BANYUASIN, PETISI.CO – Resah dengan ulah pengendara ketek pengangkut kelapa yang acap kali kebut-kebutan, serta ugal-ugalan saat melintas di parit lll Desa Sri Tiga Kec. Sumber Marga Telang. Kab. Banyuasin, Sum-Sel, menyulut emosi ratusan warga dengan melupkan kekesalan mereka dengan pernyataan sikap di lokasi paret 3, Sabtu (7/4/2018).
Keresahan warga memuncak saat insiden tabrakan antara ketek (perahu) pengangkut kelapa dengan ketek warga setempat beberapa hari lalu. Kejadian tersebut persisnya di simpang tiga pertemuan parit 3 dengan Parit Gantung yang hampir saja terjadi bentrok, karena warga kesal atas perilaku pengemudi ketek angkukan kelapa ngebut tanpa mengurangi kecepatan ketika ada tikungan.
Rizal (37), warga Desa Sri Tiga yang juga salah satu penumpang ketek yang ditabrak (ketek-red) angkutan kelapa, ketika bersama awak media menuturkan, pihaknya panik bukan kepalang ketika terjadi tabrakan.
”Ya kejadian begitu cepat, kami sedang melaju lurus dengan kecepatan sedang membawa penumpang ibu-ibu dan anak dari arah Palembang, tiba-tiba dari simpang parit gantung muncul ketek angkutan kelapa menghantam bagian tengah ketek yang kami tumpangi,” jelasnya terlihat panik sambil mengingat kejadian kecelakaan.
Lanjut Rizal, anehnya memang ketika ditegur penyebab kecelakaan tersebut karena ketek kelapa terlalu ngebut dan tidak memperhatikan ketika tikungan harus mengurangi kecepatan, malah penumpang ketek angkutan kelapa yang berjumlah lebih kurang 8 orang melotot dengan mengeluarkan sajam jenis pisau.
Tidak ingin memperparah keadaan, Rizal memilih diam, takut berimbas pada ibu dan anak kecil yang ada di keteknya.
Sementara Mulkandani tokoh muda Desa Sri Tiga menyesalkan kejadian tersebut. Kenapa sampai terjadi intimidasi yang seharusnya mereka minta maaf sudah salah, malah mengancam dengan menunjukan pisau.
”Nah ini sudah tidak benar, seharusnya mereka (ketek angkutan kelapa) hanya numpang lewat di parit 3 ini kok kenapa nekat menujukkan pisau dengan warga setempat dan ini jelas melanggar hukum mengintimidasi warga dengan menunjukan pisau,” jelasnya.
Tambah Mulkan, dengan ini langkah tegas harus diambil, dan meminta kepada pemerintah daerah segera menutup semua pengusaha pengepul kelapa yang membangkang dari aturan desa atau perdes atau aturan lainnya, yang ternyata keberadaan mereka bukan mensejahterakan gerakan rakyat, malah menimbulkan keresahan.
”Kami minta kepada Pemda agar bertindak cepat dan tegas, supaya tidak menimbulkan keresahan berkepanjangan, serta ditakutkan warga bertindak main hakim sendiri ketika persoalan ini dibiarkan berlarut-laru,” tegasnya.(roni)