5000 Warga Malang Selatan, Sholawatan untuk Keutuhan NKRI

oleh -45 Dilihat
oleh
Sholawatan untuk Keutuhan NKRI

Digagas Oleh Gabungan Remaja Islam (Garis)

MALANG, PETISI.CO Sedikitnya 5.000 orang yang terdiri atas santri dan warga masyarakat wilayah Kabupaten Malang Selatan berkumpul di Pondok Pesantren Miftahul Hikmah, Desa Sidomulyo, Kecamatan Sumber Manjing Wetan, Kab. Malang, Sabtu malam (5/8/2017).

Warga dan santri itu berkumpul guna bersholawat serta melakukan doa bersama untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selain itu, santri dan warga itu berasal dari sejumlah kecamatan di wilayah Selatan Kabupaten Malang itu juga melakukan doa syukur atas keberadaan Republik Indonesia yang akan memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-72.

Warga dan santri itu berasal dari Kecamatan Sumber Manjing Wetan, Kec.Dampit, Kec. Turen, Kec. Gedangan, Kec Ampelgading dan Kec. Tirtoyudo.

Acara doa dan sholawat yang dibalut dengan alunan musik hadrah itu digagas oleh Gabungan Remaja Islam (Garis). Ketua Garis, Gus M. Kholil Nawawi menyatakan, kegiatan ini sebenarnya rutin digelar, namun pada kesempatan kali ini menjadi agak berbeda.

“Sholawatan ini digelar untuk meneguhkan rasa cinta tanah air dalam rangka menjaga keutuhan NKRI. Dan menjadi spesial karena digelar pada Agustus dimana merupakan bulan bersejarah bagi bangsa Indonesia yaitu Peringatan HUT RI ke-72,” kata Gus Kholil didampingi Wakil Ketua Garis Gus Faisal Adi Firmansyah dilokasi acara pada Sabtu malam (5/8/2017).

500 Warga Malang Selatan, Sholawatan untuk Keutuhan NKRI

Lebih jauh Gus Kholil menyatakan, bahwa acara ini sebagai wujud cinta tanah air. “Jadi sholawatan dan doa bersama ini juga sebagai rasa syukur atas HUT RI dan keutuhan NKRI,” kata Gus Kholil.

Gus Faisal Adi atau yang  biasa dipanggil Gus Ical menegaskan, organisasi Garis ini berdiri sejak 10 tahun yang lalu, tepatnya 22 Oktober 2008.

Gus Ical menambahkan Garis dibentuk pada awalnya untuk mengharmonisasi pemuda dan remaja di wilayah Sumber Manjing Wetan dan sekitarnya yang pada saat itu sangat sering terlibat perkelahian dan tawuran.

“Dulu terkenal istilah ‘Senggol Bacok’, alhamdulillah setelah adanya Garis yang digagas oleh Pengasuh Ponpes Miftahul Hikmah ini, perlahan tawuran bisa dikendalikan dan diarahkan menjadi kegiatan yang positif,” kata Gus Ical.

Pada kesempatan sama Gus Kholil menerangkan sejumlah kegiatan itu antara lain, bakti sosial, bedah rumah serta kegiatan keagamaan lainnya.

“Pada prinsipnya Garis akan berada pada posisi terdepan dan menjadi motor gerakan masyarakat untuk menegakkan nilai-nilai keislaman yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW yang diteruskan oleh para sahabat, para tabiin, dan imam 4 mashab serta dilanjutkan Wali Songo di bumi Nusantara,” Gus Kholil yg juga alumni Ponpes Sidogiri Pasuruan tersebut.

Pengasuh Ponpes Miftahul Hikmah, KH Nawawi Isna menyatakan, pihaknya cukup bangga dengan keberadaan Garis yang mampu menjadi wadah positif warga khususnya kaum muda dan tetap teguh dalam menjalankan aktivitas keagamaan dalam kontek NKRI.

“Pendekatan kegiatan yang bernuansa menjaga tradisi keagamaan ini ternyata cukup ampuh meredam tawuran. Semoga kegiatan Sholawatan dan tradisi agama lainnya tersebut bisa tetap istiqomah sehingga diharapkan sangat ampuh pula dalam meredam problem kekinian yaitu menyebarnya faham radikalisme yang diketahui sangat mengancam masa depan keutuhan NKRI di masa depan,” kata Gus Nawawi yang juga merupakan alumni Ponpes Sidogiri itu.

Sejumlah ulama dan habaib serta tokoh masyarakat diketahui juga hadir dalam acara Sholawatan dengan tema Menggali Nilai-Nilai Islam yang berbudaya Indonesia itu.

Beberapa ulama yang hadir antara lain KH Saifuddin, mantan Ketua Alumni Ponpes Sidogiri untuk wilayah Malang Raya, Habib Shodiq, Habib Ali, Kyai Mahmudi serta Tokoh masyarakat Malang Sucipto.

Acara yang diselingi oleh musik hadrah itu semakin memikat ketika grup musik islami yang dimainkan para anggota Garis tersebut, selain melantunkan pujian-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW, juga secara bersemangat mengumandangkan sejumlah lagu perjuangan, diantaranya Garuda Pancasila dan Hari Merdeka.

Acara yang dimulai ba’da sholat isya’ itu berlangsung hingga malam dan berakhir menjelang dini hari.(yrs)