JSP XVI Ajak Peserta Ikut Menjaga Keberadaan Benda Cagar Budaya di Penanggungan

oleh -546 Dilihat
oleh
Upacara pemberangkatan jelahah dari Candi Lurah ke Candi lainnya

SURABAYA, PETISI.COAda kerinduan bagi komunitas pecinta alam, sejarah dan budaya untuk mendaki bersama di Gunung Penanggungan, Jawa Timur dari pos pendakian Kedungudi. Para peserta Jalajah Situs Pawitra (JSP) XVI yang diselenggarakan Sabtu-Minggu (2-3/7/2022).

Pada Sabtu sekitar pukul 09.30, peserta diberangkatkan dari pos pendakian Kedungudi. Meuju Candi Lurah setelah menempuh perjalanan lebih kurang selama empat jam. Pada sore hari setiba mereka di Candi Lurah, mereka lantas mendirikan tenda tenda. Sesuai arahan panitia, dan tenda tenda itu berada di luar keberadaan Candi.

Saresehan dengan peserta JSP XVI

“Ini untuk menjaga agar Candi yang cantik dan halaman berumputnya tidak rusak. Eman-eman kalau ada yang camp di pelataran candi,” kata Nehemia, Ketua Pelaksana JSP XVI sebelum acara jagong budaya Sabtu (2-7/2022) malam.

Masih kata Nehemia, peserta setelah sampai di Candi Lurah, diarahkan panitia ke tempat yang bisa ditempati tenda. Tempatnya memang tidak rata atau miring. Setidaknya ada 40 an tenda besar dan kecil, di tujuh lokasi.

Dia berharap tempat tempat camp itu bisa dijadikan camp oleh para pendaki, apabila jalur pendakian dibuka kembali. Sehingga mereka (pendaki) tidak akan medirikan tenda di halaman candi.

Saat jagong budaya dimulai sekitar pukul 19.00, peserta dan panitia pun berkumpul di pelataran Candi. Duduk di atas terpal yang disediakan. Ada pula yang membawa matras sendiri-sendiri. Untuk alas duduk.

Peserta sedang berfoto ria

Dalam jagong di alam terbuka, berkabut, angin dan sedikit gerimis itu peserta mendapat pencerahan dari beberapa sumber. Eva Nurma anggota yang kebetulan pegawai PIM (Pusat Informasi Museum) Majapahit, memaparkan pentingnya mengenal peninggalan sejarah berupa benda cagar budaya.

Dengan mengenal itulah akan turut menjaganya, memelihara dan melestarikan peninggalan budaya yang masih ada. Bukan malah sebaliknya, melakukan perusakan misalnya. Karena peninggalan itu sendiri dilindungi oleh UU tentang Cagar Budaya.

Sementara acara di tengah kabut yang semakin tebal itu, mencapai puncaknya. TP Piknik Wijoyo (moderator) dan Sanan Surya Sindhu Pati (Nara sumber) yang keduanya senior Komunitas JSP, membeber keberadaan gunung suci (Pawitra) nama lain Penanggungan. Khususnya jalur kuno yang melingkari gunung. Jalan itulah yang digunakan raja, prajurit, pertapa dan rakyat untuk berkunjung di Candi yang jumlahnya ratusan itu.

Namun sayang, acara jagong yang diawali dengan tembang macapat Puji Sesanti oleh Supriadi, terhenti. Karena hujan dan badai datang saat gayeng-gayengnya di sesi tanya jawab. Toh demikian, saat hujan reda, banyak peserta kembali ke pelataran untuk jagongan.

Esoknya, Minggu pagi sekira pukul 07.30, peserta kembali berkumpul untuk mengikuti doorprize berupa ratusan hadiah. Dua jam kemudian para peserta yang sudah menjelajah Situs Lumpang Pecah, Candi Naga 2, Candi Carik dan Candi Lurah, melakukan jelajah lagi setelah melakukan upacara.

banner JSP XVI

Tempat yang dijelajah saat turun cukup banyak. Yakni Situs Goa, Situs Watu Amben, Candi Sinta, Candi Gentong, Candi Putri, Candi Bayi. Selamat dan sukses JSP XVI, Lestari Hutan Rumah Kita. (pri)

No More Posts Available.

No more pages to load.