Deklarasi IKAJI, Prof Dadang: Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar

oleh -547 Dilihat
oleh
Deklarasi organisasi Ikatan Jurnalis Indonesia (IKAJI) di Jakarta.(ist)

JAKARTA, PETISI.CO – Sejumlah tokoh nasional menghadiri deklarasi pembentukan Ikatan Jurnalis Indonesia (IKAJI) di gedung Radio Republik Indonesia (RRI), Jakarta, Rabu (13/12/2023). Di antara tokoh yang hadir, ada  Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dadang Kahmad, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah Prof Muchlas MT, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Ubaidillah, Ketua Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI) Piyu “Padi”, serta Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Teguh Santosa.

Ketua Umum IKAJI Rommy Fibri Hardiyanto menyampaikan, IKAJI sebagai sebuah organisasi kewartawanan bersifat inklusif. IKAJI hadir dengan membawa harapan dan warna baru untuk kemajuan jurnalisme di Tanah Air.

Untuk itulah, Rommy mengingatkan pentingnya kehadiran jurnalisme yang menyuguhkan fakta terverifikasi dan berimbang di tengah pesatnya perkembangan dunia digital kini.

Dikatakan Rommy, jurnalisme bagaikan lentera yang menuntun umat manusia untuk menemukan kebenaran.

“Belajar dari Bapak Pers (di Muhammadiyah), Fachrodin, bahwa jurnalisme bukan hanya persoalan teknis, bukan siapa menulis apa, tetapi visi apa yang diperjuangkan, perubahan apa yang dicita-citakan, dan melalui kerja apa semuanya akan dicapai,”  ujar Rommy Fibri saat membacakan “Manifesto IKAJI” di gedung RRI, Jakarta, disadur dari laman republika.co.id, Rabu (13/12/2023).

Menurutnya, Ikatan Jurnalis Indonesia lahir untuk memperjuangkan cita-cita Fachrodin, sosok jurnalis yang teguh memegang jiwa nasionalisme, menentang kolonialisme, memerangi kebodohan, dan membangun narasi pengetahuan yang sangat mencerahkan.

Sementaram Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dadang Kahmad  sangat mengapresiasi lahirnya IKAJI.

Menurutnya, bahwa Muhammadiyah, seperti halnya Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis), dan gerakan-gerakan Islam lainnya, melakukan dakwah amar makruf nahi munkar.

Untuk menggerakkan dakwah demikian, sejak awal Muhammadiyah menggunakan jurnalisme.

“KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) menerbitkan buletin dan majalah berbahasa Jawa. Kemudian, pada 1915 H Fachrodin mendirikan Suara Muhammadiyah (SM) yang diakui sebagai media paling tua dan masih terbit hingga saat ini di Indonesia,” ujar Dadang Kahmad.

Dikatakannya,  ada berbagai peran yang bisa dilakukan organisasi kewartawanan ini. Di antaranya ialah pendidik (muaddib) dan pemersatu (muwahhid). IKAJI diharapkan dapat mendidik masyarakat untuk cerdas dalam menerima dan menyebarkan informasi.

“Berhati-hatilah dengan medsos (media sosial), dengan informasi yang masuk. IKAJI harus berperan sebagai educator,” katanya.

Dikatakan Prof Dadang, IKAJI bukan hanya untuk Persyarikatan Muhammadiyah, tetapi terbuka untuk semua kalangan yang peduli pada dunia kewartawanan di Indonesia.

“IKAJI tidak hanya (berisi) jurnalis Muhammadiyah, tetapi semua jurnalis yang mempunyai pikiran seperti jurnalis Muhammadiyah, yakni dalam menyebarkan amar ma’ruf nahi munkar,” ucapnya.(kip)

No More Posts Available.

No more pages to load.