Harga Kedelai Naik, Puskopti Jateng Audiensi dengan Komisi B DPRD

oleh -86 Dilihat
oleh
Audiensi Puskopti bersama Komisi B DPRD Jateng

SEMARANG, PETISI.CO – Puluhan anggota dari Pusat Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (PUSKOPTI) Jawa Tengah melakukan audiensi dengan Komisi B DPRD Jateng bertempat di Lt 3 ruang rapat Komisi B DPRD, Selasa (4/10/2022) siang. Kedatangan mereka diterima oleh Sekretaris Komisi B Muhammad Ngainirrichadl beserta anggota DPRD lainnya.

Sekretaris Puskopti Jawa Tengah, Rifa’i menyampaikan, kehadiran jajaran pengurus dan pelaku usaha Tahu dan Tempe itu untuk mohon solusi kebijakan dari pemerintah Provinsi Jawa Tengah atas mahalnya harga kedelai yang terjadi saat ini.

“Saya yang mewakili Puskopti berharap, agar kedepan pemerintah Provinsi Jawa Tengah bisa memfasilitasi stok pangan dan kebijakan di daerah, untuk mendukung kami, terkait stabilitas harga dan pasokan kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe. Karena kalau produksi kami lancar, mudah-mudahan bisa melakukan inovasi karena tahu dan tempe itu sudah dikenal oleh masyarakat dunia, bukan lagi makanan murahan lagi,” ucapnya.

Menurut Rifa’i, kenaikan harga kedelai saat ini sangat luar biasa dan sudah di atas ambang batas semenjak terhentinya subsidi pada Juli lalu.

“Agustus itu harga kedelai sudah mulai merangkak, seratus, duaratus sampai akhirnya di tingkat eceran itu di Rp 13 ribu. Dan ini sungguh sangat memberatkan untuk para UKM tahu tempe utamanya anggota Primkopti yang notabene juga binaan-binaan kita karena di lapangan itu yang menjadi permasalahan adalah ketika harga kedelai naik, mereka tidak sertamerta bisa menaikkan harga jualnya, karena konsumen belum tentu mau,” ujarnya.

“La ini yang menjadi persoalan kenapa kita meminta kepada pemerintah. Jadi kemarin tanggal 24 Agustus itu kita meminta kepada induk kita di Gakoptindo untuk memperjuangkan yang pertama terkait dengan kebijakan pemerintah untuk segera meredam kenaikan harga ini,” lanjutnya.

Melalui audiensi tersebut, pihaknya menghimbau dan memohon kepada dinas terkait maupun perwakilan dari DPRD utamanya komisi B untuk menyampaikan aspirasinya.

“Jadi ada tiga tuntutan kami, yang pertama tadi terkait dengan upaya untuk mengerem gejolak harga, terus yang kedua untuk secepatnya dilakukan subsidi kembali dengan besaran yang ideal menurut kami adalah Rp 2000 bukan kemarin itu Rp 1000 per kilo, kalau kemarin itu Rp 1000 pertimbangannya itu kan harga maksimal di Rp 12 ribu, la sekarang harganya sudah Rp 13 ribu,” terangnya.

Rifa’i berharap kepada pemerintah daerah, melalui komisi B dan instansi terkait maupun Dekopinwil bisa membantu dan memfasilitasi perjuangan mereka untuk menyampaikan aspirasinya.

“Paling nggak nanti bisa membantu kami juga di daerah ini untuk mempersiapkan aturan-aturan yang mendukung UKM-UKM yang ada di Jawa Tengah ini utamanya tahu tempe dan UKM yang lainnya itu agar tidak terpengaruh dengan nanti kondisi harga dan tidak dipermainkan oleh para pelaku kedelai yang lain,” ungkapnya.

Sekretaris Komisi B DPRD Jateng, M Ngainirrichadl yang memimpin audiensi mengapresiasi kehadiran perwakilan Puskopti. Ia menyampaikan, mahalnya bahan baku kedelai menjadi kendala para pengrajin tahu dan tempe untuk menjalankan usahanya sehingga berharap agar melalui audiensi bisa menyampaikan aspirasi mereka.

“Pemerintah sudah ingin melanjutkan subsidi kedelai yang 1000 per kilogram itu yang dulu mulai September baru terserap 10 persen dari 800 ribu ton yang dialokasikan baru terserap sekitar 80 ribu ton, sehingga masih ada 90 persen yang belum terserap. Itu artinya mereka berharap sisa yang 90 persen itu pemerintah melanjutkan dari pemberian subsidi 1000 per kilogram untuk memudahkan bahan baku,” ucapnya.

Yang kedua menurut Richadl, soal keberpihakan pemerintah terhadap para pengrajin tahu tempe dalam rangka kedepannya berfikir dalam jangka pendek adalah subsidi. Selanjutnya dalam jangka menengah itu bagaimana swasembada kedelai di Indonesia memang betul-betul digalakkan dan direalisasikan.

“Kementerian pertanian telah merencanakan tahun 2026 Indonesia swasembada kedelai, sehingga tidak lagi impor, nah ini juga harus ditangkap oleh para petani dan pengrajin untuk mempersiapkan sampai tahun 2026 ini mereka juga mulai untuk menggunakan kedelai lokal dalam rangka memproduksi tahu dan tempe,” terangnya. (lim)

No More Posts Available.

No more pages to load.