LAMONGAN, PETISI.CO – Gerakan Millenial Lamongan (Gemilang) mengadakan diskusi publik dengan tema Millenial Menjadi Pemimpin, dengan pemantik Muhammad Nursalim (Aktivis), Supriyo (Sejarahwan), Miftahul Rokhim (Pemerhati Sosial), Alfan Alfian (KNPI), M. Anang Nafi’uzzaki (Pemuda Muhammadiyah), Muhammad Masyhur (Ansor), Sabtu (21/19/2019).
Diskusi yang dihadiri kurang lebih 100 undangan ini berlangsung cukup gayeng. Mulai dari mahasiswa, aktivis, perwakilan pelajar dan perempuan serta berbagai tokoh masyarakat.
Sebagai pemantik diskusi Nursalim mengatakan, Tan Malaka diusia 16 tahun sudah berani didepan sebagai pimpinan Pasukan Gerilya Pembela Proklamasi.
Disambung pemantik Priyo menuturkan, Gajah Mada menjadi Mahapatih (Menteri Besar) pada masa Ratu Tribhuwanatunggadewi, dan kemudian sebagai Amangkubhumi (Perdana Menteri) yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya juga diusia relatif muda.
“Dan bahkan zaman kerajaan pun diusia 40 raja raja sudah lengser keprabon, saatnya madep ing pandhito dan menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada yang muda,” beber Yoks Kalacharaka sapaan akrabnya.
Miftakhul Rokhim atau yang akrab dipanggil Wak Bono menuturkan, semua warga Lamongan dan merasakan langsung paska reformasi pernah dipimpin 2 kepala daerah dengan umur berbeda dibawah 40 dan diatas 40, kira-kira lebih dirasakan yang mana, baik dari sektor pembangunan, ekonomi, pendidikan dan keterbukaan?
Berbeda halnya penyampaian pemantik dari pimpinan kepemudaan di Lamongan, Afan mewakili KNPI mengatakan, mari kita songsong diera zaman millennial ini, kita menatap kedepan akan ada perubahan perubahan zaman.
“Ini kan juga cepat teknologi informasi dan sebagainya, itulah yang akan menjadi fokus kami sebagai pemuda, sehingga mempunyai peran aktif di tengah masyarakat. Seperti halnya di era industri 4.0, staf khusus presiden sudah dari generasi millennial. Saya harapkan pemuda di Lamongan sangat erat kaitannya dengan Revolusi Industri 4.0, atau revolusi yang menitikberatkan pada pola digitalisasi,” urainya lebih detail.
Anang Nafi’uzzaki atau yang akrab dipanggil Zaky sebagai Ketua Pemuda Muhammadiyah Lamongan memberikan penuturan, “Ini adalah PR bagi saya, karena usia saya termuda, yaitu 30 tahun.”
Dan yang paling penting penekanannya yaitu, ketika yang muda harus menghormati yang lebih tua, demikian juga sebaliknya. “Maka beri kesempatan dan peluang yang muda untuk menjadi pemimpin di Lamongan. Yang tua sadar dan tau dirilah,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Ansor Lamongan, Muhammad Masyhur membuka pemantik dengan argumen, seharusnya patung Kadet Suwoko itu harus dibongkar, karena tidak sesuai dengan perjuangan masanya waktu itu usia 21 tahun dipatung nampak usia 45 an.
“Ini yang membuat pemuda sulit, bahkan gak bisa untuk menjadi pemimpin di Lamongan. Ini harus diperhatikan betul oleh pemerintah,” ujarnya berapi-api.
Peserta diskusi sendiri juga ada yang menjelaskan, pemimpin Lamongan kedepan harus sesuai Moto Gemilang (Gerakan Millenial Lamongan), yaitu berani, integritas dan berprestasi.
Jangan sampai ada dosa lama atau beban perkara yang ditanggung oleh orang tua atau pewarisnya dalam memimpin nanti. Ini juga dapat perhatian serius dari peserta diskusi.
Penanggung jawab acara Diskusi Publik Nihrul Bahi Alhaidar dalam sambutan sebelumnya mengatakan, pemuda di beberapa kabupaten/kota sudah mampu menunjukkan jati diri dan eksistensinya sebagai Kepala Daerah dan juga dibuktikannya dengan capaian prestasi serta kemajuan daerahnya. Karena masih punya energi untuk berpikir, berinovasi, dan mampu terjun di lapangan.
“Bukan berarti tidak percaya dengan yang tua, tapi ketika ada yang muda memiliki kriteria untuk memimpin suatu daerah, why not? Ini yang harus dicermati, jangan sampai disepelekan dengan kepimimpinan muda dalam memimpin daerah,” jelasnya penuh semangat.
Menurutnya, tujuan acara Diskusi Publik dengan tema Millenial Menjadi Pemimpin melalui Gerakan Millenial Lamongan (Gemilang) ini untuk memacu semangat pemuda yang mungkin selama ini ghirrahnya dalam berpolitik dan peka terhadap daerah sangat kurang.
“Sehingga ke depan pemuda harus mendapatkan tempat khusus dan diberi kesempatan dalam memberikan kontribusi untuk daerah,” tutup pria yang punya gaya khas berkopyah ini.(ak)