengetahui data identitas pembelinya,” jelas profesor yang mempelajari kriptografi di James Cook University Australia ini.

Sementara dengan skema blind description memiliki prinsip sistem kerja yang serupa. Bedanya pembeli barang atau umumnya konten hanya bisa mengakses untuk satu konten yang telah dibelinya dengan kunci konten yang sudah diberikan penjual. Jika pada skema anonymous cash penjual tidak tahu siapa pembelinya namun tahu barang yang dibeli, maka pada skema blind description penjual tahu pembelinya namun tidak tahu barang apa yang dibeli oleh pembelinya. Kedua skema tersebut diharapkan mampu melindungi privasi pembeli.

Sementara Prof. Dr. Ir. Sholeh Avivi, MSi., yang membawakan pidato ilmiah berjudul “Peran Bioteknologi Dalam Pemuliaan Tanaman”. Menurut guru besar asli Jember ini, bioteknologi saat ini berpotensi menjadi jawaban atas tantangan dunia pertanian. Di satu sisi permintaan akan produk pertanian khususnya pangan, makin meningkat karena populasi penduduk dunia terus bertambah.

Namun produktivitas produk pertanian menurun karena berbagai hal seperti lahan yang makin menyusut, perubahan iklim atau serangan hama serta penyakit. Dengan bioteknologi maka akan didapat tanaman yang unggul, adaptif terhadap iklim, tahan hama dan memiliki produktivitas tinggi.

“Salah satu teknologi pemuliaan tanaman adalah dengan bioteknologi, khususnya yang kini makin berkembang adalah genome editing atau pengeditan genom. Melalui prosedur tertentu peneliti akan memisahkan gen yang dianggap menghambat perkembangan tanaman sehingga tanaman baru dapat tumbuh dengan optimal. Atau mengembangkan gen tertentu pada tanaman agar bisa beradaptasi dengan iklim serta memiliki produktivitas tinggi. Dengan pengeditan genom memungkinkan peneliti  melakukan perubahan DNA organisme untuk mengubah sifat suatu organisme menjadi lebih baik lagi,” papar Prof. Sholeh Avivi.

Guru besar yang juga pengasuh Pondok Pesantren Putri Ma’had El Aviv Jember ini lantas mencontohkan penelitian pengeditan genom yang dilakukannya. Prof. Sholeh Avivi berusaha meningkatkan kadar sukrosa dalam tanaman tomat sehingga cita rasanya lebih manis. Pengeditan genom juga memungkinkan menghasilkan tanaman yang lebih tahan terhadap penyakit, seperti penelitiannya mengenai virus Peanut Stripe Virus (PStV) yang biasa menyerang kacang tanah.

Guru besar terakhir yang tampil adalah Prof. Dr. Ir. Soni Sisbudi Harsono, M.Eng. M.Phil., guru besar bidang Ilmu Energi Terbarukan untuk Alat Mesin Pertanian di Fakultas Teknologi Pertanian. Menurutnya, sebagai negara agraris dengan mayoritas penduduknya petani maka Indonesia berpotensi mandiri secara energi dengan energi terbarukan. Khususnya energi terbarukan yang bersumber dari produk pertanian dan perkebunan yang melimpah.

Pemanfaatan energi terbarukan dari produk pertanian juga dalam rangka memaksimalkan program zero waste lifestyle atau gaya hidup pemanfaatan produk tanpa meninggalkan sampah. Kesemuanya dirangkum dalam orasi ilmiah berjudul “Akselerasi Penerapan Energi Terbarukan Berbasis Circular Economy Pada Alat dan Mesin Pertanian.”

Guru besar yang juga dosen di Program Studi Teknik Pertanian ini lantas membeberkan penelitiannya mengenai energi terbarukan sekaligus program zero waste pada produk kopi. Prof. Dr. Ir. Soni Sisbudi Harsono, M.Eng. M.Phil., memanfaatkan kulit buah kopi yang selama ini hanya dibuang begitu saja oleh petani khususnya pada saat panen raya. Padahal sampah kulit kopi yang tidak diolah dengan baik akan mencemari lingkungan mengingat memiliki keasaman yang cukup tinggi.

