Juvenile Delinquency Masih Marak di Surabaya, Begini Kata Psikolog Anak

oleh -156 Dilihat
oleh
Pengamanan remaja saat pesta miras oleh Satpol PP Surabaya

SURABAYA, PETISI.CO – Beberapa hari lalu, puluhan pelajar terjaring oleh pihak Satpol PP Surabaya dalam operasi miras. Hal ini pun mendapat tanggapan dari Praktisi Psikolog Klinis dan Forensik Surabaya, Riza Wahyuni terkait kenakalan remaja yang sudah merembak pada ranah kriminal, atau dalam bahasa psikologinya Juvenile Deliquency.

Riza mengatakan bahwasanya faktor perkembangan psikologis, lingkungan pergaulan dan ketidakharmonisan dalam merupakan salah satu pemicu utama dari kasus Juvenile Deliquency.

“Masa remaja adalah fase pencarian identitas, di mana remaja cenderung egosentris dan mencari solidaritas dengan teman sebaya,” ungkap Riza Wahyuni saat dihubungi reporter Petisi, Senin (15/1/2024).

Riza mengatakan, fenomena ini dapat berujung buruk ketika keluarga tidak memberikan perhatian, keamanan, dan kenyamanan yang cukup, sehingga remaja mencari identitas di lingkungan yang tidak sehat.

“Dalam kasus juvenile delinquency, remaja seringkali melampiaskan emosi negatif mereka melalui perilaku kriminal, seperti penyalahgunaan miras, narkoba, dan tindakan kejahatan lainnya,” ujarnya.

Sedangkan dalam perkembangan psikologis anak, Riza menyatakan bahwa masih banyak orang awam yang mengatakan bahwa kenakalan di usia muda adalah hal yang wajar. Namun, yang perlu dipahami adalah kenakalan sekedarnya itu seperti membantah orang tua.

“Tapi kalau sudah minuman keras, penyalahgunaan narkoba itu sudah masuk ranah kriminal, bukan lagi kenakalan remaja. Kalau di mata hukum mereka masih remaja, maka yang diutamakan adalah pembinaan,” kata Riza Wahyuni.

Menurutnya, masa peralihan dari anak-anak menuju usia yang lebih tinggi haruslah menjadi prioritas bagi orang tua maupun guru di sekolah.

“Kita dampingi juga supaya sebisa mungkin para remaja itu tidak masuk dalam lingkungan yang negatif. Bisa kita arahkan pada penguatan karakter, terutama life skill dan kelanjutan pendidikan,” paparnya.

Penguatan Karakter di Lingkup Sekolah oleh Pemkot Surabaya

Pandangan Riza Wahyuni pun selaras dengan apa yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya, saat Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pada tahun lalu menggencarkan pendidikan karakter di lingkungan sekolah. Hal ini direalisasikan dengan perwujudan Sekolah Ramah Anak.

Kepala Dinas Pendidikan Surabaya, Yusuf Masruh mengklaim bahwa dengan adanya Sekolah Ramah Anak di tingkat SD dan SMP, maka sekolah diharapkan mampu menjadi ruang aman dan nyaman selama siswa berada di lingkungan pendidikan.

“Harapan sekolah menjadi ramah, nyaman dan menyenangkan dalam semua pembelajaran, dasarnya adalah lingkungannya disekolah yang bersifat rekreatif tapi edukatif,” kata Yusuh, Jumat (14/4/2023).

Karena itu, Yusuf mengaku bahwa penguatan pendidikan karakter siswa, diantaranya pada menyasar segi religi, akademik, dan pengembangan talenta siswa. Ia mencontohkan, seperti adanya kolaborasi bersama Tunas Hijau untuk membuat sebuah proyek sekolah di bidang lingkungan.

“Lingkungan sekolah yang ramah dan edukatif dikemas menjadi Sekolah Arek Suroboyo, program pembelajaran yang efektif dan edukatif. Kemudian melakukan penguatan pada siswa untuk membiasakan mengaji, atau sholat di bulan Ramadan. Bisa juga mengundang narasumber untuk memberikan penguatan pada guru dan siswa,” pungkas Yusuf. (dvd)