Kisah Pilu Buruh Migran asal Banyuwangi, Digerogoti Kangker, Dicerai Suami

oleh -77 Dilihat
oleh
Lusia Yuswati (kanan), mantan buruh migran yang divonis oleh dokter menderita kanker payudara, kini harus terbaring tak berdaya

Butuh Bantuan dan Tangan Dingin Dermawan

BANYUWANGI, PETISI.CO – Dengan tujuan memperbaiki hidup lebih baik menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW), kini kondisi kesehatan sangat mengganggu aktivitas kesehariannya.

Lusia Yuswati (49), mantan buruh migran yang divonis oleh dokter menderita kanker payudara, kini harus terbaring tak berdaya di rumah tetangganya, Katemi, warga Dusun Krajan RT 03/RW 04, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, Banyuwangi.

Diketahui, riwayat Lusia sebagai buruh migran Tenaga Kerja Indonosia (TKI) selama sepuluh tahun lamanya bekerja di Singapura. Perempuan yang akrab dipanggil Lusi ini kelahiranan Blitar, 08 Juni 1969, dirinya mengaku penyakit yang dideritanya ini sekira pada tahun 2004 lalu di Singapura saat dirinya masih belum menikah.

Selanjutnya, saat mengalami kanker payudara, dirinya sempat melakukan operasi di Singapura, dengan melakukan pengangkatan benjolan pada payudaranya sisi sebelah kanan, lalu dilanjutkan dengan kemoterapi agar penyakit yang dideritanya benar benar hilang.

Saat ditemui, Lusia bercerita tentang kehidupannya, saat dirinya bekerja menjadi buruh migran di Singapura dan dinyatakan sehat oleh dokter dengan penyakit kanker yang dideritanya. Dia  menjalin kasih dengan seseorang laki laki dan menikah dengan laki laki asal Banyuwangi yang dikenalnya.

Akhirnya dirinya pulang ke Indonesia dan melangsungkan pernikahan dengan lelaki yang dikenalnya dari seorang temannya itu. Namun sebelum menikah, Lusia sudah membicarakan tentang dirinya bahwa dirinya adalah seorang anak orang yang kurang mampu dan Lusia tidak akan pernah punya anak, karena sudah menjalani kemoterapi.

Setelah itu sang suami menyanggupinya bahwa dia bersedia menikah dengan Lusia, lalu menikah di kampung halamannya di Blitar.

Selanjutnya, setelah menikah, sang suami membawa Lusia pindah ke Banyuwangi dan berdomisili di Dusun Darungan, RT 03/RW 04, Desa Tegalarum, Kecamatan Sempu. Melihat suami tidak bekerja, akhirnya Lusia memutuskan untuk kembali lagi menjadi buruh tenaga kerja di Singapura.

Selama bekerja di luar negeri, gaji yang didapat dari jerih payahnya menjadi buruh diluar negeri tanpa sedikitpun telat, Lusia mengirimkan gajinya kepada suami untuk dijadikan modal usaha ataupun membangun rumah. Supaya kepulangan dari luar negeri bisa terwujud hidup lebih baik seperti yang diharapkan selama ini.

Selama kurang lebih sepuluh tahun bekerja di Singapura, dirasa gaji di Singapura kurang puas, dirinya memutuskan untuk pindah bekerja ke Hongkong dengan tujuan mendapatkan gaji yang lebih banyak. Lagi-lagi sebagian gaji yang didapatnya itu dikirimkan ke suaminya yang ada di Banyuwangi.

Selama tiga tahun sejak pindah kerja ke Hongkong, pada tahun 2014 penyakit Lusia kembali kambuh dengan penyakit kanker yang dideritanya. Lalu dia memilih kembali pulang berkumpul dengan suaminya di Banyuwangi dengan menyewa sebuah rumah yang berlantai dua di lingkungan Dusun Krajan, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, Banyuwangi.

Kedatangan Lusia di Banyuwangi semakin parah dengan penyakit kanker yang dideritanya begitu ganas, ditambah dengan kelumpuhan yang dideritanya. Kini Lusia hidup berdua dengan suaminya di rumah dua lantai itu, semakin hari kesehatan dirinya semakin memburuk.

Berjalannya waktu, sang suami kini mulai tidak memperhatikan, kondisi Lusia tidak terawat di lantai dua rumahnya. Sang suami jarang melihat kondisi kesehatan Lusia, bahkan sering kali meninggalkan rumah disaat Lusia terbaring lemas di kamarnya.

Beruntung didalam lingkungan rumahnya masih ada tetangganya yang mau menjenguk dan merawat Lusia, sebut saja namanya Katemi (60).

Katemi mengungkapkan, bahwa dirinya ikhlas merawat Lusia saat di rumah kontrakannya yang dia sewa. Di saat kondisi Lusia semakin parah, Katemi mempunyai solusi bahwa Lusia akan dirawatnya dan akan dipindahkan ke rumah Katemi yang tak jauh dari rumahnya itu dengan tujuan supaya lebih terawat dan bisa melihat kondisi Lusia lebih dekat.

Hal itu ditanggapi oleh suami, bahwa semua itu keputusan dari Lusia saja, akhirnya dibawalah ke rumah Katemi tetangganya yang tak jauh dari rumahnya.

Sejak Bulan Februari hingga Juli 2017 Katemi memperoleh bayaran dari suami Lusia, lalu bulan Agustus saat ini sang suami tidak memberi biaya perawatan Lusia se rupiah pun.

Sebelumnya Lusia pernah dirujuk ke RSU Syaiful Anwar – Malang selama satu bulan. Namun kali ini saat Katemi akan mengurus obat, Katemi dan suaminya mengendarai sepeda motor ke Malang, hasilnya tidak membuahkan kabar baik. Melainkan kabar buruk, yaitu kartu keanggotaan BPJS milik Lusia dicabut oleh suaminya.

Sebenarnya Lusia ingin pulang ke kampung halamanya di Blitar, namun Katemi mengetahui keadaan kampung halamanya itu sangat minim, malah tidak ada yang merawat.

Kanker payudara yang dideritanya ini sudah menyebar ke bagian tubuhnya, mengakibatkan Lusia kini lumpuh tidak bisa berjalan.

Hal yang menyedihkan lagi, sang suami Lusia yang bernama Nanang Purwanto tersebut menceraikannya secara sepihak saja. Bahkan Lusia disuruh mengambil akta cerainya sendiri ke Pengadilan Agama Banyuwangi.

Kini kondisi Lusia semakin memburuk, mendengar kabar penceraiiannya, mantan suami Lusia ini malah menikah lagi dengan seorang PNS asal Benculuk-Banyuwangi.

Spontan mendengar kabar ini, membuat Lusia tidak enak didengar malah mempengaruhi kesehatan Lusia. Beruntung kini Lusia masih dirawat oleh Katemi, selain itu juga kondisi kesehatannya dipantau terus oleh petugas Puskesmas setempat, termasuk penyediaan obat- obatan, pampers yang digunakan oleh Lusia.

Banyak pula tetangga untuk menengok sejauh mana kondisi kesehatan Lusia. (roh)