Malam Hari, Gedung Kontruksi Jadi Ajang Prostitusi
BANYUWANGI, PETISI.CO – Masyarakat akan terus memantu pembangunan maupun manfaat dari sarana prasarana ruang terbuka hijau (RTH) Gitik, Rogojampi yang dibiayai APBD sejak tahun 2016 dan berkelanjutan di tahun anggaran 2017.
Sudianto (38), warga Dusun Sidomulyo, Desa Gitik, Kecamatan Rogojampi mengaku senang dengan pembangunan sarana prasarana RTH Gitik. Dia beranggapan dengan adanya bangunan itu, berdampak tumbuhnya ekonomi masyarakat sekitar.
“Kalau RTH ini rampung, ekonomi masyarakat akan semakin tumbuh, dan masyarakat Rogojampi sangat menginginkan sekali jika di Rogojampi mempunyai RTH sendiri dan warga sekitar bisa membuka kedai kecil kecilan yang sudah disediakan di sekitaran RTH tersebut,” ujar Sudianto ditemui petisi.co, Senin (29/5/2017).
Sebagimana harapan warga sekitar, kawasan RTH Gitik memiliki cerita kelam tentang kehidupan sosial para pekerja seks komersial maupun dunia malam jalanan yang penuh kekerasan.
Jika banguan segera selesai dan manfaatnya positif, sudah tentu anggapan wilayah miring tentang kawasan itu akan hilang dengan sendirinya.
Tapi, jika tidak segera tuntas dikerjakan. Sudah tentu kehidupan sosial transaksi seks komersial hingga kini bangunan kontruksi RTH Gitik, dimanfaatkan pekerja seks komersial untuk menjajakan diri pada pria hidung belang.
“Kalau bangunan mangkrak, sudah tentu aktifitas seks komersial masih terus berjalan. Beda kalau sudah selesai dan ada pengelolaan yang benar,” ungkapnya.
Menurut data yang diterima, proyek fisik tahap pembangunan kontruksi di Tahun 2016, sudah terserap anggaran Rp. 1,4 miliar lewat mekanisme lelang terbuka. Tahap kedua tahun 2017 dipastikan nilanya akan bertambah tiga kali lipatnya. (rohm/to)