Di Petilasan Prabu Airlangga, Dapat Dawuh Agar Berdoa untuk Negara

oleh -79 Dilihat
oleh
Cak Woto

Perjalanan Religi Bersama Cak Woto

 MOJOKERTO, PETISI.COHari itu, Minggu pagi 23 Juli 2017 sekitar pukul 03.00, meluncur ke Patirtan Jolotundo yang berada di lereng Gunung Penanggungan, masuk Desa Seloliman wilayah Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto.

Giat perjalanan religi ke petilasan Prabu Airlangga itu, tidak lepas dari petunjuk yang diperoleh beberapa hari sebelumnnya. Perjalanan menuju obyek wisata religi yang berjarak sekitar 45 Km dari Sidoarjo itu berjalan lancar, sampai lokasi sekitar pukul 04.00. Perjalanan religi kali ini, kami hanya berdua.

Kegiatan yang dilakukan kali pertama setiba di lokasi, melaksanakan sholat subuh. Setelah sholat wajib dua rakaat itu usai, baru melakukan persiapan untuk menunggu dawuh dari leluhur. Selama menunggu petunjuk , sambil wirid dan doa, sekitar sejam lamanya baru ada energi positif yang hadir. Bersamaan kehadiran energi positif tersebut, kami sampaikan salam.

“Saya terima salam mu, semoga mendapat ijin dan perlindungan dari Tuhan pemilik alam semesta ini,” ucap energi positif yang sudah diterjemahkan dalam bahasa dhohir (dalam tulisan ini bahasa Indonesia).

Saat itu, terjadilah dialog yang berlangsung  hampir 35 menit. Isi dialog tersebut  banyak hal, mulai dari perihal pribadi hingga masalah kondisi negara.

“Yang  paling penting, tolong kamu bantu doa agar bangsa dan negara ini tetap aman dan tentram,” pesan dalam dawuh yang dikata terpenting itu.

Disebutkan dalam petunjuk, bahwa leluhur tanah Jawa merasa risau dan khawatir terhadap  bangsa dan negara belakangan ini. Untuk itu butuh doa semua umat agar negeri yang memilki ribuan pulau dan bersuku suku ini tetap terjaga ketentraman dan keamanannya. Leluhur menyebut projo nuswantoro harus dijaga keutuhannya.

“Para putro wayah harus mampu menjaga Nusantara ini dari gangguan apapun,” tegas dalam dawuh.

Sebenarnya petunjuk yang kami dapat, dalam dialog dua alam itu, cukup banyak. Namun yang intinya saja yang kami tulis di perjalanan religi ini. Karena menyangkut hal hal yang tabu atau kode etik yang tidak boleh diketahui oleh kalayak ramai. Secara pribadi, kami sangat faham terhadap petunjuk dimaksud, sehingga wajib dilaksanakan demi keberlangsungan kehidupan yang damai.

Memang dalam dawuh pagi itu, ada sejumlah petunjuk penting yang harus dilaksanakan oleh putro wayah.

Sebelum dialog  gaib selesai, kami diminta agar setelah dari Patirtan Jolotundo untuk berkunjung ke Trowulan. Di tempat bekas Ibu Kota Kerajaan Mojopahit itu, dapat petunjuk agar sowan ke petilasan salah seorang Raja Kerajaan Mojopahit.

Perintah itu pun kami laksanakan, di petilasan yang dimaksud, kehadiran kami diterima oleh leluhur.

Di tempat peninggalan leluhur  ini, juga ada petunjuk. Secara global informasi gaib yang masuk tidak begitu jauh dengan yang didapat di Patirtan Jolotundo. Namun di Trowulan lebih spesifik perihal negara. Sekali lagi maaf, isi dawuh di Trowulan tidak bisa saya sampaikan pada tulisan ini.  Terlepas dari petunjuk yang tergali, kita sebagai bangsa Indonesia wajib berdoa untuk tanah air kita yang tercinta ini agar kondisinya terjaga kondusif.

Untuk di ketahui obyek wisata alam dan budaya  Patirtan Jolotundo boleh dikunjungi masyarakat umum dibuka 24 jam. Lokasinya di lereng Gunung Penanggungan yang berhawa dingin. Bentuk obyek berupa candi yang ada 2 kolam (biasa dibuat mandi kungkum oleh pengunjung) di sisi kanan dan kiri candi,  serta terdapat kolam ikan yang dihuni puluhan ikan ukuran kecil dan besar.

Setiap pengunjung yang masuk lokasi wisata itu dipungut biaya retribusi Rp.10.000 per orang dewasa. Untuk anak anak tiketnya Rp 7.000. Semoga Informasi yang kami tulis ini  menjadi sebagian kecil ilmu yang bermanfaat…aamiin.

Kontak person Cak Woto: WA 081336141381. (wot)