Tingkatkan Kinerja Ekspor Pertanian, Bupati Bondowoso Hadiri Penanaman Pisang Cavendish di Aceh

oleh -101 Dilihat
oleh
Bupati Bondowoso, saat mengikuti pengembangan hortikultura berorientasi ekspor dalam penanaman pisang Cavendish Perdana di kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh.

BONDOWOSO, PETISI.CO – Demi optimalkan produk hasil industri dan meningkatkan kinerja ekspor utamanya dalam sektor pertanian, Bupati Bondowoso, Salwa Arifin, mengikuti pengembangan Hortikultura Berorientasi Ekspor dalam penanaman Pisang Cavendish perdana di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh.

Ketika dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Selasa (18/2/2020), bupati menjelaskan bahwa, sebagai negara agraris, peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi nasional memang semakin penting dan strategis.

Kontribusinya dalam PDB Indonesia yakni terbesar ketiga setelah sektor industri dan perdagangan. Kemudian, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama Januari-Desember 2019 ekspor produk pertanian sebesar 3,61 miliar dolar AS atau meningkat 5,31% dibandingkan periode sama di 2018 yang sebesar 3,43 miliar dolar AS.

“Meningkatnya kinerja ekspor sektor pertanian, salah satunya didorong oleh peningkatan ekspor subsektor hortikultura, khususnya buah-buahan tahunan. Karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan potensi pasar yang masih terbuka luas, pisang merupakan salah satu komoditas buah-buahan tahunan yang memiliki prospek pengembangan baik,” jelas orang nomor satu di Bondowoso itu.

Berdasarkan keterangan dari Sekretaris Dinas Pertanian (Dispertan) Bondowoso, Hendri Widotono yang mendampingi bupati dalam giat tersebut menjelaskan bahwa, menurut data dari Trade Map International Trade Statistics (ITC) bahwa, sepanjang 2018 Indonesia telah mengekspor pisang sebanyak 30.373 ton ke seluruh dunia.

“Ekspor pisang terbesar adalah ke China, yaitu sebesar 17.793 ton atau senilai 8.623 dolar AS, diikuti Malaysia sebesar 4.132 ton atau senilai 1.114 dolar AS dan Uni Emirat Arab (UAE) sebesar 2.563 ton atau senilai 1.435 dolar AS. Namun demikian, permintaan dari negara-negara tersebut masih belum dapat tercukupi oleh Indonesia,” terang Hendri.

Jadi, lanjut dia, untuk mempercepat program peningkatan ekspor produk pertanian, Kemenko Perekonomian mendorong pengembangan Hortikultura Berorientasi Ekspor sebagai salah satu Program Prioritas (Quick Wins) melalui kerjasama kemitraan pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan petani.

“Program ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, kualitas dan kontinuitas komoditas pisang. Sehingg, dapat memenuhi kebutuhan pisang lokal seperti hotel, restoran dan katering,” harapnya.

Dijelaskan pula, bahwa PT Great Giant Pineapple (GGP) melalui skema Creating Shared Value akan melakukan kerja sama kemitraan dengan petani dan pemerintah daerah atas dasar pemberdayaan dan asas saling menguntungkan dalam hal budidaya dan pemasaran tanaman pisang.

“Sebagai langkah konkret, program ini akan terus digulirkan di level nasional dengan mereplikasi dan menjadikan keberhasilan pengembangan komoditas ekspor pisang atau nanas yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tanggamus, Lampung dan PT GGP sebagai benchmark pelaksanaan di daerah-daerah lainnya termasuk dalam waktu dekat di Bondowoso,” jelasnya.

Giat ini merupakan tidak lanjut, karena sebelumnya, juga sudah dilakukan launching program dan penanaman perdana pisang di Kabupaten Jembrana, Bali pada 28 Desember 2019, disusul penanaman perdana di Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada 21 Januari 2020. Di Kabupaten Bener Meriah sendiri, pada tahap awal akan dilakukan Demplot seluas empat hektare dari potensi luasan pengembangan sebesar 200 hektare.

“Harapan setelah kegiatan ini membuahkan hasil memuaskan dapat makin banyak petani yang turut serta sehingga, kebutuhan lahan minimal untuk budidaya tanaman pisang tujuan ekspor secara bertahap dapat terpenuhi. Nantinya di Bondowoso akan juga dibuat Demplot seluas 5,8 Hektar jika diijinkan oleh PT GGP, sementara ini redy 15 hektar dan penanaman perdana nanti di wilayah Botolinggo,” ungkapnya.

Bahkan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, kata Hendri, sudah beberapa kali menanyakan kepada bupati kapan untuk Kabupaten Bondowoso,?.

“Ini merupakan tantangan jadi nati, PT GGP akan datang sendiri untuk survei. Namun, karena tim ahlinya terbatas dan regulasinya hati-hati jadi timnya turun sendiri apa lagi terkait kepemilikan lahan,” katanya sambil mengimbuhkan, untuk memenuhi pasat ekspor dibutuhkan 300 hektar lahan, nantinya akan bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

“Jika kita bisa menyediakan lahan yang sesuai maka bisa ekspor ke China,yang belum kita tentukan apakah dari kelompok tani, BumDes atau Perusda,” pungkasnya. (tif)

No More Posts Available.

No more pages to load.