JEMBER, PETISI.CO – Image Pondok pesantren (Ponoes) sebagai tempat menimba ilmu agama . Namun, para santri diharapkan mahir dalam pengembangan ekonomi ala pesantren.
Gerakan Santri Milenial (GSM) memulai sejak dini, selain belajar agama dan ilmu Al-Qur’an santri juga dapat memulai menggali potensi terkait pengembangan perekonomian yang berada dilingkup pesantren.
Artinya selain mengaji, menimba ilmu berbisnis untuk lebih maju di bidang ekonomi kepesantrenan yang ada.
Ketua Kadin, Dwi Arya Nugraha Oktavianto yang akrab disapa Vian mengatakan, melalui GSM ini, sosialisasi dan pembinaan akan terus dilakukan ke sejumlah pesantren yang ada di Kabupaten Jember .
“Pesantren di kabupaten jember sudah saatnya untuk melakukan berbagai inovasi untuk kemajuan pendidikan di lingkup pesantren, salah satunya pengembangan ekonomi dengan memanfaatkan produk lokal,” tuturnya.
Lebih jauh Vian menerangkan, “Pengembangan tersebut dimulai dari pemanfaatan produk lokal pesantren itu sendiri, seperti produk unggulan ataupun produk tradisional harus dikembangkan dengan berbagai cara ekonomi kreatif yang dimiliki santri, tentunya dengan beberapa teknis yang akan kita berikan nantinya ” jelasnya saat memberikan sambutan di acara Busnis Day di Pondok pesantren Asyafi,i Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji pada, Sabtu (25/01/2020).
Lebih jauh Vian mendorong agar pesantren dikabupaten jember harus tampil lebih dibidang ekonomi pesantren, dirinya akan langsung memberikan pendampingan dalam tata kelola ekonomi kreatif dengan tujuan UMKM di lingkup pesantren bisa lebih maju dan berkembang , tentunya untuk kemajuan dan keberlangsungan eksistensi pesantren itu sendiri .
“ Saat ini pesantren di kabupaten Jember berjumlah 611 lembaga. Sudah saatnya pengembangan dilakukan dengan cara gerakan santri milenial . Karena santri selain mahir dalam ilmu agama juga mahir dalam strategi perekonomian,” imbuhnya.
Selain pengembangan diharapakan dapat membuka lowongan pekerjaan bagi alumni maupun masyarakat sekitar.
“Kedepan, kita akan membuat lima pilot Projec dengan pembinaan dan pendampingan khusus, dan dimulai dari Asyafi,i ini, sebagai contoh pesantren yang lain untuk kemandirian pesantren itu sendiri. Agar pesantren yang ada tidak hanya bergantung terhadap bantuan dari pemerintah maupun yang lain, namun kemandirin tercipta karena pesantren sudah lebih maju dan mandiri,” pungkasnya.(eva)