PALEMBANG, PETISI.CO – Lahir di Tangga Buntung, Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964 silam. Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian ternyata besar dan tumbuh dari keluarga sederhana. Bapak Tito, seorang wartawan senior. Sementara ibunya, bidan.
Hasil penelusuran media di beberapa lokasi di Palembang, Sumatera Selatan menyebutkan, jika Tito dulunya bersekolah SD di kawasan Tangga Buntung 36 Ilir. Kemudian pindah sekolah ke SD Xaverius 1 Palembang, hingga ke tingkat SMP Xaverius I Palembang.
Sedangkan untuk sekolah tingkat SMA, Tito bersekolah di SMA Negeri 2 Palembang.
“Saya masih ingat, 32 tahun lalu, Tito Karnavian, berangkat ke kampus AKABRI (sekarang AKPOL),red) di Magelang, Jawa Tengah,” kata Achmad Saleh, orangtua laki-laki Tito Karnavian.
Achmad Saleh, merupakan wartawan senior di Palembang dan lama bekerja di RRI setempat. Selain di RRI, Achmad Saleh juga menginisiatori pendirian koran Ekonomi Pembangunan, Pelita, dan koran Angkatan Bersenjata edisi Sriwijaya.
“Saya pernah mendirikan koran terbitan Palembang. Sekarang, masih anggota PWI. Seumur hidup itu kartunya,” kelakar Achmad Saleh, di kediamannya di Jalan Sambu, Palembang.
Jika Achmad Saleh merupakan seorang wartawan dan mencari penghasilan sehari-harinya untuk membesarkan Tito dan anak-anaknya yang lain dari profesi jurnalistik, maka ibunda Tito Karnavian yakni Hj Qordiah, merupakan seorang bidang di sana.
Sang Ibunda Tito masih ingat betul, sebelum Tito memilih berkarir di dunia Kepolisian dan masuk AKABRI, waktu itu ia meminta kepada Tito untuk menjadi seorang dokter, tetapi Tito memilih jalannya sendiri untuk masuk Akabri.
“Tito dulu pernah bercita-cita menjadi dokter. Karena tidak ingin menyusahkam orangtua, Tito lebih memilih melanjutkan pendidikan di Akademi Kepolsian di Semarang karena gratis walaupun di institusi pendidikan lain Tito juga lulus,” tukuk Hj Qordiah.
Dia mengaku, Tito dulunya sudah diterima di sejumlah universitas bergengsi, seperti Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Hubungan Internasional Universitas Gajah Mada, dan STAN. “Semoga amanah tersebut dapat dipertanggungjawabkan Tito dengan baik dan benar,” urai Hj Qordiah. (roni/*)