“Di antaranya dengan menjadikan kulit kopi tadi sebagai biopellet yang bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Sehingga petani tidak selalu bergantung pada BBM atau gas elpiji yang harganya bisa naik jika subsidinya dicabut. Sisa abu dari biopellet bisa dimanfaatkan sebagai bahan campuran pupuk organik, caranya ditambah dengan kotoran hewan ternak. Jadi dalam proses ini tidak ada sampah, kebutuhan energi pun terpenuhi,” ujarnya.

Pemanfaatan energi terbaharukan juga mendorong tumbuhnya gerakan circular economy  yang berprinsip pada ambil-buat-gunakan-kembalikan, sehingga meminimalkan sampah dan memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada.

“Oleh karena itu perlu kerjasama yang baik diantara segenap pemangku kepentingan seperti pemerintah, perguruan tinggi dan swasta agar pemanfaatan energi terbaharukan makin meningkat, menekan sampah organik sehingga pembangunan gerakan circular economy dapat terwujud,” pungkas  Prof. Dr. Ir. Soni Sisbudi Harsono, M.Eng. M.Phil.

Selain mumpuni di bidang keilmuan masing-masing, ternyata ada kisah menarik dibalik pencapaian mereka meraih jabatan fungsional tertinggi sebagai dosen. Ada juga yang ternyata memiliki aktivitas yang tak kalah menariknya di luar kampus.

Prof. Dr. Ir. Sholeh Avivi, MSi.,

Dari Tak Sengaja Jadi Cinta Pada Kriptografi

Seperti yang disampaikan oleh Prof. Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc., Ph.D., yang ternyata tanpa sengaja mempelajari Kriptografi saat meneruskan pendidikan jenjang magister dan doktoralnya di James Cook University Australia.

“Awalnya saya ingin memperdalam bidang Ilmu Matematika, khususnya Aljabar sesuai dengan latar belakang pendidikan saya yang sarjana Pendidikan Matematika. Maka saat mendapatkan beasiswa di James Cook University saya berharap bisa kuliah di fakultas yang terkait dengan matematika pula. Namun ternyata fakultas tersebut tidak ada, yang ada adalah fakultas yang mempelajari aplikasi bidang Sains, Technology, Engineering and Mathematics atau STEM. Alhasil saya pun mempelajari STEM khususnya bidang ilmu komputer yang memang dasarnya adalah matematika,” kata guru besar yang akrab disapa Prof. Anton ini.

Gara-gara mempelajari ilmu komputer penyuka kegiatan hiking ini bertemu dengan bidang kajian Kriptografi. Semuanya bermula saat sang profesor yang membimbingnya tengah pulang ke Amerika Serikat sehingga dirinya lebih banyak berdiskusi dengan pembimbing kedua, Prof. Hossein Ghodosi yang memang pakar Kriptografi.

Prof. Anton pun akhirnya total mempelajari Kriptografi. Setelah lulus jenjang magister, Prof. Anton meneruskan jenjang doktoral di kampus yang sama dan dibimbing oleh Prof. Hossein Ghodosi lagi. Jadi lah Ilmu Kriptografi menjadi pilihan hidup pria asal Banyuwangi ini.

“Kriptografi adalah ilmu juga seni dalam matematika, kriptografi mempelajari bagaimana kita menjaga keamanan informasi atau pesan melalui mekanisme enskripsi dan dan deskripsi. Nah di sini lah asyiknya mendalami Kriptografi karena kita dituntut dapat membuat protokol yang aman dan tidak mudah dibobol orang lain. Selain itu Ilmu Kriptografi terus berkembang sejalan dengan penggunaannya yang makin meluas dan menjadi bagian hidup sehari-hari. Seperti di kartu ATM, password pada beragam gawai hingga penggunaan di bidang intelejen atau militer,” tutur Prof. Anton.

