Dagang Nasi Bungkus di Penyeberangan Selat Bali, Pak No Sukses Sekolahkan Anaknya

oleh -85 Dilihat
oleh
Dagang Nasi Bungkus di Penyeberangan Selat Bali, Pak No Sukses Sekolahkan Anaknya

BANYUWANGI, PETISI.CO – Setiap hari, menjelang malam Simparno (66), yang kerap disipa Pak No, warga Dusun Ketapang, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi dengan sepeda ontelnya menjajakan dagangannya berupa nasi bungkus.

Ia menjajakan nasi bungkus berada di pintu masuk Pelabuhan ASDP Ketapang, Simparno hidup bersama seorang istri di rumah sederhan yang berada di sisi utara Pelabuhan ASDP Ketapang.

Simparno mulai berjualan nasi bungkus sejak tahun 1986, dengan dibantu istrinya Tusi’ah (62). Setiap hari Simparno membuat nasi bungkus sebanyak 250 bungkus. Perbungkus nasi tersebut dihargai dengan harga Rp. 6.000 saja, adapun lauknya yang disajikan beraneka macam ada nasi dengan lauk ayam, daging, ati, rempelo, dan ikan laut.

Simparno biasanya membuka dagangan sejak pukul 17.30 WIB hingga larut malam untuk menghabiskan sebanyak 250 bungkus nasi, namun pada bulan puasa ini ada berkah tersendiri bagi penjual nasi bungkus ini jika pukul 17.30 mulai membuka dagangannya pukul 21.00 pun habis terjual.

Adapun yang membelinya dari kalangan karyawan karyawan ASDP dan ada pula pengendara motor lainnya yang ingin berbuka puasa bersama nasi bungkus, ada pula langganannya yang berasal dari wilayah lain, ada yang dari Genteng, Rogojampi, Wongsorejo, Ujar Simparno.

Menurut Gufron (23) pelanggan yang setia dengan nasi bungkus mengatakan, “Saya jauh jauh dari Rogojampi hanya ingin berbuka puasa sembari menunggu adzan magrib (ngabuburit), berbuka puasa menu nasi bungkus milik pak Simparno saya niati jauh jauh hari sebelumnya, karena nasi bungkusnya memang berbeda dan mempunyai ciri khas tersendiri, nasinya sangatlah enak, selain enak juga pula murah meriah hanya Rp. 6.000 rupiah saya,” ujarnya.

Dari usaha nasi bungkus tersebut, Simparno telah menyekolahkan kedua anaknya hingga sukses, dan sekarang kedua anaknya sudah menikah dan ikut suaminya, dan sekarang Simparno dengan Tusi’ah hidup berdua berjualan nasi bungkus.(roh)