Formatani : Jarang Anak Muda Mau Berprofesi Tani

oleh -85 Dilihat
oleh
Kemah Tani yang diselenggarakan Universitas Negeri Jember (Unej) di Aula Balai Latihan Kerja (BLK) Bondowoso

BONDOWOSO, PETISI.CO – Forum Komunikasi Mahasiswa Agroteknologi dan Agroekoteknologi Indonesia (Formatani) menilai, bahwa saat ini sudah sangat jarang anak muda yang mau berprofesi sebagai petani.

Hal ini, dikatakan oleh  Muhammad Sholehuddin, Sekertaris Jenderal Formatani Nasional, di tengah-tengah acara Kemah Tani yang diselenggarakan Universitas Negeri Jember (Unej) di Aula Balai Latihan Kerja (BLK) Bondowoso, Kamis (15/11/2018).

Menurut dia,  sebenarnya permasalahan utamanya adalah gengsi. Karena pertanian secara kasat mata dinilai bukan bidang yang seksi.

“Mengingat, berurusan dengan tanah, penyakit tanaman, serangga dan lain-lain. Sedangkan saat ini yang digembar-gemborkan adalah teknologi, modernisasi. Sehingga, banyak pemuda yang lebih memilih ke teknik,” ujarnya.

Padahal, lanjut dia,  sebenarnya, di sisi lain, sebagus apapun teknologi kita, kalau tidak makan, tak kan hidup. “Bung Karno pun bicara bahwa masalah pangan adalah masalah hidup dan mati suatu bangsa,” katanya.

Pemuda dari mahasiswa Unej itu, juga  menyebutkan, bahwa dengan fakta pangan itu tetap penting, maka Formatani merangkul 140 orang mahasiswa pertanian dari berbagai wilayah nusantara mengikuti Kemah Tani ini.

Mereka berasal dari 46 universitas. Diantaranya,  Universitas Mahlikussaleh, Aceh,  Universitas Kapuas Sintang, Kalimantan. Universitas Tanjungpura Pontianak. Universitas Udayana, Bali. Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat.  Unej, Unmuh Jember juga, dan universitas lainnya.

“Kita ingin merangkul mereka yang satu pemikiran dengan kita. Ujungnya, Memberikan kontribusi secara nyata kepada petani di Seluruh Indonesia,” sebutnya.

Selain itu, ia mengatakan,  mulai 13 – 18 November 2018, para mahasiswa tani itu diajari tentang personal dan organisasi branding, dan program-program yang bisa dilakukan mahasiswa untuk memajukan pertanian di Indonesia.

Kemudian, rencananya pada Sabtu 17 November ini,  ratusan mahasiswa itu akan belajar tentang pengelolaan kopi di Kebun Kalisat, Jampit, Kecamatan Ijen. Mulai dari proses tanam hingga kopi siap minum.

“Setelah mengikuti kemah tani ini, setiap mahasiswa diharapkan juga bisa membina desa di universitas masing-masing,” katanya.

Ditanya mengapa memilih Bondowoao sebagai lokasi Kemah Tani, Pemuda dari mahasiswa Unej itu menjawab, bahwa sebenarnya  permasalahan pertanian yang seksi adalah kopi. Bagaimana budidayanya, ciri khas kopi di daerah masing-masing, bagaimana proses meracik kopi. Kebetulan di Bondowoso program utama dari pemda adalah Bondowosi Republik Kopi (BRK).

“Karena pas sama-sama kopi, jadi sekaligus kita pengkaderan dan belajar kopi,” pungkasnya.(suniman)

No More Posts Available.

No more pages to load.