Pondok Pesantren Putri Ma’had El Aviv Jember asuhan Prof. Sholeh Avivi

Profesor Yang Juga Kyai Pengasuh Pondok Pesantren

Beda lagi dengan Prof. Dr. Ir. Sholeh Avivi, MSi., yang ternyata juga seorang kyai yang mengasuh Pondok Pesantren Putri Ma’had El Aviv. Bagi pria yang sering disapa Ustdaz Avivi ini dunia pondok pesantren bukan hal yang asing. Maklum kedua orang tuanya, pasangan KH. Fauzan Shofwan dan Nyai Hj. Lilik Maslihah juga pengasuh pondok pesantren.

“Jadi saya memang lahir dan tumbuh di dunia pesantren, maka nilai-nilai pesantren pun mewarnai perjalanan hidup saya. Saat masuk SMP, Abah mengirim saya nyantri ke Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang. Begitu pula saat kuliah di Institut Pertanian Bogor, saya kuliah sambil mondok di Pondok Pesantren Nurul Imdad Bogor,” ujar bapak empat anak ini.

Awalnya Avivi muda ingin jadi dokter, tak heran jika pilihan utama kuliahnya ke Fakultas Kedokteran di sebuah PTN di Jakarta. Namun nasib berkata lain, justru Institut Pertanian Bogor yang menerimanya. Jadilah Avivi mempelajari pemuliaan tanaman hingga berbuah manis hingga dikukuhkan menjadi guru besar. “Saya bersyukur walau tidak jadi dokter namun jadi doktor, yah boleh dikata jadi dokter tanaman lah,” katanya bercanda.

Rasa syukur tadi pula yang mendorongnya untuk terus meneliti, khususnya bidang pengeditan genom. Beberapa perguruan tinggi yang menjadi lokasi penelitian Prof. Sholeh Avivi diantaranya Queenlands University Australia dan Gyeongsang National University Korea Selatan. Menurutnya menuntut ilmu itu wajib bahkan jika perlu hingga ke negeri China seperti tuntunan dalam hadits Rasulullah SAW.

“Saya mengikuti pesan para guru-guru saya saat nyantri dulu di pondok pesantren, menuntut ilmu agama itu utama tapi ilmu umum jangan sampai ditinggalkan. Apalagi di jaman saat ini. Memiliki dasar ilmu agama yang kuat menjadi penting bagi anak-anak kita agar tidak kehilangan jati diri dan siap menghadapi berbagai tantangan jaman,” tutur pria yang aktif di Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jember dan Majelis Ulama Indonesia Jember ini.

Prof. Dr. Ir. Soni Sisbudi Harsono, M.Eng. M.Phil.,

Profesor Yang Dekat Dengan Dunia UMKM

Sosok berikutnya sering dikaitkan dengan keberadaan Sunday Morning Kreanova Universitas Jember yang hadir setiap hari Minggu pagi di kampus Tegalboto. Dia adalah Prof. Dr. Ir. Soni Sisbudi Harsono, M.Eng. M.Phil., guru besar di Fakultas Teknologi Pertanian (FTP). Memang sejarah keberadaan pasar minggu pagi di kampus Tegalboto ini tak bisa lepas dari perannya.

“Awalnya di tahun 2017 ada ide memfasilitasi mahasiswa yang ingin berwirausaha untuk berjualan di seputar kampus. Gagasan ini klop dengan kegiatan wajib pameran hasil kreativitas mahasiswa FTP. Sayang jika ide menarik mahasiswa hanya jadi tugas saja, padahal jika dikomersialkan bisa jadi wirausaha yang potensial. Maka dengan dukungan beberapa kawan jadilah Sunday Morning Kreanova Universitas Jember yang akhirnya memfasilitasi mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan yang punya usaha,” ujar Soni.

Bergelut dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memang bukan hal yang asing bagi bapak dua putri ini. Semuanya bermula saat dirinya menuntut ilmu di Cranfield University Inggris guna mempelajari pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel guna bahan bakar pada alat dan mesin pertanian (Alsintan).

