Berkah Ramadan, Produsen Dumbek Tuban Kebanjiran Orderan

oleh -678 Dilihat
oleh
Produsen dumbek saat meniriskan dumbek yang sudah matang

TUBAN, PETISI.COMenu buka puasa tak lengkap rasanya tanpa ada menu tambahan, sebagai pembuka berbuka puasa. Setiap daerah memiliki jajanan khas, yang biasanya dihidangkan untuk menu buka puasa di bulan suci ramadan, sebagai menu pembuka berbuka puasa dan oleh-oleh untuk sanak saudara.

Begitu pula masyarakat di Desa Kesamben, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, memiliki jajanan tradisonal yang selalu dihidangkan di meja makan untuk menu berbuka dan sebagai oleh-oleh jajanan khas Tuban, Selasa (26/3/2024).

Dumbek adalah jajanan tradisional berbentuk mirip terompet kecil, yang terbuat dari gulungan daun siwalan. Sementara bagian dalamnya yang dimakan merupakan campuran adonan tepung beras, santan kelapa dan gula merah. Beberapa penjual terkadang juga mencampurkann susu, agar terasa lebih gurih.

Memasuki bulan suci ramadan seperti ini, keberadaan dumbek sangat dicari. Dumbek kerap dijadikan menu takjil yang harus selalu ada di meja makan, sebagai menu pembuka berbuka puasa.

Jumlah produsen dumbek di Kabupaten Tuban  tidak banyak. Produsen yang berada di Kecamatan Plumpang ini mereka masih mempertahankan resep turun temurun dan cara tradisional untuk memasak dumbek.

Mbak Ifa ini misalnya, mendapatkan berkah ramadan hampir setiap hari ada pesanan masuk untuk ratusan dumbek siap makan. Biasanya saat akhir ramadan atau menjelang hari raya idul fitri tak hanya warga sekitar, melainkan pesanan juga banyak datang dari luar Jawa.

“Sejak tahun 90 an, ini resep turun temurun. Ketika menjelang hari raya lebaran buat mudik, suguhan lebaran dan oleh-oleh,” ucap Ifa.

Bahkan pesanan juga kerap datang dari warga yang bekerja di luar Jawa untuk oleh-oleh, hampir 2000 dumbek jika musim mudik sudah tiba.

“Kemarin sudah ada yang preorder untuk lebaran dan oleh-oleh. Per hari baru 300 dumbek insya Allah ke depannya bisa hingga 1500 sampai 2000 per harinya,” pungkasnya.

Dumbek dijual cukup murah antara RP 1.500 sampai RP 5.000, tergantung campuran adonan yang diminta. Meski tanpa bahan pengawet, dumbek mampu bertahan sampai tiga hari. Namun jika disimpan dalam lemari pendingin, jajanan basah ini mampu bertahan hingga satu minggu.

Salah satu penikmati dumbek, Jumali menerangkan dirinya sering kali memesan makanan dumbek ini untuk oleh-oleh keluarga jauh dan suguhan hari saya lebaran nanti.

“Pesan dumbek 50 pcs untuk oleh-oleh saudara di Ponorogo, sudah sering kalau ada saudara dari Ponorogo pasti pesan. Rasanya manis, gurih. Biasanya juga untuk suguhan tamu saat lebaran,” ujar pembeli dumbek, Jumali. (ric)

No More Posts Available.

No more pages to load.