Di Masa Transisi, PKS Jatim Minta Pemerintah Tingkatkan Penanganan Covid-19

oleh -85 Dilihat
oleh
Kang Irwan Setiawan (berkopyah) saat berdiskusi bersama para tenaga kesehatan beberapa waktu lalu.

SURABAYA, PETISI.CO – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim dan Pemerintah Kabupaten/Kota diminta untuk meningkatkan upaya penanganan dan dampak virus Corona (Covid-19) di masa transisi. Pasalnya, jumlah positif Covid-19 hampir di semua kabupaten/kota, utamanya wilayah Surabaya Raya hingga saat ini masih terus bertambah.

Permintaan tersebut, disampaikan  Ketua Umum Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Timur (Jatim), Irwan Setiawan usai Rapat daring bersama pengurus DPW, Kamis (18/6/2020).

“Kami prihatin atas terus meningkatnya kurva pandemi Covid-19 di Jatim hingga mencapai yang tertinggi di Indonesia,” tambah Kang Irwan, panggilan akrabnya.

Kondisi ini, menurutnya, menjadi peringatan keras bagi kita semua. Pemprov harus mengerahkan segala daya upaya untuk memimpin semua stakeholder dan masyarakat agar di masa transisi ini bisa terjadi kelandaian kurva pandemi.

Setidaknya, dua kunci utama agar terjadi kelandaian kurva. Pertama, disiplin dalam pemberlakuan protokol kesehatan. Di masa transisi ini harus lebih ketat.

Lakukan komunikasi dan sanksi yang jelas. Semua orang wajib memakai masker. Yang tidak memakai langsung diberikan sanksi. Agar ada efek jera.

“Ini untuk melindungi masyarakat. Semua pelaku ekonomi juga harus diberikan sanksi jika tidak melaksanakan protokol. Anda boleh buka usaha, tapi jika tidak patuh, ditutup lagi. Sesederhana itu. Toh tidak berat juga melaksanakan protokol kesehatan ini. Hanya butuh kedisiplinan. Di sinilah sesungguhnya esensi new normal itu,” jelasnya.

Kunci kedua, lanjutnya, adalah kesiapan fasilitas kesehatan dalam menerima pasien Covid-19. Baik PDP maupun pasien terkonfirmasi. Sekarang hampir semua Rumah Sakit di Surabaya punya pasien Covid-19 atau PDP.

Bagaimana dukungan kepada mereka. APD, biaya operasional, koordinasi harian, harus disupport pemprov dan setiap hari dipantau.

“Jangan sampai kekurangan logistik. Dan jangan sampai kebutuhan tenaga kesehatan tidak terpenuhi lalu mengakibatkan gugurnya mereka,” tegasnya.

Pihaknya menyayangkan banyaknya warga terpapar Covid-19 yang masuk RS dalam kondisi sudah parah.

“Karena katanya RS penuh. Sehingga mereka isolasi di rumah. Padahal kalau sudah parah baru masuk RS, maka kemungkinan sembuhnya malah lebih kecil,” tuturnya.

Jika dua kunci ini dilaksanakan, Kang Irwan yakin situasi pandemi akan lebih teratasi. Masa transisi ini tujuannya untuk menurunkan pertambahan angka terpapar, dan naiknya kesembuhan pasien.

“Kalau dua hal ini tercapai, maka pandemi sudah lebih terkendali. Barulah setelah itu kita bisa masuk masa normal baru,” ungkap mantan Ketua Fraksi PKS DPRD Jatim ini.

Kang Irwan berharap pemprov tidak begitu saja menyerahkan pengendalian pandemi kepada pemkab dan pemkot. Terutama di Surabaya Raya yang angka positif Covid-19 memberikan kontribusi 70% lebih.

“Pandemi covid-19 ini kan bencana nasional. Aturannya mengikuti pusat. Dan pemprov adalah perpanjangan tangan pemerintah pusat. Maka harus intervensi. Sebab banyak hal yang tidak dimiliki kewenangannya oleh pemerintah kabupaten/kota,” katanya.

Dia memberi contoh soal transportasi bandara, pelabuhan, kereta api. “Siapa yang berwenang? Juga soal industri dan tenaga kerja. Siapa yang berwenang. Pemprov sebagai wakil pemerintah pusat. Maka intervensinya harus nyata di lapangan,” ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut Irwan juga mengajak seluruh pengurus, kader, dan masyarakat untuk bahu membahu dengan menjaga diri, keluarga, dan lingkungan sekitar agar taat pada seluruh protokol Covid-19.

“Dengan demikian kita sudah sangat membantu upaya pengurangan pandemi,” ujarnya.

Mengenai situasi masyarakat Jatim, Kang Irwan menilai bahwa warga sebetulnya patuh dan bisa diarahkan. Tinggal bagaimana pemprov dan pemkab/pemkot memberikan edukasi yang disertai support langsung. Lalu ada penegakan sanksi yang adil.

“Soal pemakaian masker misalnya. Bagikan maskernya. Suruh pakai jika keluar rumah. Dan ada sanksi yang mendidik jika tidak digunakan. Itu kan sederhana. Namun butuh teladan dan konsistensi,” katanya.

Masyarakat, tambahnya, jangan dihadapkan pada simalakama. Mau mati karena wabah atau mati karena tidak bisa makan. Tugas pemerintah menjaga agar warga terhindar dari keduanya. Karena itu mesti dibimbing. Jangan dilepaskan.

“Bansos diteruskan sambil perlahan-lahan roda ekonomi digeliatkan kembali. Tetapi protokol kesehatan secara disiplin diterapkan. Kalau ini berhasil, baru kita bisa masuk masa normal baru,” tuturnya. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.