Begitu pula saat meneruskan studi S-3 di Humboldt Universitat Zu Berlin, Jerman, kajian pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel guna bahan bakar pada Alsintan masih menjadi minatnya. Namun setelah pulang ke Jember, Prof. Soni melihat kebun kelapa sawit sukar ditemui.

“Saya lantas berpikir mengapa tidak memanfaatkan produk pertanian di seputar Jember sebagai bahan penelitian bahan bakar terbarukan saja. Lantas ketemu dengan kopi yang menjadi salah satu andalan produk perkebunan di Tapal Kuda. Maka saya mulai meneliti kulit buah kopi sebagai sumber energi terbarukan,” ungkap Prof. Soni.

Salah satu hasil penelitiannya adalah produk biopellet berbahan kulit buah kopi sebagai bahan bakar alternatif. Tak hanya membuat biopellet, Prof. Soni juga merancang kompornya pula. Biopellet beserta kompor ini cocok digunakan oleh kalangan rumah tangga dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Dari sini lah dosen di Program Studi Teknik Pertanian FTP ini bersinggungan dengan dunia UMKM, termasuk kemudian mendirikan Sunday Market Kreanova di kampus Tegalboto.

Dan yang terbaru, Prof. Soni tengah merancang kompor berbahan baku biopellet bagi pelaku UMKM kedai kopi atau kafe. Prof. Soni melihat selama ini sisa ampas minuman kopi yang dihasilkan dari kedai kopi atau kafe dibuang begitu saja.

Bahkan ada yang dibuang ke saluran air yang bermuara ke sungai. Padahal sisa ampas minuman kopi memiliki kadar keasaman yang cukup tinggi, PH-nya berkisar pada 3 sampai 4. Apalagi saat ini UMKM kedai kopi atau kafe makin menjamur. Jika makin banyak ampas minuman kopi yang dibuang ke sungai maka ekosistem sungai akan terganggu. Memang belum banyak yang tahu jika ampas minuman kopi tadi bisa bermanfaat.

“Ampas minuman kopi bisa dibuat bahan pembuatan baglog budi daya jamur. Ampas tadi juga merupakan bahan biopellet yang menjadi bahan bakar memasak di kedai kopi atau kafe. Saya tengah mengembangkan kompor model terbaru dan biopellet yang diberi minyak sereh atau minyak bunga kenanga. Pada saat memasak maka asap yang muncul dari kompor tadi bisa dialirkan ke ruangan sebagai aroma terapi di kedai kopi atau kafe. Jika biopellet sudah dipakai, maka abunya bisa dicampur dengan kotoran ternak  menjadi pupuk organik. Jadi tak ada yang terbuang percuma alias zero waste sambil mewujudkan economic circular,” ungkapnya.

Prof. Soni menambahkan, sebenarnya pembuatan biopellet bisa menggunakan sisa semua produk pertanian dan perkebunan bahkan sampah organik rumah tangga. Jika gerakan membuat biopellet sebagai energi terbarukan bisa dilakukan secara mandiri dan masid, maka dirinya membayangkan UMKM dan rumah tangga tak perlu bingung saat harga gas elpiji melonjak atau tengah kosong. Pemanfaatan sisa produk pertanian dan perkebunan serta sampah organik rumah tangga akan berdampak pada keberhasilan penanganan sampah secara keseluruhan.

Oleh karena itu Prof. Soni bersedia memberikan pelatihan pemanfaatan sisa produk pertanian dan perkebunan serta sampah organik bagi siapa saja yang berminat. Termasuk ingin mengaktifkan kembali Sunday Market Kreanova di kampus Tegalboto yang vakum gegara pandemi Covid-19.

“Agar ilmu yang saya dapatkan berguna bagi banyak orang, sekaligus hilirisasi hasil penelitian supaya keberadaan perguruan tinggi benar-benar menjadi manfaat bagi masyarakat,” ujarnya mengakhiri diskusi. (cah/iim)

No More Posts Available.

No more pages to load.