SURABAYA, PETISI.CO – Guna cegah munculnya daging kurban tak layak konsumsi, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya berencana melakukan pemeriksaan kesehatan pada hewan kurban yang ada di lokasi penjualan hingga tempat pemotongan.
Kepala DKPP Surabaya Yuniarto Herlambang menjelaskan, pemeriksaan yang dilakukan bukan semata pada kondisi kesehatan hewan kurban saja, tetapi juga asal hewan dan pedagangnya.
“Jadi kita ada tim pemeriksaan hewan ternak sebelum disembelih maupun sesudah disembelih, tim ini yang akan menyebar memeriksa hewan-hewan ke seluruh Surabaya,” kata Herlambang, Minggu (12/7/2020).
Rencananya pemeriksaan di lokasi penjualan hewan kurban akan dilakukan oleh tim DKPP Surabaya mulai tanggal 13 – 30 Juli 2020.
Masing-masing tim yang diterjunkan itu akan diisi oleh 60 orang personil dan dengan menerepakan protokol kesehatan. Nantinya, mereka akan disebar ke wilayah Surabaya Pusat, Selatan, Utara, Barat, dan Timur.
“Pengawasan dari tim kita tentunya dengan protokol (kesehatan), kita sampaikan ke teman-teman juga agar hati-hati,” jelasnya.
Sedangkan untuk pemeriksaan hewan kurban di tempat pemotongan, seperti rumah ibadah akan dilakukan mulai tanggal 31 Juli – 2 Agustus 2020.
“Kita ingin masyarakat mau membeli hewan itu tahu bahwa hewan ini sehat maupun tidak sehat. Nah, yang sehat-sehat itu nanti yang akan kita beri tanda sticker-sticker,” ungkap Herlambang.
Sementara itu, Kasi Kesehatan Hewan dan Kesmavet (Kesehatan Masyarakat dan Veteriner) DKPP Kota Surabaya Novia Andriani menyampaikan, pada musim-musim seperti saat ini hewan sangat rentan sekali terpapar oleh penyakit. Oleh karena itu, pihaknya akan melakukan screening pada bagian organ dalam hewan, seperti hati dan paru-paru.
“Kenapa kok kita lebih memilih melihat organnya, karena kita khawatirkan pada saat Idul Qurban orang-orang memasak tidak penuh, misal seperti sate hati dimasak setengah matang. Kalau termakan oleh kita bisa menyebabkan diare akut, demikian juga dengan paru-paru. Itu yang lebih kita tekankan,” kata Novia.
Novia menegaskan, hewan ternak yang berasal dari Jawa Timur dipastikan terbebas dari Virus Antraks.
Lanjutnya, kondisi kesehatan hewan kurban sendiri bisa dilihat dari segi fisiknya, seperti tidak cacat, tidak ada luka, tidak terserang diare, kondisi kaki tidak pincang, mata pada hewan terlihat bersinar bukan berair, dan cuping hidung lembab.
“Kalau (cuping hidung) kering itu bisa juga bukan karena sakit, mungkin baru didatangkan jadi dehidrasi. Tapi kalau hewan yang sakit itu sudah kelihatan, bulunya kusam tidak klimis. Kalau hewan sehat itu klimis bulunya mengkilat,” pungkasnya.(nan)