Wartawan PETISI Ramaikan Lomba Lawak Suroboyoan PWI Jatim

oleh -52 Dilihat
oleh
Nasir, wartawan petisi.co saat tampil di depan dewan juri.

SURABAYA, PETISI.CO –  Para wartawan yang  sehari-hari disibukkan dengan rutinitas memburu berita,  kali ini berbalik 180 derajat dengan apa yang dijalaninya. Yang biasanya harus lari mengejar  sumber berita, para kuli tinta ini  harus  berbuat sesuatu, dengan ucapan, supaya orang lain terbahak-bahak.

Inilah yang terjadi saat lomba Lawak Suroboyoan Ngger Jeplak, dalam rangka HPN (Hari Pers Nasional) yang diselenggarakan PWI Jawa Timur,  di Gedung PWI, Jl Taman Apsari, Sabtu (18/3/2017).

Perlombaan yang diikuti oleh puluhan wartawan senior dan yunior, di Jawa Timur, baik dari media nasional maupun lokal, berusaha menampilkan ekspresinya, supaya dewan juri yang menilainya memberi poin tinggi.

Untuk menyemarakkan aksi para peserta, ada juga diantara peserta yang mengenakan atribut lucu dan antik-antik.

Media petisi.co, yang baru lahir di tengah-tengah masyarakat ini pun juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Yang diberangkatkan untuk ikut melucu  ini adalah Nasir, yang sehari-hari banyak meliput kegiatan-kegiatan kampung di wilayah Surabaya barat.

Pria asal Pulau Garam ini, saat tampil di hadapan dewan juri, nampak tenang dan percaya diri.

Nasir mendapat nomor urut 4 sebelum tampil.

Wartawan yang dikenal dekat dengan para pejabat di kelurahan dan kecamatan di Surabaya ini, memulai lawakannya, dengan bercerita pengalaman pribadinya, saat melihat warga mengantarkan jenasah seorang warga ke TPU (Tempat Pemakaman Umum) Babat Jerawat.

“Saat dibawa ke makam khan dipikul, yang mikul di depan, warga Babat Jerawat, sedang yang mikul di belakang warga pendatang asal Madura.  Gara-gara jalannya terlalu cepat, yang di depan teriak, ‘Alon Cak’. Mendengar teriakan itu, warga yang di belakang langsung meloncat. Akibatnya, ya jenasah yang dipikul  mereka nyaris terjatuh,” ujar Nasir.

Ternyata, akibat teriakan ‘Alon Cak’ itu tadi, yang dalam Bahasa Madura mirip kata Alonca’ yang artinya meloncat, membuat warga yang mikul di belakang meloncat, sehingga tidak konsentrasi dengan keranda yang dipikulnya. “Untungnya mayitnya tidak jatuh ke tanah,” ujar Nasir dengan logat kedaerahannya yang kental.

Dihadapan dewan juri,  Nasir  mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada media petisi.co, sehingga bisa ikut berpartisipasi dalam menyemarakkan kegiatan HPN.

Diakhir banyolannya, Nasir juga melantunkan parikan, “Ayo sarapan, terus minum kopi, aku melok lawak iki mergo ulang tahun PWI.  Mari ngombe kopi mangan nogosari, ini hari ulang tahun PWI yang ke pitung puluh siji,” ujarnya mengakiri penampilannya.(*)

reporter : nasir