“Pemerintah Boleh Membuat Peraturan untuk Mencegah Konflik“

oleh -84 Dilihat
oleh
MNg Indra Moesaffa,S.Sos,SH,MH, Ketua Mojopahit Baru

Ketua Mojopahit Baru MNg Indra Moesaffa, S.Sos,SH,MH Prihatin

 MOJOKERTO, PETISI.COMencermati kondisi dalam negeri saat ini, dimana suhu politik sedang menghangat, sehubungan pro kontra perihal penerbitan Perppu No 2 Tahun 2017 tentang Ormas, sehingga membuat kehidupan sosial politik di masyarakat agak meradang.

Sehubungan hal itu, seorang budayawan sekaligus pelaku spiritual yakni MNg Indra Moesaffa, S.Sos,SH,MH mengaku prihatin.

Oleh karena itu, ia melakukan doa permohonan kepada Tuhan YME agar kondisi Bangsa dan Negara Indonesia tetap aman dan tentram.  Sekaligus melakukan perenungan diri di Siti Inggil petilasan Raden Wijaya berada di Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto.

Dalam ritual perenungan diri semalaman di petilasan pendiri Kerajaan Mojopahit tersebut, MNg Indra Moesaffa mendapatkan petunjuk. “Pemerintah boleh membuat peraturan  untuk mencegah konflik,” tuturnya kepada Suwoto jurnalis Petisi,  Selasa (25/7/2017).

Lelaki yang kini aktif sebagai Ketua Mojopahit Baru ini, lebih lanjut menjelaskan, yang dimaksud konflik dalam petunjuk  itu, yakni konflik  kehidupan berbangsa dan bernegara, semisal kerusuhan, pemberontakan, perang saudara atau chaoss. Untuk mencegah terjadinya hal-hal tersebut, pemerintah boleh mengantisipasi dengan membuat peraturan-peraturan.

“Seperti itu isyaroh yang saya dapat saat perenungan diri di petilasan leluhur Mojopahit,” jelas MNg Indra Moesaffa yang putra sulung almarhum Achmad Moesaffa seorang tokoh spiritual nasional di jaman Pemerintahan Orde Baru ini.

Bapak 2 anak asli kelahiran Surabaya ini mengatakan, pemerintah dalam membuat peraturan- peraturan itu harus dengan cara-cara yang bijak. Selain itu, dalam upaya pencegahan terhadap kegiatan kelompok masyarakat yang dinilai mengarah kepada konflik kerusuhan atau membahayakan bagi keutuhan NKRI, UUD’45 dan dasar negara Indonesia yakni Pancasila, pemerintah harus aktif melakukan dialog-dialog dengan para tokoh bangsa dan agama, termasuk pemimpin perkumpulan atau organisasi masyarakat yang dinilai bertindak melanggar undang undang. Peraturan yang baik itu, tidak menyengsarakan rakyat.

“Monggo kita berdoa minta kepada Allah, agar negeri kita ini selalu dijaga dan diberikan keamanan dan ketentraman.  Oleh karenanya kita juga harus berlaku baik sebagai warga negara Indonesia yang rakyatnya majemuk ini. Dalam arti kita harus mau hidup berdampingan dan saling toleransi dengan warga lain yang berbeda suku, agama dan ras,”  paparnya sembari mencontohkan dalam pemerintahan Kerajaan Mojopahit dulu masyarakatnya hidup toleransi, dimana ada Hindu, Budha dan Islam namun mampu berdampingan.

“Dalam perenungan semalam, di jaman Mojopahit tidak pernah ada perang agama,” sambungnya.

Persatuan dan kesatuan, masih kata MNg Indra Moesaffa, harus selalu dirajut sampai kapan pun, sehingga selalu tercipta kehidupan bangsa yang kondusif dalam negara Indonesia. Pengalaman pahit jaman dulu, seperti sejumlah pemberontakan-pemberontakan dan konflik politik lainnya yang menelan banyak korban jiwa sia sia. Ribuan orang tidak berdosa menjadi korban, hal itu harus dihindari jangan sampai terulang lagi. Perang saudara pasti menghancurkan semua aspek kehidupan, makanya harus dihindari.

Pria yang masih memiliki garis keturunan Leluhur Mojopahit trah Raden Fatah ini, wanti wanti terhadap politik devide at empera yang disinyalir digulirkan oleh paham kapitalis dan komunis.

“Indonesia tidak mungkin dirubah menjadi negara agama. Demikian juga negeri ini tidak bisa diubah menjadi negara atheis. Dalam sejarah, nenek moyang kita yang hidup di bumi pertiwi ini, sejak berabad abad sudah ber-Tuhan. Jadi isu yang digunakan untuk meracuni agar bangsa kita tidak ber-Tuhan, sulit terjadi. Begitu pula isu mewujudkan negara khilafah di Nusantara ini, sangat diluar logika. Kalo Indonesia negara beretika, saya setuju,” paparnya.

Sementara disinggung soal Pilpres 2019, MNg Indra Moesaffa terdiam beberapa menit sambil memejamkan mata, lantas kemudian ia kembali mengucap. Sosok pemimpin di Indonesia –baca presiden– ,kata ia tidak lepas terseleksi alam oleh leluhur Mojopahit  dan campur tangan Tuhan atau masuk skenario Tuhan (determinisme). Sangat dimungkinkan orang yang akan menduduki jabatan presiden Indonesia , pasti menerima pulung dari Yang Maha Kuasa.

“Untuk terpilih menjadi  presiden di negeri yang memiliki sekitar tujuh ribuh pulau dan ratusan suku suku dan bahasa daerah serta beberapa agama dan kepercayaan, saya yakin orang yang terpilih adalah sosok yang memiliki kaya  karakter budayanya,” ungkap MNg Indra Moesaffa sembari menambahkan, bahwa dirinya  berharap presiden RI ke depan mampu mengurangi hutang negara, minimal 1 digit saja sudah baik, kalo dalam tiga tahun memimpin  tidak mampu mengurangi hutang, sebaiknya mengundurkan diri. (wot)