250 Hektar Pertanian dan Sumur Warga Cangkring Prajekan Alami Kekeringan

oleh -130 Dilihat
oleh

BONDOWOSO, PETISI.CO – Warga Desa Cankring Kecamatan Prajekan Kabupaten Bondowoso Jawa Timur mengalami masa kekeringan yang cukup parah, karena air yang disalurkan melalui Dam Ampera  kini sudah kering, sehingga sekitar 250 Hektar lahan peratanian warga tidak bisa lagi ditanami padi atau lainnya.

Selain kondisi lahan pertanian yang mengalami kekeringan,  sumur warga di 40 RT di Desa Cangkring juga kering, bahkan lebih parah lagi, sejumlah pohon seperti pohon kelapa di sekitar lahan pertanian kini merangsur-angsur mati.

Artawi, Kepala Desa Cangkring saat dikonfirmasi terkait kondisi ini mengatakan,  kini ada sekitar 450 Hektar lahan pertanian milik warga Desa Cangkring dan Desa Walidono mengalami kekeringan akibat sudah tidak ada lagi air untuk disalurkan dari Dam Ampera.

Semua itu dikarenakan Dam tersebut kini mengalami kekeringan, sehingga warga petani di desa ini sudah tidak bisa lagi bercocok tanam, meskipun sempat dipaksakan dengan cara menyedot air, namun tetap air tersebut sangat tidak cukup, hingga hal ini juga menganggu pemerintahan desa untuk pemeuhan pajak, karena mereka kini enggan membayar akibat tanah perataniannya sudah tidak lagi menghasilkan,“ terangnya.

Ketika ditanya penyebab kekeringan ini, Artawai menjelaskan, kekeringan air pertanian ini diduga kuat karena ada penambangan pasir di belakang Dam Ampera, dimana proses penambangan pasirnya menggunakan peralatan mesin sedot dan tidak secara manual.

Sementara, Ketua HIPPA Desa Cangkring, H.Syaiful ketika dimintai penjelasannya terkait kondisi kekeringan Desa Cangkring, mengatakan, “Saya hanya meminta pihak Pemerintah Propinsi Jawa Timur untuk bisa mengambil sikap agar masyarakat petani Desa Cangkring tidak menjadi korban dan saya berharap supaya tambang pasir di belakang Dam Ampera segera dihentikan, karena dampak negative kekeringan selama kurang lebih empat bulan ini cukup besar sekali, karena dengan cara penyedotan pasir di Dam Ampera, maka air yang seharusnya sampai ke lahan peratanian tidak bisa sampai, akibat airnya terserap ke dalam, silahkan melakukan usaha atau bisnis penambangan pasir, asalkan dipikir juga dampak yang akan ditimbulkan. Jadi Kepada Dinas Perijinan Kabupaten Bondowoso agar bisa mengambil sikap,“ jelasnya.

Lajut H.Syaiful, ”Coba dilihat fakta yang saya tunjukkan ini, dimana akibat kekeringan parah selama 4 bulan ini semua pohon kelapa kini sudah banyak yang mati, karena tanahnya kini tidak memiliki kandungan air yang cukup, bahkan kini petani terpaksa menyewa mesin sedot air untuk mengairi lahannya dengan jumlah biaya hingga jutaan rupiah, belum lagi biaya untuk pupuk, pekerja dan lain sebagainya,“ imbuhnya sambil menujjukkan sejumlah lahan kering dan pohon kelapa yang mati.

Sanapun, warga Desa Walidono Kecamatan Prajekan selaku Ketua LMDH sekaligus tokoh masyarakat setempat di rumahnya menegaskan,  ”Saya memang tidak setuju adanya penambangan pasir di belakang Dam Ampera, dimana kini dapat dilihat jika meskipun tidak parah, namun hasil yang diperoleh dari hasil pertanian yang semula sekitar 60% kini hanya 25% hasil yang bisa dinikmati, meskipun Desa Walidono mendapat bantuan air bor, namun tetap tetap jauh dari cukup,“ terangnya.(cip)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.