Diskusi Pemuda Lintas Agama Bicara NU, Pemuka Agama: NU Selalu Berbela Rasa

oleh -170 Dilihat
oleh
Seno Bagaskoro (kiri) menyerahkan piagam kepada Suko Widodo yang ulang tahun hari ini

SURABAYA, PETISI.CO – Menyambut 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU), Komunitas NAGARA menyelenggarakan Diskusi Pemuda Lintas Agama Bicara NU di Hotel Mercure, Surabaya, Sabtu (4/2/2023).

Diskusi yang dimoderatori akademisi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Suko Widodo ini dihadiri oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).dan Sekjen PBNU Syaifullah Yusuf (Gus Ipul), serta menghadirkan nara sumber dari berbagai pemuka agama.

Gus Yahya dan Gus Ipul foto bareng peserta diskusi

“Para narsum dan undangan yang hadir berasal dari berbagai agama, ada yang dari kepercayaan Hindu dan Budha, Kristen, Katholik, Konghucu,” kata ketua panitia pelaksana Aryo Seno Bagaskoro kepada wartawan usai diskusi.

Mereka antara lain Pdt. Martin Kristanto Nugroho, Romo Aloysius Widyawan, I Gede Sandy Satriya, Sunarto, dan Wang Ju Guo. Di acara itu, mereka mengeksplorasi pengalaman masing-masing narasumber selama berinteraksi dengan NU.

“NU melalui Gus Dur membantu kami warga Kong Hu Chu mendapatkan pengakuan legal dari negara untuk ajaran agama kami,” kata pegiat muda Kong Hu Chu Wang Ji Guo.

Dalam forum diskusi itu, mereka juga bercerita pengalamannya hidup bermasyarakat dan mengenal NU di Indonesia. Misalnya, ketika ada ledakan bom Gereja di Surabaya, NU tampil dan hadir menjadi garda depan untuk berbela rasa.

“Dalam setiap lapisan kegiatan dan ruang hidup agama Katolik di Indonesia, ada kehadiran kawan-kawan NU yang berbela rasa dengan kami. Dalam sukacita beribadah dengan perasaan merdeka, hingga di saat-saat sulit dan menguji kekuatan gotong royong,” Imbuh Romo Aloysius Widyawan, pemuka agama Katolik.

Secara pribadi, Seno sendiri melihat NU mempunyai satu nilai yang kemudian layak menjadi teladan bagi semua. Yaitu, nilai penghargaan atas kehidupan. Seperti, merawat bumi dan membangun peradaban.

“Itu tidak hanya persoalan toleransi beragama. Tapi, NU mengedepankan bagaimana dalam kehidupan sehari-hari orang berinteraksi satu sama lain, orang menanam pohon, orang menjaga kebersihan, itu juga adalah bagian dari keimanan dan nilai-nilai Islam yang rahmatan lilalamin yang bisa diterapkan oleh siapa saja dengan latar belakang mana saja,” jelasnya.

Karena itu, pihaknya menggelar diskusi ini dengan tujuan pemuda dan tokoh-tokoh lintas agama di Jawa Timur ingin mengapresiasi NU selama satu abad hadir menemani dan membersamai republik ini.

NU senantiasa menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lilalamin yang sejuk, toleran, mengedepankan dialog dan toleransi beragama dan penghargaan atas nilai-nilai kehidupan. Hal ini menjadi teladan bagi semua orang.

“Kami ingin mendoakan NU sebagai organisasi pengayom dan pendamping bagi bangsa ini yang semakin lama semakin dewasa,” tuturnya.

Ketua Umum PBNU Gus Yahya dalam sambutannya mengungkapkan perjalanan panjang sejarah kontribusi NU hingga hari ini. Harmoni toleransi yang hari ini kita rasakan di Indonesia tidak boleh dianggap taken for granted, dirasakan secara cuma-cuma.

“Tetapi harus disadari sebagai bagian dari perjalanan panjang sejarah bangsa-bangsa mencari format hidup bersama. Oleh karena itu, anak-anak muda harus memahami sejarah itu menjadi satu rangkaian utuh, memelihara situasi damai dan harmoni ini dengan kesadaran penuh,” jelasnya.

Acara yang dihadiri berbagai tokoh tersebut menampilkan Tim Paduan Suara untuk menyanyikan Lagu Ya Lal Wathon, Stand Up Comedy dari pelawak Djadi Galajapo, dan menghadirkan para pemuka lintas agama untuk melakukan doa bersama.

Acara ditutup dengan pemberian cinderamata penghargaan dari ketua panitia acara Aryo Seno Bagaskoro untuk Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dan Sekjen PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul). (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.